Sejarah

Sejarah Padang Lawas (5): Kerajaan Panai di Sumatra, Utusan Moor Ibnu Batutah dan Penjelajah Nicolo Conti;Kerajaan Majapahit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah
adalah soal timeline yang berkesinambungan. Kerajaan-kerajaan di Padang Lawas
tetap eksis sementara kerajaan kuat di Jawa berada di Kerajaan Majapahit. Pada
masa Kerajaan Singhasari terdapat hubungan dengan Kerajaan Panai di Padang
Lawas. Apakah kemudian kemudian hubungan tersebut masih berlaku pada era Kerajaan
Majapahit. Pada masa inilah
utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti berkunjung ke pantai
timur Sumatra.

 

Niccolò de’ Conti seorang penjelajah berangkat
dari Venesia tahun 1419. Serelah menetap di Damaskus, belajar bahasa Arab. Conti
melintasi gurun ke Bagdad dan berlayar menyusuri sungai Tigris ke Basra. Masa ini
juga ekspedisi Tiongkok dipimpin Zheng He. Conti kemudian berlayar melalui
Teluk Persia ke Iran. Setekag belajar bahasa Persia, Conti kemudian
menyeberangi laut Arab hungga di Gujarat dan mencapai Vijayanagar, ibu kota
Deccan sebelum 1420 dan Maliapur di pantai timur India. Tahun 1421 Conti
menyeberang ke Pedir di Sumatera bagian utara. Setelah satu tahun, Conti kemudian
melanjutkan ke Tenasserim di Semenanjung Malaya. Lalu dari Burma berangkat ke
Jawa dimana Conti menghabiskan sembilan bulan, sebelum lanjut ke Champa. Conti pulang
melalui laut pada tahun 1439. Conti menggambarkan Asia Tenggara sebagai “yang
melampaui semua kawasan lain dalam hal kekayaan, budaya dan kemegahan, serta
berada di depan Italia dalam hal peradaban”.
Catatan perjalanan Conti konsisten
dengan catatan penulis di kapal Cheng Ho, seperti Ma Huan (1433) dan Fei Xin (1436)
(Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Panai di
Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti
disebut di atas penting untuk memahami timeline sejarah Padang Lawas dengan
menggunakan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber. Perjalanan utusan Moor
Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti menjadi penting. Sementara itu di Jawa
Kerajaan Majapahit tengah Berjaya. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Panai di
Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe. 
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Kerajaan Panai di Sumatra, Utusan Moor Ibnu Batutah
dan Penjelajah Nicolo Conti; Kerajaan Majapahit

Bagaimana situasi dan kondisi peradaban masa lalu
sangat tergantung dari data yang tersedia. Demikian halnya dengan sejarah peradaban
kerajaan-kerajaan di nusantara seperti kerajaan Singhasari dan kerajaan
Majapahit serta kerajaan-kerajaan di Padang Lawas. Bagaimana tingkat peradaban
masing-masing sangat tergantung informasi yang tersedia di dalam data sejarah
yang ada. Ilmu sejarah telah membatasi, sejarah adalah narasi fakta dan data, sejarah
tentang suatu yang pernah terjadi yang didukung data. Lalu apakah ada data yang
tidak mengindikasikan sesuatu terjadi? Dalam hal inilah satu sumber data tidak
cukup.


Data sejarah adalah suatu proses pengumpulan data sejak kapan data itu
ada, kapan ditemukan dan kapan digunakan. Semua itu tergantung bagaimana data
itu terawetkan. Data tertulis secara eksplisit menginformasikan sesuatu. Tulisan
pada prasasti menjadi penting di masa awal, dan teks tertulis dalam media lain
seperti kertas yang berasal dari Eropa dan Tiongkok semakin memperkaya data
yang ada. Dalam konteks inilah narasi sejarah masa lampau penting arti data,
namun langka, tetapi masih dapat digabungkan dari berbagai sumber, sekalipun
itu dari tempat yang jauh. Jika pun data dari sumber jauh itu tidak menujukkan secara
langsung tetapi dapat dijadikan sebagai suatu perspektif untuk lebih
memperjelas suatu kajian yang ingin diketahui. Seperti sebelumnya, apa makna yang
dapat diambil dari perjalanan Marco Polo, demikian juga halnya makna laporan
perjalanan Ibnu Batutah dalam membuat lebih terang sejarah Padang Lawas yang
hanya berdasarkan data sumber dari prasasti. Semua itu kita berbicara secara
horizontal. Sementara yang lebih penting, sifat informasi yang secara vertical dapat
disusun ke dalam urutan waktu. Sejarah masa lampau, dalam hal ini Padang Lawas,
adalah sejarah antar waktu, antar peristiwa yang berbeda di wilayah yang sama.

Selain prasasti, salah satu sumber sejarah nusantara
yang tertulis adalah teks Negarakertagama (1365). Teks berbahasa Kawi ini
ditemukan di kraton Tjakranegara di Lombok dalam Perang Bali 1896. Teks ini
tidak menceritakan tentang Lombok tetapi diduga, menceritakan tentang Kerajaan
Majaphit di Jawa (Modjokerto).


Saat teks Negarakertagama ditemukan tahun 1896, tidak satupun yang mampu
membacanya. Hal itu karena teks ditulis dalam aksara Jawa kuno dan bahasa Jawa
kuno (Kawi). Pemilik teks, Radja Karangasem di Lombok tentu saja tidak pernah
mengetahui isinya, boleh jadi itu adalah suatu warisan yang perlu dipelihara
dan dijaga dari kerusakan dan kehilangan. Dr Brandes adalah orang pertama
membaca teks. Hasil awalnya dipandang sangat memuaskan karena Brandes adalah ahli
bahasa-bahasa di India termasuk bahasa Sanskerta. Dr HN van der Tuuk adalah
orang pertama yang mulai menyadari terjemahan Kern banyak salahnya, karena van
der Tuuk menemukan ada perbedaan bahasa Kawi dengan bahasa-bahasa di India.
Semua kaget, termasuk Prof Kern sendiri. Lalu kamus bahasa Kawi disusun dimana
kontribusi van der Tuuk sangat banyak, yang mana saat itu van der Tuuk tengah
mempelajari bahasa Bali (sejak 1870). Dengan kamus bahasa Kawi itulah kemudian
teks Negarakertagama dapat dibaca dengan jelas. Hasil terjemahan kembali Dr
Brandes teks Negarakertagama yang berasal dari era Kerajaan Majapahit (1365) kemudian
dikritisi oleh Prog Kern yang dipublikasikan pada tahun 1919. Hasil publikasi
Prof Kern inilah yang digunakan sebagai salah satu dalam tulisan ini.

Dalam teks Negarakertagama cukup banyak disebutkan
nama-nama tempat di Sumatra bagian utara termasuk nama Pane dan (Padang) Lawas.
Nama Pane diduga kuat nama Panai yang sudah lama dikenal. Dalam teks tidak
disebut Sumatra tetapi oleh orang Jawa disebut pulau Melayu. Demikian juga
dengan nama Kalimantan disebut Tanjung Pura. Di pulau Melayu terdapat sejumlah
nama yakni (Prof Kern): Jambi, Palembang, Tëba (yaitu menurut pengucapan daerah
Batak. Toba), Dharmagraya, Kandis, Kahwas, Manangkabo, Siyak, Rëkan (sekarang
Rokan), Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandahiling, Tumihang (baca Tamihang),
Parlak, Barat, Lwas, Samudra, Lamuri, Batan, Lampung dan Barus.


Dalam Zang-12 disebutkan “Seperti Bulan dan Matahari, kota Tikta-griphala yang tiada bandingannya, cemerlang menggantikan
sinarnya (Matahari dan Bulan)/ Ada banyak tempat tinggal yang berbeda,
masing-masing dengan keindahan yang berbeda. Seperti planet-planet lainnya,
banyak kota lain yang dipimpin oleh Daha, dan pulau-pulau lainnya, semuanya
negara bawahan, mencari dukungan membuat penampilan mereka besar”. Lalu
kemudian pada Zang-13 dan Zang-14 daftar nama tempat, termasuk nama-nama di
pulau Melayu di atas.

Dalam hal ini nama pulau Melayu oleh orang Jawa adalah
nama kolektif untuk wilayah-wilayah di Sumatra. Sebagaimana jauh sebelum itu dalam
catatan prasasti dari tahun 1208 menyatakan bahwa seluruh pulau (Sumatra) dikenal
sebagai Suwarnabhümi. Lantas sejak kapan orang Jawa menyebut pulau Melayu?


Nama pulau Melayu diduga bermula dari era Singhasari. Disebut daerah di
hulu sungai Batanghari tunduk pada (pulau) Jawa yang disebut dengan Malayu, dan
belakangan masih dalam bahasa Jawa kerajaan Mënangkabau disebut menyandang nama
Malayupura. Hal itulah diduga yang menjadi mungkin anggapan bahwa Malayu asal-usulnya
nama wilayah Sumatera yang pertama kali ditaklukkan oleh Jawa (Singhasari).

Dalam teks Negarakertagama (1365) nama Pane dan Mandahiling
(plus Rekan/Rokan dan Barus) dalam konteks Padang Lawas. Dalam teks juga
disebut Parlak, Samudra dan Batan serta Lamuri. Seperti disebut sebelumnya
dalam perjalanan Marco Polo (1271) menyebut nama Batan dan Ferlak. Sementara di
masa lampau (prasasti Tanjore, 1030) disebut nama Panai dan Lamuri. Lalu dalam perjalanan
Ibnu Batutah (1345) menyebut nama Samodra.


Nama Panai/Pane dan Lamuri diduga kuat menjadi dua diantara nama tertua
di Sumatra bagian utara. Nama Panai dalam hal ini diduga merupakan nama yang menonjol
setelah di masa lampau disebut nama Minanga/Binanga (prasasti Kedoekan Boekit, 682).
Dapat ditambahkan disini, catatan Tiongkok era dinasti Soeng II antara
905 dan 1178 disebut nama San-bo-tsai (atau San-fo-ts’i) yang diduga kuat adalah
Tambusai (nama tempat yang berada diantara Mandahiling dan Rokan serta Pane). Sementara
itu, dalam catatan Eropa sudah disebut nama Barus pada abad ke-5. Keberadaan
nama Barus versi Eropa tersebut kini semakin diperkuat dengan nisan orang Arab
di Barus yang berasal dari abad ke-6. Barus dan Minanga/Pane serta Tambusai
adalah nama-nama yang dapat dikatakatan tiga nama tempat tertua di Sumatra
bagian utara. Wilayah diantara tiga tempat inilah yang diduga di masa lampau
dalam catatan geografis Ptolomeus (abad ke-2) sebagai nama Tacola. Dalam
prasati Tanjore (1030) nama tersebut muncul sebagai nama yang diduga Takkolam
(Angkola?).

Lalu seberapa penting nama Pane di Padang Lawas bagi
Majapahit di Jawa? Seperti disebut sebelumnya, ada hubungan yang erat antara Panai
di Sumatra dengan Singhasari di Jawa (dalam hubungannya dengan agama Boedha
Batak sekte Bhirawa). Lalu bagaimana kemudian Pane di Padang Lawas berada di
bawah Majapahit seperti yang disebut dalam teks Negarakertagama 1365?


Majapahit adalah sebuah kemaharajaan berpusat di Mojokerto, Jawa Timur
berdiri tahun 1293. Kemaharajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya menantu
Kertanagara, maharaja Singhasari terakhir. Pada tahun 1289 datang utusan
Kubilai Khan meminta agar Kertanagara tunduk kepada kekuasaan Mongol.
Kertanagara menolak permintaan itu. Untuk membalas hal itu, beberapa tahun
kemudian Kubilai Khan mengirim pasukan untuk menaklukkan Singhasari. Pasukan
tersebut mendarat di Jawa tahun 1293 di mana saat itu Kertanagara telah lebih
dulu meninggal akibat pemberontakan Jayakatwang. Pada tahun 1292, Jayakatwang merupakan
keturunan Kertajaya raja terakhir Kadiri memberontak bergerak menyerang
Singhasari. Kertanagara mengirim kedua menantunya, yaitu Raden Wijaya putra
Lembu Tal dan Ardharaja putra Jayakatwang untuk melawan. Tetapi Ardharaja
berkhianat dan kemudian bergabung ke dalam pasukan ayahnya. Saat pasukan menyerang,
Kertanagara sedang mengadakan upacara ritual keagamaannya. Kertanagara lalu
keluar menghadapi serangan pasukan musuh, tetapi akhirnya ia tewas terbunuh.
Jayakatwang merupakan ipar, sekaligus besannya Kertanegara. Pemerintahan Wangsa
Rajasa kemudian diteruskan oleh menantunya yaitu Raden Wijaya, dengan
mendirikan kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Tentang Majapahit ini berdasarkan
Pararaton, Nagarakertagama, sumber Tiongkok dan lainnya. Pada tahun 1328,
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Rajapatni menunjuk anak perempuannya
Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336,
Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah
Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan
kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya,
Hayam Wuruk. Ketika naik tahta Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun (Wikipedia)

Pada tahun 1336 Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih
di Majapahit. Saat pengangkatannya itu, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa
yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit. Seperti
disebut di atas pada tahun 1345 utusan Moor Ibnu Batutah berkunjuung ke pantai
timur Sumatra di Samodra.


Dalam Wikipedia disebutkan Ibnu Battuta dalam perjalanannya antara tahun
1332–1347 mengunjungi tempat yang disebut “Mul Jawa” (pulau Jawa atau
Jawa Majapahit, kebalikan dari “al-Jawa” yang mengacu pada Sumatra).
Negeri itu membentang sebesar 2 bulan perjalanan, dan memerintah negara Qaqula
dan Qamara. Dia tiba di kota bertembok bernama Qaqula/Kakula, dan mengamati
bahwa kota itu memiliki kapal perang untuk bajak laut yang merampok dan
mengumpulkan tol dan gajah dipekerjakan untuk berbagai tujuan. Dia bertemu
dengan penguasa Mul Jawa dan tinggal sebagai tamu selama tiga hari. Ibnu
Battuta mengatakan bahwa perempuan Jawa menunggang kuda, memahami cara memanah
dan berperang seperti laki-laki. Ibnu Battuta mencatat sebuah cerita tentang
sebuah negara bernama Tawalisi yang menentang raja China (Dinasti Yuan) dan
berperang dengannya menggunakan banyak kapal jung sampai dia berdamai dengan
syarat tertentu.

Dalam laporan perjalanannya, Ibnu Batutah setelah di Samudra Pasai lalu ke Tiongkok melalui Jawa. Mengapa Ibnu Batutah ke Jawa? Disebutkan
dalam awal perjalanan Ibnu Batutah pada tahun 1326 bertemu dengan seorang ahli
agama Sjeh Burhanudin di Aleksandria mengatakan kepada Ibnu Batutah bahwa kelak
engkau bertemu dengan saudaraku Faridudin di India, Rukanudin di Sindi, dan
Burhanudin di Tiongkok.


Meski demikian, kesultanan (kerajaan Islam) terjauh di timur menurut Ibnu
Batutah hanya di Samudra Pasai.
Besar dugaan orang-orang Moor inilah yang memberi pengaruh besar dalam
pertumbuhan dan perkembangan Islam di nusantara. Ibnu Batutah juga menyebut
bahwa orang-orang Islam di pantai barat India dari golongan mazhab Maliki
sebagaimana juga di kesultanan Samudra Pasai.

Saat ini di Tiongkok, termasuk Canton berada di bawah
kekuasaan orang Mongol (bangsa yang sama juga sebelumnya pernah menduduki
Persia hingga Irak). Sementara itu menurut Ibnu Batutah yang pernah ke Delhi (
utara India) adalah sisa
kesultanan Islam yang masih tersisa yang luput dari serangan Mongol.


Dalam risalah Ibnu
Batuta
h disebut seorang raja pribumi
Sumatra. Siapakah itu? Selain itu dalam risah Ibnu Batutah pada tahun 1345
yang singgah di Kesultanan Pasai juga
disebut Al Jawa. Ibnu Batutah menyebut sultan Samudara rajin beribadah dengan
tingkat ketekunan yang tinggi, dan kerap memerangi kaum penyembah berhala di
kawasan itu. Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa Pulau Sumatra kaya akan kapur
barus. Siapa raja pribumi Sumatra yang diduga penyembah berhala?
Al Jawa inilah diduga yang
menjadi nama aksara Jawi. Sebagaimana prsasti tertua ditemukan dalam prasasti
Trengganu. Sementara itu Jika di Jawa masih beragam Hindu (sebagaimana risalah
Ibnu Batutah yang pernah berkunjung) dan di Tiongkok hanya ada pekampongan
Islam, lantas apakah yang memberi titah di Trengganu sebagaimana pada teks
Prasasti Trengganu, adalah kesultanan Samudara Pasai? Sementara radja pribumi
Sumatra masih menyembah berhala. Sekali lagi: siapa itu Radja Sumatra?

Seperti disebut dalam risalah Ibnu Batutah raja
pribumi Sumatra yang kuat selalu bersitegang dengan Kesultanan Samudra Pasai
(golongan Islam versus golongan penyembah berhala—Hindu/Budha). Sebagaimana Schnitger,
1936 menyebutkan kerajaan di Padang Lawas memiliki kepercayaan sekte tersendiri
dari Budha yang disebutnya sebagai sekte Bhairawa (agama Batak kuno).


Masih menurut Schnitger, dua raja terkenal yang menjadi pendukung fanatic
agama Budha Batak ini adalah raja Kertanegara (di Singosari-Jawa) dan raja
Adityawarman (di Dharmasraya-Sumatra bagian tengah). Dalam konteks inilah
diduga yang menyebabkan ruang ekspansi Kesultanan Samudara Pasai terbatas. Lalu
bagaimana dengan Majapahit dari Jawa? Seperti disebut di atas hubungan
keagamaan ini sudah ada sejak era Singhasari.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kerajaan Majapahit: Suksesi Kerajaan Singhasari dan Atyawarman
Pendukung Fanatik Agama Boedha Batak Sekte Bhirawa

Dalam risalah Ibnu Batutah raja pribumi Sumatra yang
kuat selalu bersitegang dengan Kesultanan Samudra Pasai (golongan Islam versus
golongan penyembah berhala). Radja Sumatra ini haruslah diartikan berada di
Sumatra bagian utara (yang kaya dengan kamper). Dalam teks Negarakertagama
disebut kerajaan-kerajaan yang berada di Sumatra bagian utara adalah Tëba (Toba),
Dharmagraya, Kandis, Kahwas, Manangkabo, Siyak, Rëkan (Rokan), Kampar, Pane,
Kampe, Haru, Mandahiling, Tumihang (Tamihang), Parlak, Barat, Lwas, Samudra,
Lamuri dan Barus.


Dalam risalah Ibnu Batutah tidak ada indikasi Samodra berada di bawah supremasi
Jawa. Apakah kunjungan Ibnu Batutah ke Jawa sebelum ke Tiongkok mengindikasikan
Samodra berada di bawah Jawa? Lantas mengapa Ibnu Batutah menyebut Radja
Sumatra terus bersitegang dengan Samodra? Bagaimana posisi Jawa dalam hal ini?
Catatan: Teks Negarakertagama ditulis tahun 1365, sementara kunjungan Ibnu
Batutah terjadi pada tahun 1345. Ada rentang waktu selama 20 tahun. Selama dua decade
banyak kemungkinan yang terjadi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top