Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia (691): Bahasa Inggris Bahasa Resmi di Brunai? Ada Apa Bahasa Melayu? Bagaimana Sabah-Serawak




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Lain
lubuk lain belakang, lain negara lain pula soal bahasa. Bahasa resmi di Brunai
adalah bahasa Melayu. Hal ini karena populasu Brunai sebanyak 65 persen adalah
Melayu. Namun penggunaan bahasa Inggris sangat meluas di Brunai, bahkan dalam
pendidikan digunakan bahasa Inggris. Sekitar 95 persen warga Brunai mampu
berbahasa Inggris. Celakanya, meski bahasa Melayu sebagai bahasa resmi, hanya
separuh warga negara Brunai yang bercakap dalam bahasa Melayu di rumah. Apakah
ini suatu ironi?

Brunei terdiri dari dua bagian yang tidak berkaitan; 97% dari
jumlah penduduknya tinggal di bagian barat yang lebih besar, dengan hanya
kira-kira 10.000 orang tinggal di daerah Temburong, yaitu bagian timur yang
bergunung-gunung. Jumlah penduduk Brunei 470.000 orang. Dari bilangan ini,
lebih kurang 80.000 orang tinggal di ibu kota Bandar Seri Begawan. Sejumlah
kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang menghasilkan
minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga
ialah kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas
perumahan dan rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub Panaga yang
terkenal terletak di sini. Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah
orang Melayu. Kelompok etnik minoritas yang paling penting dan yang menguasai
ekonomi negara ialah orang Cina (Han) yang menyusun lebih kurang 10% jumlah
penduduknya. Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling
penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Cina, bahasa
Inggris juga dituturkan secara meluas dan hampir 95% fasih dengan Bahasa
Inggris, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar dengan sejumlah
besar warganegara Britania dan Australia. Islam ialah agama resmi Brunei, dan
Sultan Brunei merupakan kepala agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut
termasuk agama Buddha (terutamanya oleh orang Tiong Hoa), agama Kristen, serta
agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang teramat kecil). Budaya
Brunei seakan sama dengan budaya Melayu, dengan pengaruh kuat dari Islam,
tetapi kelihatan lebih konservatif dibandingkan Malaysia dan Indonesia
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Inggris
diduganakan secara luas di Brunai? Seperti disebut di atas, bahasa resmi di
Brunai adalah bahasa Melayu, tetapi bahasa Inggris digunakan secara meluas.
Apakah ini suatu ironi? Lalu bagaimana sejarah bahasa Inggris diduganakan
secara luas di Brunai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bahasa Resmi di Brunai Bahasa
Inggris? Ada Apa Bahasa Melayu? Bagaimana di Sabah-Serawak

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Ada Apa Bahasa Melayu di
Brunai? Apakah Bahasa Inggris akan Mendominasi?

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top