melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Tempo doeloe di Djakarta ada muziek orchest namanya
Sinondang Tapian Na Uli. Orkest musik ini didirikan oleh pemuda-pemuda asal
Sipirok, Tapanuli. Orkest musik bukan gondang, tetapi band. Grup musik ini
membawakan lagu-lagu daerah Tapanoeli khususnya daerah Sipirok. Pada tahun 1952
Sinondang Tapian Na Uli merekrut Gordon Tobing. Tahun ini pula Sinondang Tapian
Na Uli dan Gordon Tobing mulai tampil di radio Djakarta.
![]() |
Lagu dari Sipirok, Sinondang Sipirok di Djakarta (1954) |
Pemuda-pemuda Sipirok di Tapanoeli terbilang awal dalam penggunaan
alat-alat musik modern (Eropa). Ketika para pemuda Sipirok di era kolonial
Belanda cukup banyak di Batavia mereka mendirikan grup musik. Beberapa nama
yang turut bergabung dalam grup musik Sipirok ini antara lain Saidi Hasjim
Nasution (ayah dari Keenan Nasution) dan Ismail Harahap (ayah dari Ucok AKA)
dan Sakti Alamsjah Siregar (pendiri surat kabar Pikiran Rakyat Bandung). Satu
pemusik lagi yang berafiliasi dengan grup musik Sipirok ini adalah komponis
terkenal Nahum Situmorang (lahir di Sipirok, 14 Februari 1908). Grup musik asal
Sipirok ini pada pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda namanya disebut
Sinondang Na Uli. Pada awal tahun 1980an ketika saya masih kuliah, di Jakarta
terbentuk organisasi naposo nauli bulung (pemuda-pemudi) asal Tapanuli Selatan
(lahir di Tapanuli Selatan, lahir di Jakarta dan sekitar) yang diberi nama
Sinondang. Dalam bnku tahunan saya lihat para donatur sangat wah semisal Adam
Malik, Ir. Hasjroel Harahap, Dr, Arifin Siregar, Jenderal AH Nasution dan Sakti
Alamsjah. Para seniot tampaknya sedang bernostalgia.
dan banyak menerima order tampil di berbagai acara, grup musik Sinondang Tapian
Na Uli berganti nama menjadi Sinondang Sipirok (sejak Agustus 1955). Bagaimana
musik berkembang lebih awal di Sipirok (Tapanoeli) adalah satu hal dan
bagaimana terbentuk grup musik Sinondang Sipirok di Djakarta adalah hal lain
lagi. Untuk lebih memahaminya dan menambah pengetahuan, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*. Makam Dja Mangantar di Kemajoran, Batavia 1874
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.