Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia(72): Orang Moor Pendahulu Navigasi Pelayaran Eropa-Hindia Timur; Bangsa Moro Filipina, Koja Jakarta




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini  

Hingga ini hari, hampir semua orang tidak terlalu
mengetahui sejarah bangsa Moor. Sejarah mereka tenggelam (sengaja atau tidak
sengaja) ditindih sejarah Portugis dan sejarah Spanyol, tidak hanya di Eropa juga
hingga bagian-bagian dunia terpencil seperti Hindia Timur dan Pasifik. Orang
Eropa di abad pertengahan, yang masih rasail tentu menjadi atmosfir yang sesuai
untuk menghilangkan jejak-jejak peradaban Moor yang tinggi di Eropa selatan
seperti di Cordoba, Andalusia, Sevila, Madrid dan Malaga. Demikian juga sejarah
orang (bangsa) Moor di Indonesia hanya ditulis samar-samar. Semua itu bisa jadi
karena ketidaktahuan akibat sejarah Indonesia lebih merujuk pada sejarah
terakhir (era kolonial Belanda). Faktanya sejarah orang Moor di Indonesia
berada di depan mata. Mengapa begitu buta kita selama ini
?

Jejak-jejak Orang Moor begitu banyak dan
sangat luas. Mulai dari Eropa Selatan, Mafagaskar, India (Pakistan dan
Bangladesh) hingga selata Malaka dan seterusnya ke Tiongkok, Filipina, Sulawesi
dan Maluku bahkan ke selat Torres dan Maori (Selanjia Baru). Jejak orang Moor
di Nusa Tenggara terutama di Bima. Orang Moor tidak dari utara (selat) Malak ke
Jawa, tetapi dari timur (Sulawesi dan Nusa Tenggara) ke Madura dan Batavia.
Orang-orang Moor adalah yang menidentifikasi nama tempat dengan awal Ma,
seperti nama Malaga, Maroko, Mauritania, Malagasi (Madagaskar). Malaka dan Muar(Semenenajung),
Manila, Makao, Mangindanao, Matan, Manado, Maluku, Mamuju, Makassar, Maros,
Maori dan Ma[ng]garai dan Madura. Juga nama-nama yang merujuk pada nama Moor seperti
pulau Moro di Riau, Morong di teluk Manila, [bangsa] Moro di Mangindanao,
Amurang di Minahasa, pulau Morotai, Semenanjung Morowali dan sebagainya.
Orang-orang Moor di Jawa disebut juga orang Koja (merujuk pada gelar mereka,
Coija) yang menjadi asal-usul nama (kampong) Koja di Batavia (Jakarta) dan
Pekojan di Semarang.

Lantas bagaimana sejarah orang Moor di Hindia Timur
(Nusantara) khususnya di Indonesia yang sekarang? Seperti disebut di atas,
sejarah orang Moor sangat begitu banyak. Hanya saja selama ini kurang
terinformasikan dan nyaris tidak ada yang menulisnya. Lalu bagaimana sejarah
orang Moor di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*

Nama Moor di Eropa: Perang Salib, Orang Moor
Menyebar hingga Hindia Timur (di Kerajaan Aru)

Seperti disebut
di atas, jejak orang Moor dari zaman lampau begitu banyak di, khsusnya di
wilayah Indonesia, hal serupa itu di Eropa. Jejak orang Moor di Eropa bahkan
sangat masif ditemukan pada pada masa, khususnya di Spanyol dan Portugas. Lalu
mengapa jejak-jejak kasat mata itu tidak pernah dicapture di dalam berbagai
tulisan-tulisan sejarah. Dihighlight juga tidak. Padahal sejarah adalah narasi
fakta dan data. Analisis sejarah harus proporsional, apa adanya tanpa memandang
ras apapun. Lantas mengapa ras Eropa mendominasi isi sejarah, sementara bagian
sejarah orang Moor dipinggirkan
? Ternyata sejarah
kita juga mengikuti arah yang diinginkan oleh ras Eropa.

Dalam narasi lama, yang pertama dan satu-satunya
yang mencatat kehadiran orang-orang Moor di Hindia Timur adalah Mendes Pinto.
Jelas Mendes Pinto paham siapa orang-orang Moor, darimana mereka berasal dan
mengapa namanya disebut Moor. Di Hindia Timur orang-orang Moor dianggap
orang-orang Arab juga karena orang Moor beragama Islam (karena memang
penampilan dan perawakan yang juga mirip). Nama ada perbedaan diantara yang
beragama Islam, orang Moor berbeda dengan orang Arab dan Persia. Orang Moor
sudah sejak lama kehilangan tanah air (di Eropa terutama di Spanyol dan
Portugal seperti kota-kota Cordoba dan Andalusia), karena itu mereka menyebar
kemana saja tanpa memandang tempat untuk berlabih dengan ras apapun dan tingan
kebudayaan apapun. Orang Moor gampang beradaptasi di tempat tujuan sekalipun
pendudknya pagan, Mereka hanya berpikira bagaimana mereka bisa survive dengan
kemahiran navigasi pelayaran dan perdagangan antar kota antar pulau. Tampaknya
mereka mengikuti pepatah penduduk asli dimana bumi dipijak disiyu langit
dijunjung. Orang Moor tidak (akan) kembali, mereka tidak punya kampung lagi.

Orang-orang Moor di Hindia Timur memang 
seakan tidak begitu jelas. Mereka tidak diidentifikasi atau
mengidentifikasi diri sebagai Moor. Boleh jadi itu terjadi karena stateless dan
tidak ada raja yang memerintah atau yang harus dihormati. Mereka ada
dimana-mana meski berbaur dengan penduduk asli, kehadiran mereka tetap dapat
dibedakan oleh orang-orang Portugis. Tidak hanya fisik, bahasa, perilaku dan
kemampuanya, tetapi juga orientasi politiknya. Bagaimana bisa? Orang Moor
adalah tetangga orang-orang Portugis di Portugal (orang-orang Moor masih ada
yang tersisa sebagai minoritas di Eropa terutama di Spanyol dan Portugal) namun
berada di bawah rezim-rezim yang berkuasa, dinasti Spanyol dan dinasti
Portugal. Hal itulah mengapa orang-orang Portugis di rantau di Hindia Timur
tidak diganggu (karena orang Portugis mengetahui persis pengetahuan dan
kemampuan orang-orang Moor dalam banyak hal) tetapi juga tidak didekati (karena
berbeda ras dan tentu saja agama, yamg mana saat itu perilaku rasial begitu
meluas di Eropa).

Satu kemampuan orang-orang Moor yang tidak dapat
ditandingi oleh orang-orang Portugis adalah soal navigasi pelayaran di laut.
Orang Erropa seperti orang-orang Portugis pada saat permulaan navigasi
pelayaran Portugis, pelaut-pelaut Portugis adalah bagai anam kemarin sore yang
belum begitu berpengalaman, sementara pelaut-pelaut dan pedagang-pedagang Moor
sudah berpengalaman berabad-abad hingga Hindia Timur. Orang-orang Portugis
hanya unggul dalam teknologi kapal dan perlengkapa senjata. Orang-orang
Portugis juga mentehaui bahwa penduduk yang mendiami pantai utara dan barat
laut Afrika adalah orang-orang Moor seperti di Maroko, Mauritania dan Tunisia
yang sekarang. Orang-orang Moor stateless (pelarian dari Spanyol dan Portugal)
ini yang menghubungkan arus perdagangan dari Hindia Timur ke orang-orang Moor
di pantai utara Afrika untuk diteruskan ke Eropa. Orang Moor pertama yang
dicatat dalam sejarah yang pernah berkunjung ke Hindia Timur (di sekitaer selat
Malaka dan bahkan ke Tiongkok) adalah Ibnu Batutah pada tahun 1345. Ibnu
Batutah adalah seorang Moor asal Tunisia. Kehadirannya di selat Malaka
mengindikasikan komunitas orang-orang Moor di selat Malaka sudah sangat ramai.
Dalam lampran Mendes Pinto yang pernah berkunjung ke Kerajaan Aru tahun 1537
menyebut Kerajaan Aru diperkuat oleh pedagang-pedagang Moor.

Tunggu deskripsi
lengkapny
a

Jejak-Jejak Orang Moor di Indonesia: Ada di
Depan Mata

Tunggu deskripsi
lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog
ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi
warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan
utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat
tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton
sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan
sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam
memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini
hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).
Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top