Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia (75): Peta-Peta Indonesia; Sejak Portugis, Kolonial Belanda, Republik Indonesia hingga Era Zaman Now




false
IN

























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Apalah arti peta? Banyak peta-peta yang bisa diakses di internet
dalam berbagai versi, bahkan peta-peta zaman kumo juga ada. Namun semua
peta-peta itu hanya dipandang sebagai peta saja. Biasa saja
.
Namun persepsi itu harus diubah. Peta-peta berdasarkan waktu dapat dianggap
sebagai fakta dan data yang bisa dianaliis (seperti layaknya data time-series)
yang sedikit banyak menggambarkan narasi sejarah Indonesia. Peta-peta yang
terkesan biasa saja itu, sebenarnya mengandung fakta dan data seperti halnya
prasasti dan candi.

Pembuatan
peta pada masa kini sudah sangat maju, termasuk dalam pembuatan peta-peta
Indonesia. Namun semua teknik kartografi yang sekarang seakan kadaluarsa karena
adanya peta satelit mutakhir seperti googlemap dan googleearth. Peta-peta
modern ini masih bisa ditingkatkan maknanya jika kita rajin melihat hasil-hasil
rekaman dari udara di Youtube dengan menggunakan drone. Semuanya menjadi tampak
nyata. Lantas bagaimana dengan lembar-lembar peta dua dimensi? Jelas masih
sangat berguna, tidak untuk kegunaan praktis masa kini, tetapi kegunaan untuk
sumber data yang dapat diperbandingkan dengan data peta satelit maupun data
video drone. Itulah kegunaan peta apapun versinya, peta-peta yang berasal dari
abad yang berbeda. Lalu dimana peta-peta lama tersimpan. Sangat tidak mungkin
di program studi sejarah tetapi di program studi geografi padahal program studi
sejarah juga membutuhkan.

Lantas bagaimana sejarah peta
Indonesia
? Seperti disebut di atas, meski pemetaan sudah era
satelit (googlemap dan googleearth), lembar-lembar peta dua dimensi baik yang
zadul maupun yang modern masih tetap diperlukan. Dalam hal ini sejarah peta
Indonesia harus dilihat dalam keperluan kebutuhan menyajikan fakta dan data
yang masih dapat dimanfaatkan untuk berbagai analisis.
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki
permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk
menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Peta Jadul: Portugis, VOC dan Hindia Belanda

Sekalipun peta-peta zaman
lampau dibuat alakadarnya, tetaplah peta yang berguna untuk membantu
penyelidikan sejarah zaman kuno yang menjadi rangkaian tidak terpisahkan dengan
zaman Now. Peta-peta tersebut sudah barang tentu dibuat oleh para pelaut zaman kuno
dengan hanya mengandalkan matahari dan bintang (karena kompas belum ditemukan).
Pada peta-peta itulah dapat diidentifikan nama-nama geografi zaman kuno,
seperti nama pulau, nama tempat, nama sungai dan sebagainya. Identifikasi nama
geografi inilah yang terpenting jika dibandingkan soal akurasi bentuk peta.
Namun satu hal yang perlu diperhatikan ukuran peta seperti identifikasi pulau
ada kalanya terkesan dengan bentuk yang sekarang (peta satelit). Namun
perbedaan itu haruslah dicermati secara teliti, tidak langsung membandingkan
head to head.

Sebelum
ada peta digital (peta satelit) seperti yang sekarang, pengembangan peta
bersifat akumulatif sejak zaman kuno hinga masa kini. Hanya saja pengembangan
peta-peta di Hindia Timur (baca: Indonesia) itu baru terdokumentasi dengan baik
dan terus diupdate sejak era kehadiran pelaut0pelaut Eropa yang dimulai
Portugsi. Peta-peta sejak era Portugis itu bentuk peta semakin mencapai bentuk
aslinya seperti peta masa kini. Sumber peta dari para pelaut-pelaut dan para pedagang-pedagang
serta para pelancong dikumpulkan para ahli geografi di Eropa dan para ahli kartografi.
Saling bertukar informasi dan proses upgating terus menerus mejadi semakin
andal dalam navigasi pelayaran (perdagangan). Pada era VOC dan pada era
Pemerintah Hindia Belanda updating peta ini juga diperkaya dengan kegiatan
sangaja yang dilakukan oleh tim ekspedisi kelautan yang pada era Pemerintah
Hindia Belanda dilakukan oleh angkatan laut. Laporan-loporan pemetaan-pemetaan
ini tersu dikomunikasikan dalam jurnal-jurnal (ilmiah) kelautan dan navigasi.

Meski pelaut-pelaut Portugis
yang mengawali pembuatan peta-peta Hindia Timur dan dengan sadar menyimpan dan dengan
teliti terus memperkayanya (updating), tetapi sesungguhnya ketika pelaut-pelaut
Portugis datang tentulah tidak dengan tangan kosong. Pelaut-pelaut Portugis
juga telah menyalin peta-pata yang dibuat oleh pelaut-pelaut sebelumnya seperti
India, Arab, Persia dan orang Moor. Dalam navigasi pelayaran Portugis pertama
ke Hindia Timur, tidak hanya mengandalkan akumlasi peta-peta sebelumnya, juga
diketahui mereka masih mengandalkan pelaut-pelaut non-Eropa terutama orang-orang
Moor (yang sudah berabad-abad memiliki pengetahuan tentang Hindia Timur).

Pengetahuan
pemetaan ini pada dasarnya milik semua bangsa sejak zaman kuno, tidak hanya
orang India, Tiongkok, Persia, Arab dan Eropa, juga dimiliki oleh para penduduk
asli di Hindia Timur. Sangat naif jika navigasi pelayaran Kerajaan Aru dan
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit tidak memiliki peta-peta dalam
melakukan perdagangan antara tempat antar pulau. Namun permasalahannya adalah
peta-peta itu tidak disimpan atau tersimpan dengan baik, sehingga peta-peta
yang digunakan hanya mengacu pada peta-peta terbaru siapa (bangsa) manapun yang
membuatnya. Oleh karena itu tidak menyisakan data sejarah dalam bentuk peta
(kecuali prasasti dan candi). Yang menyimpan peta-peta ini adalah bangsa-bangsa
yang sudah memiliki disiplin (administrasi) keilmuan yang baik seperti Persia.
Arab dan Eropa apakah peta-peta itu dianalisis, dinarasikan dalam buku-buku
geografi atau menjadi bagian dari narasi sejarah yang mereka tulis. Salah satu
ahli yang berkutat dalam soal geografi dan kartografi itu adalah Ptolomeus di
Eropa yang pernah tinggal di Alexandria. Ptolomeus yang hidup pada abad ke 2
(96-165 M) pernah menulis (buku) catatan geografi. Tentu saja sumber peta
Ptolomeus juga bersumber dari akumuasi peta zaman kuno yang dipekerkayanya
dengan sumber-sumber baru seperti berita-berita pelancong, hasil-hasil
ekspedisi pelayaran dan sebagainya. Dalam peta-peta Ptolomeus ini sudah
diidentifikasi situasi dan kondisi geografi di Hindia Timur dalam catatan
geografinya dan juga telah dipetakan dalam peta-peta yang dibuatnya. Dalam hal
ini tentu saja sudah begitu banyak yang berubah (updating dan akumulatif dalam
peta) sejak era Ptolomeus  abad ke-2
hingga kehadiran pelaut-pelaut Eropa Portugis di Hindia Timur pada awal abad
ke-16.

Peta Hindia Timur sebagai
bagian dari peta dunia, dalam hal ini tentulah sudah berlakngsung sejak lama
(bahkan sejak zaman kuno). Namun diantara peta-peta zaman kuno yang dibuat oleh
Ptolomeus pada abad ke-2 sudah teridentifikasi wilayah Hindia Timur. Akan
tetapi pada peta-peta itu banyak nama pulau yang belum diidentifikasi dengan
baik. Juga penggambarannya dalam peta terkesan tidak meyakinkan. Satu peta yang
tersimpan dengan baik adalah peta suatu pulau yang lebih lengkap yang pada awal
era navigasi pelayaran Eropa (Portugis) mulai diperdebatkan karena dianggap
tidak bersesuaian dengan fakta yang mereka temukan. Peta pulau tersebut adalah
peta yang disebut pulau Taprobana.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peta Modern: Peta Satelit, Googlemap, Googleearth dan
Video Drone

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top