*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Kerajaan tertua di Hindia Timur (baca: nusantara) adalah
Aru dan Taruma (T-aru-ma). Aru dalam bahasa India selatan (Ceylon) adalah air
atau sungai. Kerajaan Aru dan Kerajaan Taruma adalah kerajaan-kerajaan perairan
(luat dan sungai) yang berbeda dengan di India (umumnya berada di daratan).
Pedagang-pedagang India akhirnya menemukan jalan ke Sumatra dan Jawa. Dalam
hubungan inilah terbentuk arus navigasi pelayaran perdagangan yang intens, yang
mana sebagai lingua franca adalah bahasa Sanskerta dan penggunaan aksara
Pallawa. Pada dua pulau di nusantara itu terbentuk Kerajaan Aru (bagian utara
Sumatra) dan Kerajaan Tarumanagara (bagian barat Jawa).

sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-5
hingga abad ke-7. Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di
Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar
lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan
Hindu beraliran Wisnu. Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara.
Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum
yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Ci Tarum. Pada muara
Ci Tarum ditemukan percandian yang luas yaitu percandian Batujaya dan percandian
Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma. Keberadaan
Kerajaan Tarumanegara dapat dilihat pada sejumlah prasasti terutaa yang berasal
dari abad ke-5 yakni prasasti Ciaruteun, prasasti Pasir Koleangkak, prasasti
Kebonkopi, prasasti Tugu, prasasti Pasir Awi, prasasti Muara Cianten, dan
prasasti Cidanghiang. Prasasti menyebutkan nama raja yang berkuasa adalah
Purnawarman (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Tarumanaga? Nah, itu
dia. Kerajaan Taruma yang berada di suatu pulau di sekitar muara sungai
Tjitaroem. Lho, koq di suatu pulau? Itu juga perlu dideskripsikan. Seperti
Kerajaan Aru di bagian utara Sumatra, nama Kerajaan Taruma juga merujuk pada
perairan dan sungai (aru). Lalu apakah ada relasi Kerajaan Aru yang memiliki
pelabuhan di pantai barat Sumatra (muara sungai B-aru-s) dan di pantai timur
Sumatra (muara sungai B-aru-mun)? Itu juga perlu dideskripsikan. Okelah,
darimana kita mulai memahami sejarah Kerajaan Taruma? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*
Barus, Taruma dan Aru: Prasasti Vo Cahn dan
Prasasti Muara Kaman
Jangan bayangkan dulu India dan Indonesia. Sumber
kerajaan kuno di Hindia bagian Timur (baca: Nusantara) adalah dua prasasti tertua
yakni prasasti Vo Cahn di Vietnam abad ke-3 dan prasasti Muara Kaman, Kutai
abad ke-4. Kedua prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dengan bahasa
Sanskerta. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa asal pengaruh budaya pada dua
prasasti berasal dari barat (India selatan). Dalam hal ini pengaruh budaya awal
haruslah bermula di pantai barat Sumatra bagian utara dan pantai bagian barat
Jawa. Sangat sulit membayangkan pengaruh budaya India (bahasa dan aksara) di
wilayah terpencil (jauh dari arah barat).

geografis mencatat wilayah Sumatra bagian utara sebagai sentra kamper dan
kemenyan. Literatur Eropa pada abad ke-5 menyebut kamper diekspor melalui
pelabuhan yang disebut Barus. Pada interval waktu Eropa inilah ditemukan dua
prasasti tertua di Nusantara, prasasti Vo Cahn, Vietnam abad ke-3 dan parasati
Muara Kaman, Kalimantan Timur abad ke-4. Pada era ini diduga kuat pengaruh
(budaya) Tiongkok belum menyeberang ke pulau-pulau di Hindia Timur. Penabalan
nama Hindia (baca: India) pada pulau di bagian timur mengindikasikan begitu
kuatnya pengaruh budaya yang berasal dari barat (India).
Pada prasasti Vo Cahn (abad ke-3) menceritakan bahwa
seorang raja yang masyhur mendoakan raja yang sudah meninggal dan juga
mendoakan raja yang baru naik tahta agar keluarga putri kerajaan menyenangkan.
Hal itulah mengapa dibuat prasasti. Raja yang meninggal adalah raja di Vietnam
(Champa) sedangkan yang menggantikan adalah putranya yang telah menikah dengan putri
dari raja yang masyhur tersebut. Siapa raja yang masyhur ini tentulah berasal
dari kerajaan besar dan kaya (sehingga mampu membuat prasasti). Dengan demikian,
prasasti dibuat di Vietnam tetapi yang berinisiatif dan membiayai prasasti dari
kerajaan di barat (diduga kerajaan di bagian utara Sumatra; asumsikanlah
Kerajaan Aru dengan pelabuhannya di Barus).

(Kalimantan Timur)?
Yang jelas sejak tanggal prasasti Muara Kaman (abad ke-4) tidak ada dinamika
yang penting di daerah aliran sungai Mahakam dan baru muncul abad ke-16.
Sementara di wilayah bagian utara Sumatra dan bagian barat Jawa sejak awal
milenium pertama ini hingga abad ke-16 begitu intens dinamikanya. Mengapa tidak
terpikirkan bahwa prasasti Muara Kaman awalnya berada di bagian barat Jawa
(asumsikanlah Kerajaan Taruma). Seperti keberadaan prasasti Vo Cahn, tentulah
adalah faktor penyebab prasasti yang awalnya dibuat dan berada di Kerajaan
Taruma (di Jawa) dipindahan ke Muara Kaman (di Kalimantan bagian timur). Apa
yang faktor penyebabnya? Yang jelas bahwa nama-nama yang disebut pada prasasti
Muara Kaman mirip dengan nama-nama yang disebut pada prasasti-prasasti yang
ditemukan di Jawa bagian barat (Kerajaan Tarumanagara) seperti Mulawarman dan
Purnawarman). Satu lagi persamaannya adalah satuan ukuran ekonomi yakni jumlah
ekor sapi (bandingkan prasasti Muara Kaman dan prasasti Tugu abad ke-5 (di
Cilincing) yang mencatat adanya satuan jumlah ekor sapi.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kerajaan Aru dan Kerajaan Sriwijaya: Terbentuknya
Kerajaan Galuh hingga Kerajaan Sunda Pajajaran
Tunggu deskripsi
lengkanya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.