Sejarah

Sejarah Padang Lawas (1): Narasi Sejarah Padang Lawas; The Forgotten Kingdoms in Sumatra FM Schnitger, Leiden 1939


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

The
Forgotten Kingdom judul sebuah drama film 2013. Nama itu juga The Forgotten Kingdom judul sebuah novel
2021. Tentunya masih banyak versi lainnya. Artikel ini tidak sedang
membicarakan narasi versi-versi fiksi tersebut. FM Schnitger sepulang melakukan
eskavasi kepurbakalana dari Padang Lawas menulis suatu monograf berjudul Forgotten
Kingdoms in Sumatra yang diterbitkan di Leiden tahun 1939.

Padang
Lawas: Kerajaan Panai yang Penting Bagi Mancanegara Purbakala.. Afkar
Aristoteles Mukhaer. Selasa, 14 Juni 2022.
Nationalgeographic.co.id. Teks Nagarakertagama
menyebutkan beberapa daerah dikuasai Majapahit, salah satunya Pane (Panai).
Nama kawasan disebutkan dalam Prasasti Tanjore di India pada abad ke-9. Isinya
menginginkan kawasan Panai untuk ditaklukkan di bawah Kerajaan Chola. Nama ini
menjadi misteri bagi sejarawan di mana negeri Panai itu, dan apa yang
membuatnya harus ditaklukkan. Lisda Meyanti dari Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional (Puslit Arkenas), memperkirakan lokasi kedua kerajaan itu berada di
Padang Lawas, Sumatra Utara. Pemaparan di jurnal AMERTA Juni 2019. Dia
menjelaskan, alasan Padang Lawas sebagai “Kerajaan Panai” karena
ditemukan prasasti juga menyebutkan kata Panai disana. Prasasti itu pun dinamai
Panai yang ditemukan di Komplek Candi Padang Lawas. “Banyak peneliti yang
berusaha menemukan lokasi Panai, tetapi bukti yang mereka kemukakan berupa
tulisan asing dan benda (artefak) yang berasal dari daerah lain,” tulis
Lisda. Prasasti bertuliskan sepuluh baris itu mendeskripsikan kawasan
sekitarnya, sehingga lebih kuat untuk memberikan kesaksian.
(https://nationalgeographic.grid.id/)

Lantas bagaimana sejarah narasi sejarah Padang
Lawas? Seperti disebut di atas, di wilayah Padang Lawas ditemukan banyak candi
yang berasal dari masa lampau, suatu wilayah terbanyak candi di Sumatra. The
Forgotten Kingdoms in Sumatra FM Schnitger, Leiden 1939. Lalu bagaimana sejarah
narasi sejarah Padang Lawas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. 
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Narasi Sejarah Padang Lawas; The Forgotten Kingdoms in
Sumatra FM Schnitger, Leiden 1939

Seberapa tua sejarah Padang Lawas? Meski belum diketahui,
tetapi pertanyaan itu penting untuk dijawab. FM Schnitger dalam menografnya
berjudul The Forgotten Kingdoms in Sumatra mengutip catatan Tiongkok sudah
dikenal pada abad ke-6 dengan nama Poeni atau Poli.


FM Schnitger sendiri pertama kali ke Padang Lawas pada bulan Juni 1935. Keberadaan
candi-candi dan benda kepurbakalan sudah diketahui satu abad yang lampau oleh Junh
Huhn. Pada tahun 1840 Juhn Huhn dan von Rosenberg melakukan eskpedisi ilmiah di
wilayah Angkola. Mengapa begitu lama jarak antara Juhn Huhn yang melaporkan pertama
dengan Schnitger yang melakukan eskapasi pertama? Pertanyaan ini idem dito: mengapa
selama ini soal kepurbakalaan belum ada penyilidikan yang komprehensif
dilakukan?

Ptolomeus dalam catatan geografisnya pada abad ke-2 juga
melampirkan peta semenanjung Aurea Chersonesus. Dalam bahasa Latin aurea=emas
dan Chersonesus=semenanjung. Dalam catatannya disebutkan bahwa kamper
didatangkan dari Aurea Chersonesus (pulau Sumatra) bagian utara. Sementara di
dalam peta Aurea Chersonesus diidentifikasi nama (kota) Tacola. Apakah nama
Tacola ini adalah Angkola? Kita lihat nanti. Masih pada abad ke-2 catatan Tiongkok
disebutkan utusan Radja Yeh Tiao dari selatan telah menghadap kaisar Tiongkok
untuk membuka pos perdagangan. Dimana pos perdagangan ini? Kita lihat nanti.


Kamper adalah salah satu komoditi perdagangan kuno (lainnya adalah kemenyan,
emas dan getah puli yang ditemukan di wilayah Angkola). Kamper digunakan dalam
pembalseman pada masa Mesir kuno. Kamper hanya ditemukan di Asia Tenggara.
Tempat yang terdekat dengan barat berada di pantai barat Sumatra.
Aksara Batak diduga sudah sangat
tua dan mirip dengan aksara Fenisia (lihat A Phoenician Alphabet on Sumatra by
EEW Gs Schröder ini Journal of the American Oriental Society, Vol. 47, 1927).  Fenesia adalah aksara kuno yang sudah punah
di Laut Mediterani (sekitar Suriah yang sekarang) yang menjadi cikal bakal aksara
Arab dan Latin. 
Bagaimana aksara Batak mirip aksara Fenesia?.

Pada abad ke-5 dalam literatur Eropa disebutkan
bahwa kamper diimpor dari pelabuhan yang disebut Baroussa. Apakah nama Baroissa
ini adalah Barus? Kita lihat nanti. Lantas apakah informasi ini bersesuaian
dengan catatan Tiongkok pada abad ke-6 yang dikutip Schnitger tentang nama
Poeni atau Poli? Kita lihat nanti.


Sumber tertua yang ditemukan di pulau Sumatra yang berasal dari abad ke-7
berada di pantai barat dan pantai timur. Di pantai barat di Barus ditemukan
makam kuno orang Arab dimana pada nisan bertarih tahun 662. Sementara itu di
pantai timur di Palembang ditemukan prasasti Kedoekan Boekit beratarih 682.
Dalam teks prasasti ini ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dalam bahasa
Sanskerta dan bahasa Batak. Dalam teks disebutkan raja berangkat dari Minanga.
Apakah Minanga adalah kota Binanga yang sekarang di Padang Lawas? Kita lihat
nanti.

Tunggu deskripsi lengkapnya

The Forgotten Kingdoms in Sumatra FM Schnitger, Leiden
1939: Barus di Pantai Barat, Binanga di Pantai Timur

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top