Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia (73): Mirip Kata Bahasa Indonesia; Portugis, Belanda, Arab, Persia, Tagalog, Bengali, Afrikaans, Lainnya




false
IN

























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Pada masa kini yang kerap
dibicarakan adalah mirip bahasa Indonesia dan bahasa gaul. Bahasa gaul baru
akhir-akhir ini terbentuk. Sedangkan mirip bahasa Indonesia terkait dengan
sejarah yang panjang bagaimana bahasa Indonesia terbentuk. Bahasa Indonesia
adalah suksesi bahasa Melayu, yang di zaman lampau bahasa Melayu banyak
menyerap kosa kata penduduk asli maupun dari bahasa asing serperti dari India,
Arab dan Eropa (seperti Portugis dan Belanda). Bahasa Melayu sendiri awalnya
adalah bahasa Sanskerta.

Pada
zaman kuno, lingua franca di Hindia Timur (baca: Indonesia) adalah bahasa
Sanskerta (dari India selatan). Penduduk asli seperti Batak dan Jawa bersifat bilingual,
disamping menggunakan bahasa asli juga bisa berbahasa Sanskerta (ibarat pada
masa kini selain bahasa daerah masing-masing setiap orang bisa berbahasa
Indonesia). Bahasa Sanskerta yang saling bertukar dengan bahasa-bahasa asli
menyebabkan terbentuk bahasa baru yang kemudian disebut bahasa Melayu. Lalu
bahasa Melayu inilah yang bertrasformasi menjadi Bahasa Indonesia (dan bahasa
Melayu menjadi bahasa asli atau bahasa daerah). Demikian juga halnya di Eropa,
sebagai lingua franca adalah bahasa Latin, sedangkan bahasa Inggrsi, Prancis,
Belanda dan lainnya adalah bahasa daerah di Eropa. Namun bahasa Inggris menjadi
lingua franca (tidak hanya menggantikan bahasa Latin, juga menjadi bahasa global).

Lantas bagaimana sejarah bahasa
asli dan bahasa asing mirip bahasa Indonesia
? Tentu saja itu banyak
terjadi di zaman lampau, bahkan zaman kuno. Namun demikian, sebaliknya bahasa
Melayu (bahasa Indonesia) ada juga yang terserap ke dalam bahasa asing. Bahkan
ada satu kata asli bahasa Batak masuk ke dalam bahasa Arab dan Latin (Eropa)
yakni kapur kamper. Bagaimana semua itu terjadi
? Seperti
kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki
permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk
menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Lingua Franca dan Bilingual: Sanskerta, Batak dan Jawa

Pada zaman kuno, banya kosa
kata bahasa Sanskerta masuk ke dalam bahasa asli (seperti bahasa Batak dan
bahasa Jawa). Sebaliknya banyak kosa kata bahasa asli masuk ke dalam bahasa
Sanskerta (sebagai linngua franca di Hindia Timur). Bahasa Sanskerta yang
tercampur baur ini kemudian menjadi lingua franca baru (yang kemudian disebut
bahasa Melayu). Bahasa Sanskerta lenyap di Hindia Timur, tetapi jejaknya begitu
banyak dalam bahasa Melayu. Sebelum kehadiran orang Eropa, yang dimulai
pelaut-pelaut Portugis, mengapa sudah ada elemen bahasa Melayu di (pulau)
Madagaskar
?

Sebelum kehadiran
pelaut-pelaut Portugis di Afrika Selatan, India dan selat Malaka,
pedagang-pedagang Moor sudah beberapa abad di Hindia Timur. Pedagang-pedagang
Moor cenderung beradaptasi, dibanding bangsa lainnya, karena itu orang-orang
Moor dengan mudah berbahasa Melayu. Orang-orang Moor sendiri adalah penghubung
antara Hindia Timur dengan Eropa dalam navigasi pelayaran perdagangan melalui
Afrika Selatan. Orang-orang Portugis yang datang kemudian juga mau tak mau
harus belajar bahasa Melayu. Seperi orang Moor, pedaganfg-pedagang Portugis
juga banyak yang menikah dengan penduduk asli. Orang Moor adalah suksesi pedagang-pedagang
Arab-Persia, dan pedagang-pedagang Moor adalah pendahulu pelaut-pelaut
Portugis.

Sejak kehadiran orang-orang
Portugis, mulai banyak kosa kata Portugis yang masujk ke dalam bahasa Melayu,
Orang-orang Moor juga banyak yang bisa berbahasa Portugis (karena oerang Moor
awalnya berada di Eropa selatan seperti di Spanyol dan Portugal). Namun, kosa
kota bahasa Melayu juga mulai ada yang masuk ke dalam bahasa Portugis.

Dalam
peta lama Portugis, nama pulau Tunmen di pantai timur Tiongkok diidentifikasi
sebagai llha da Veniaga (atau Beniaga). Veniaga
atau Beniaga ini adalah kosa kata bahasa Melayu (bdrniyaga) sebagai arti untuk perdagangan.
Besar dugaan kosa kata tersebut berasal daeri bahasa Sankerta vanijaka atau vdnijya.
Kosa kata veniaga telah menemukan jalannya ke dalam bahasa Portugis kosa kata tersebut
diartikan sebagai barang dagangan (Aquilo que é objecto de compra e venda),
sedangkan bentuk verbalnya atau veniagaryang diartikan sebagai untuk menjual
atau untuk lalu lintas perdagangan ((Actividade de compra, troca ou venda de
mercadorias, produtos, valores, etc). Oleh karen itu, pada masa kini tidak
selalu diartikan bahasa asing terserap ke dalam bahasa (Melayu, Indonesia)
tetapi juga sebaliknya.

Jauh sebelum kehadiran orang
Eropa (Portugis) di Hindia Timur, kosa kata kafuura dalam bahasa Arab (juga ditemukan
dalam Al Quaran) dan kosa kata camphor (bahasa Latin) sejatinya berasal dari
kosa kata bahasa Batak (kapur). Ptolomeus (90-168 M) dalam bukunya Geografi
yang terbit 150 M menyebut sentra produksi kamper di (pulau) Sumatra bagian
utara. Pada abad ke-5 dalam literatur Eropa disebut kamper diekspor dari suatu
pelabuhan yang disebut Baros (kini di Tapanuli Tengah). Hal itulah mengapa
kamper juga disebut kapur barus (kamper berasal dari Tanah Batak melalui
pelabuhan Barus). Kata kapur bahasa Batak inilah yang terserap ke bahasa Arab
melalui bahasa Persia (kafuura) yang kemudian oleh pedagang-pedaganfg Arab nama
kapur ini masuk dalam bahasa Latin sebagai camphor (seperti yang dicatat oleh
Ptolomeus). Hingga pada masa ini kata kapur ini masih eksis di Tanah Batak yang
di wilayah Angkola Mandailing orang yang mengumpulkan kamper di hutan-hutan
disebut parkapur. Lantas apakah tidak mungkin nama kota Venesia merujuk pada
kata veniaga
?

Bagaimana
bahasa Batak bercampur dengan bahasa Sanskerta dapat dibaca pada teks prasasti
Kedukan Bukit (682 M). Tentu saja pada saat itu belum terbentuk bahasa Melayu.
Bagaimana bahasa Jawa tercampur dalam bahasa Sanskerta dapat dibaca pada teks
prasasti Muara Kaman (abad ke-4) dan prasasti Tugu (abad ke-5). Dalam prasasti
Kedukan Bukit unsur bahasa Batak antara lain nama orang Dapunta Hyang ‘Nayik’ (Naek,
nama gelar di Angkola Mandailing), ‘mangalap’ (menjemput), ‘marlapas’
(berangkat), Minanga (nama tempat Binanga di Padang Lawas, dekat pusat
percandian), ‘sapulu dua’ (cara penyebutan bilangan belasan di Tanah Batak:
sapulu sada, sapulu dua, sapulu tolu, dst) dan ‘vanua’ (banua atau negeri). Dalam
teks ini prasasti itu juga dapat dibaca unsur bahasa Batak awalan ma atau mar
(me) dan fonem n (ny), yang dalm prasasti lainnya adalah awalan ni (di) dan kata
sambung na (yang).

Bahasa Sanskerta, lingua
franca yang tercampur dengan bahasa asli (seperti bahasa Batak dan bahasa Jawa)
mengalami proses bahasa (dalam jangka panjang) yang kemudian bahasa campuran
itu sudah jauh berbeda dengan bahasa aslinya (Sanskerta) yang kelak disebut
bahasa Melayu. Dalam proses bahasa ini, awalan ma, mar tetap digunakan dalam
bahasa Batak, tetapi dalam bahasa Melayu menjadi me atau ber, demikian juga denghan
awalan ni menjadi di dan fonem n menjadi ny. Unsur bilangan sapulu dua dalam
bahasa Batak digantikan bahasa Jawa pada bahasa Melayu (belas). Bahasa Meluyu
dalam hal ini adalah bahasa yang terbentuk baru menjadi lingua franca baru
(menggantikan bahasa Sanskerta). Bahasa Batak dan bahasa Jawa tetap sebagai
bahasa asli (bahasa daerah).

Ketika
terbentuk bahasa Melayu, lingua franca baru ini terus mengalami proses bahasa,
menyerap bahasa-bahasa asli dan bahasa-bahasa asing seperti bahasa India yang
lainnya (selain Sanskerta), bahasa Arab-Persia dan bahasa Tiongkok. Lalu dalam
perkembangannya, unsur bahasa lingua franca baru (bahasa Melayu) ini ada juga
yang terserap ke dalam bahasa-bahasa asli (bahasa Batak dan bahasa Jawa).
Proses serupa ini kelak berulang ketika bahasa Melayu bertransformasi menjadi
lingua farnca baru (Bahasa Indonesia). Ketika bahasa Indonesia sebagai lingua
franca, bahasa Melayu diposikan sebagai bahasa daerah seperti halnya bahasa
Batak dan bahasa Jawa. Dalam hal ini bahas daerah bahasa Melayu juga menyerap
unsur bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu kuno inilah
yang tersebar melalui pedagang-pedagang Moor ke berbagai tempat seperti di Madagaskar
dan di Tiongkok (yang menjadi sebab munculnya kosa kata Veniaga di pulau Tunmen
(Tiongkok) yang menemukan jalan masuk ke dalam bahasa Portugis. Oleh karena
bahasa Melayu sudah terbentuk lama dari negeri yang kaya raya (Hindia Timur),
baik oleh pedagang-pedagang India atau pedagang-pedagang Moor ada juga unsur
bahasa Melayu masuk ke dalam bahasa-bahasa di India (seperti halnya pada zaman
kuno bahasa Batak kapur terserap ke dalam bahasa Sanskerta, bahasa Persia dan
bahasa Latin). Tentu saja ada juga unsur bahasa Melayu yang masuk ke dalam
bahasa di Tiongkok. Ketika orang-orang Portugis semakin banyak di Hindia Timur,
dan berlangsung hampir satu abad, kosa kata bahasa Portugis banyak diserap
bahasa Melayu seperti disebut di atas antara lain tinta dan sepatu serta
mentega, bendera dan lainnya.

Seperti
kosa kata veniaga, kosa kata kampung diduga kuat telah diserap bahasa Portugis
sebagai campo. Namun kosa kata kampung dalam bahasa Melayu ini bukan bahasa
asli (bahasa Batak atau bahasa Jawa) tetapi diduga kuat berasal dari bahasa
Arab (kanfuu). Dalam catatan Tiongkok dinasti Ming disebutkan pada abad ke-9
pemukiman Arab di Canton disebut Khanfu. Diduga kuat dari wilayah Tiongkok
inilah diduga asal kosa kata kampung dalam bahasa Melayu yang kemudian diserap
bahasa Portugis. Namun bagaimana persisnya, para ahli lingustik yang seharusnya
memberi penjelasan.

Dalam perkembangannya ketika
pelaut-pelaut Belanda mengikuti jejak pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol ke
Hindia Timur, navigasi pelayaran pertaman Belanda yang dipimpin oleh Cornelis
de Houtman pada tahun 1596, mereka berdiam selama hampir enam bulan di
Madagaskar sebelum melanjutkan pelayaran dengan menggunakan peta navigasi
pelayaran Portugis ke Hindia Timur. Tujuan berdiam ini adalah selain perbaikan
kapal-kapal, mengisi perbekalan dari penduduk Madagaskar, juga Frederik de
Houtman (adik Cornelis de Houtman) melakukan studi bahasa dan berhasil menyusun
kamus sederhana Kamus Bahasa Melayu-Madagaskar yang menjadi modal bahasa mereka
ke Hindia Timur (yang pertama singgah di pelabuhan Banten). Bahasa Madagaskar
memiliki unsur bahasa Melayu yang sangat banyakm (boleh jadi itu sejak
kehadiran orang Moor pada abad-abad yang lalu dan kehadiran orang Portugis pada
abad terakhir sebelum kehadiran orang-orang Belanda).

Afrika
Selatan tidak hanya awalnya digunakan oleh orang-orang Moor sebagai pelabuhan
transit dari Eropa ke Hindia Timur, juga dilakukan oleh orang-orang Portugis
dan juga orang-orang Belanda. Orang Moor adalah orang beragama Islam yang sejak
berabad-abad di Eropa Selatan (Spanyol dan Portugal) tetapi terusir ketika
terjadi Perang Salib (dan kemudian menyebar ke berbagai tempat seperti Afrika Selatan,
Madagaskar, India hingga ke Hindia Timur. Afrika Selatan yang menjadi tempat
transit inilah menjadi pangkal perkara unsur bahasa Melayu masuk ke dalam
bahasa Afrika Selatan (Afrikaans). Hal itu terjadi pada era VOC (Belanda( yang
menjadikan Afrika Selatan sebagai tempat pengasingan para pemimpin lokal
(pribumi) di Hindia Timur. Tiga pemimpin pribumi pertama yang dibuang VOC ke
Afrika Selatan adalah tiga orang raja dari pantai barat Sumatra pada tahun 1667
(lihat prasasti Afrika Selatan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Serapan Bahasa. Bahasa Gaul

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top