Nama
Pangemanan muncul lagi pada tahun 1987 ketika pulang kampong ke Minahasa (lihat
Algemeen Handelsblad, 09-07-1897). Disebutkan pada manifest kapal ss Carpenter FJ
Pengemanan bersama istri dan satu orang anak tujuan Manado. Pada tahun 1900 FDJ
Pangemanan berpartisipasi dalam eksplorasi pertambangan di afdeeling Gorontalo
dan afdeeeling Amoerang Residentie Manado (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 29-08-1900).
Setelah cukup lama di Manado, FDJ Pangemanan kembali ke Batavia namun tidak
diketahui sejak kapan. Di Batavia FDJ Pangemanan diketahui telah bekerja
sebagai editor pada surat kabar berbahasa Melayu Kabar Perniagaan. Pada tahun
1904 FDJ Pangemanan bekerjasama dengan Tirto Adhi Soerjo untuk mengelola surat
kabar berbahasa Melayu Soeloeh Keadilan (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
12-09-1904).
Pada tahun 1902 di Medan diterbitkan surat
kabar berbahasa Melayu yang diberi nama Pertja Timor. Surat kabar ini adalah
anak perusahaan yang menerbitkan surat kabar berbahasa Belanda Sumatra Post.
Yang menjadi editor pertama surat kabar Pertja Timor ini adalah Mangaradja
Salamboewe. Ini berarti ada dua alumni Kweekschool Padang Sidempoean yang
menjadi editor: Dja Endar Moeda di Pertja Barat Padang dan Mangaradja
Salamboewe di Pertja Timor Medan. Pada tahun 1903 di Batavia Tirto Adhi Soerjo
diangkat menjadi editor surat kabar Pembrita Betawie (untuk menggantikan posisi
Karel Wijbrand, mantan editor surat kabar Sumatra Post di Medan). Namun tidak
lama kemudian Tirto Adhi Soerjo sudah keluar dari Pembrita Betawi dan menjadi
editor surat kabar Soenda Berita. Seperti halnya di Padang dan Medan, setelah
pengangkatan Tirto Adi Soerjo di Pembrita Betawi, FDJ Pangemanan diangkat
menjadi editor Kabar Peniagaan yang kemudian keduanya secara bersama-sama
mengelola surat kabar Soeloeh Keadilan.
Pada
tahun 1906 di Batavia dibentuk organisasi wartawan surat kabar berbhasa Melayu
(lihat De locomotief, 08-01-1906). Disebutkan Journalisten Bond didirikan hari
Sabtu di Batavia. Sebanyak 22 orang tergabung. Pengurus sementara terdiri dari
ketua adalah Clockener Brousson dengan sekretaris Pangemanan dan Paphen sebagai
anggota. Terbentuknya organisasi ini sudah barang tentu karena sudah banyak
wartawan surat kabar berbahasa Melayu yang berada di Batavia, paling tidak
sudah terdapat sebanyak 22 orang. Surat kabar Clockener Brousson adalah Bendera
Wolanda dan kemudian Bintang Hindia.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Johan Manoppo dan Parada Harahap
Pada
tahun 1903 Dr AA Fokker, pemimpin surat kabar berbahasa Melayu dari Belanda
datang ke Hindia Belanda. Dr AA Fokker seorang doktor ahli bahasa Melayu di
Hindia Belanda, selain di Batavia juga berkunjung ke Bandoeng, Padang dan Medan.
Kedatangan Dr AA Fokker dalam rangka memperlus wilayah pemasaran surat kabar
Bintang Hindia yang belum lama didirikan di Belanda.
Di Padang, Dr AA Fokker meminta bantuan Dja
Endar Moeda untuk menjadi partner pemasaran Bintang Hindia yang baru terbit di
Amasterdam. Dr AA Fokker juga meminta tenaga penulis handal untuk mengebangkan
surat kabar bulanan Bintang Hindia. Dja Endar Moeda, radja persuratkabaran di
Sumatra merekomendasikan tiga orang yakni seorang dokter dan dua guru. Dja
Endar Moeda dengan dua guru berangkat ke Belanda pada bulan Agustus 1903 (lihat
Soerabaijasch handelsblad, 26-08-1903). Dua guru tersebut adalah Soetan
Casajangan dan Djamaloeddin. Sementara Dr Abdoel Rivai berangkat sendiri
melalui Singapoera. Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan adalah adik kelas
Dja Endar Moeda di Kweekschool Padang Sidempoean, sedangkan Djamaloeddin adalah
guru muda lulusan Kweekschool Fort de Kock yang bekerja dengan Dja Endar Moeda
sebagai editor surat kabar bulanan Insulinde di Padang.
Dja Endar Moeda tidak lama di Belanda dan
kembali ke Padang. Dr Abdoel Rivai, Soetan Casajangan dan Djamaloeddin tetap
tingga di Belanda. Pada tahun 1904 Soetan Casajangan kembali ke kampong halaman
di Padang Sidempoean karena berkeinginan untuk melanjutkan studi ke Belanda. Setelah
semua urusan beres di kampong, setelah berdiskusi dengan Dja Endar Moeda di
Padang, pada bulan Juli 1905 Soetan Casajangan berangkat dari Batavia menuju
Amsterdam. Tujuannya tidak lagi dalam urusan Bintang Hindia tetapi mencari
universitas untuk melanjutkan studi untuk mendapatkan akte kepala sekolah. Saat
itu, mahasiswa pribumi di Belanda hanya ada satu orang yakni Raden Kartono
(abang dari RA Kartini). Soetan Casajangan kuliah di Haarlem dan kerap
menyumbang tulisan ke Bintang Hindia. Langkah Soetan Casajangan ini juga
diikuti oleh Dr Abdoel Rivai uintuk melanjutkan studi di Belanda (untuk
mendapatkan dokter penuh, setara Belanda)., Pada tahun 1908 setelah jumlah
mahasiswa pribumi sekitar 20 orang Soetan Casajangan menggagas didirikannnya
organisasi mahasiswa yang diberi nama Indische Vereeniging yang mana Soetan
Casajangan sebagai ketua. Dr Abdoel Rivai yang sudah aktif kuliah, lambat laun
Bintang Hindia mati suri (karena Djamaloeddin juga mulai kuliah).
Bintang
Hindia yang sebelumnya dibantu oleh Dr Abdoel Rivai, Soetan Casajangan dan
Djamaloeddin akhirnya berhenti terbit. Selama kuliah dan aktif di organisasi
mahasisa Indische Vereeniging bekerja sebagai asisten Prof Charles Adriaan van
Ophuijsen di Universiteit Leiden dalam pengajaran bahasa Melayu. Prof Charles
Adriaan van Ophuijsen adalah mantan
gurunya di Kweekschool Padang Sidempoean. Pada tahun 1911 Soetan Casajangan
lulus kuliah dengan mendapat akta guru MO (guru kepala sekolah). Setelah sempat
bekerja di Belanda, Soetan Casajangan pulang ke tanah air pada tahun 1913 dan
ditempatkan sebagai direktur Kweekschool Fort de Kock. Sebagai jurnalis, Soetan
Casajangan, direktur Kwekschool Fort de Kock mendirikan surat kabar berbahasa
Batak di Padang Sidempoean pada tahun 1916 yang diberi nama Poestaha. Setelah
berpenindah-pindah sebagai kepala sekolah, Soetan Casajangan pada tahun 1921
ditempatkan di Batavia menjadi direktur sekolah guru Normaal School.
Seorang jurnalis muda di Medan, Parada Harahap
pulang kampong ke Padang Sidempoean. Parada Harahap sempat menjadi editor di
surat kabar Benih Merdeka dan Pewarta Deli di Medan. Pada tahun 1919 Parada
Harahap mendirikan surat kabar berbahasa Melayu di Padang Sidempoean yang
diberi nama Sinar Merdeka. Parada Harahap juga merangkap menjadi editor surat
kabar Poestaha (warisan Soetan Casajangan). Parada Harahap belasan kali
dimejahijaukan dan beberapa kali harus di penjara karena delik pers. Pada tahun
1922 surat kabar Sinar Merdeka dibreidel. Parada Harahap kemudian hijrah ke
Batavia.
Di
Batavia, Soetan Casajangan meminta Parada Harahap untuk bekerjasama dengan Dr
Abdoel Rivai untuk mendirikan (menerbitkan kembali) surat kabar Bintang Hindia).
Ketiganya mebentukan patungan saham. Pada tahun 1923 Bintang Hindia diterbitkan
di Batavia yang mana pemimpin perusahaan Dr Abdoel Rivai dan Parada Harahap
sebagai editor. Setelah lebih dari satu dasawarsa, surat kabar Bintang Hindia
terbit kembali, tidak di Amsterdam (bulanan) tetapi di Batavia (mingguan).
Sejak ini karir Parada Harahap semakin berkibar di Batavia.
Pada tahun 1925 Parada Harahap mendirikan
kantor berita pribumi pertama yang diberi nama Alpena. Sementara Parada Harahap
di Bintang Hindia, untuk menjadi editor Alpena direkrut WR Soepratman. Pada
tahun 1926 Parada Harahap di bawah bendera NV Bintang Hindia mendirikan surat
kabar (harian) yang diberi nama Bintang Timoer. Surat kabar ini cepat melejit
hingga menjadi surat kabar berpengaruh di Batavia (tiras tertinggi).
Oleh
karena Parada Harahap sangat sibuk di berbagai organisasi kebangsaan (seperti
Sumatranen Bond dan PPPKI), lalu merekrut editor baru untuk menggantikannya.
Editor baru itu bernama Johan Manoppo.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.