Secara defacto tidak pernah putus hubungan
antara Jepang dan Indonesia. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu (Eropa dan
Amerika Serikat) hanya menyebabkan Jepang tidak bisa bernuat banyak ketika
Belanda (NICA) kembali tahun 1945. Secara dejure, pasca perang kemerdekaan,
ketika pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, dibubarkannya
RIS dan kembalinya ke kittah NKRI (1950) serta kebijakan nasionalisasi
perusahaan-perusahan Belanda (1957), Presiden Soekarno mengundang kembali ‘kawan
lama’ Jepang yang diresmikan sebagai Penandatanganan Perjanjian Perdamaian
antara Jepang dan Republik Indonesia pada bulan April 1958. Disebut ‘kawan
lama’ karena faktanya tidak pernah pemimpin Indonesia berselisih dengan
pemimpin Jepang (hanya Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap yang membenci Jepang).

Hubungan baik bangsa Indonesia dan bangsa Jepang dimulai
ketika, seorang revolusioner Indonesia yang anti Belanda, Parada Harahap
memimpin rombongan tujuh revolusioner Indonesia berkunjung ke Jepang pada tahun
1933. Parada Harahap di Jepang disambut bagaikan raja, sementara di Indonesia
orang-orang Belanda serasa kebakaran jenggot. Media-media Jepang menjuluki
Parada Harahap sebagai The King of Java Press. Selain Parada Harahap, rombongan
tujuh revolusioner ke Jepang tersebut antara lain adalah pemimpin surat kabar
Pewarta Deli di Medan, Abdullah Lubis; ekonomi Dr. Sastra Widagda, Ph.D, guru
di Bandoeng dan Drs. Mohamad Hatta (yang belum lama pulang studi dari Belanda).
Kepergian tujuh revolusioner Indonesia ini karena Ir. Soekarno ditahan dan akan
diasingkan.
Belanda. Ketika Jepang menduduki Tiongkok, Pemerintah Hindia Belanda mendorong
orang Cina di Indonesia untuk membantu Tiongkok. Sementara Soekarno dan Mohamad
Hatta di pengasingan, pemimpin Indonesia menyambut baik kerjasama yang
ditawarkan Jepang pada tahun 1938. Dalam program Jepang ini, MH Thamrin
diproyeksikan sebagai pemimpin Indonesia. KonsulatJepang di Batavia mulai
mengambil langkah berpartisipasi dalam pembentukan surat kabar berbahasa Melayu
(sebagai corong propaganda Jepang). Bagaimana kisah itu berlangsung sebelum
terjadi pendudukan militer Jepang? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
1933
deskripsi lengkanya
Diproyeksikan Sebagai Pemimpin
deskripsi lengkanya
Rdajamin Nasution dan Wali Kota Batavia Dahlan Abdullah
Presiden
Soekarno Mengundang Kembali ‘Kawan Lama’ Jepang 1958; Parada Harahap Wafat 1959
deskripsi lengkanya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.