*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Sejarah
tokoh militer asal Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan) terbilang baru. Pada era
Pemerintah Hindia Belanda tidak ada yang dilibatkan dalam satu militer, kecuali
hanya satu orang, itu pun pada akhir era kolonial yakni Sersan Abdul Haris Nasution.
Orang-orang Belanda, kerap menyatakan, entah berkelakar atau serius, ‘jangan
sertakan orang Batak menjadi militer’. Tidak disebutkan alasannya. Diterimanya
Abdul Haris Nasution sebagai kadet pada akademi militer di Bandoeng, boleh jadi
kekeliruan (tidak lazim). Selain Abdul Haris Nasution, satu lagi pemuda
Tapanuli yang diterimana adalah TB Simatupang.

Pemerintah Hindia Belanda di Afdeeling Mandailing en Angkola (kini Tapanuli
Selatan) yang digagas pada tahun 1838 (pasca perang) pemerintah pusat
menjanjikan pengangkatan seorang bupati (regent) di Afdeeeling Mandailing en
Angkola. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 1840 Gubernur Jenderal
merekrut Jung Huhn untuk melakukan ekspedisi penelitian botani dan geologi di
Afdeeling Mandailing en Angkola dan di Afdeeling Padang Lawas. Namun tidak lama
sepulang Jung Huhn dari wilayah itu, pemerintah pusat membatalkan jabatan
regent (bupati) untuk pemimpin lokal. Ini tidak lazim karena di seluruh Hindia
Belanda diangkat pemimpin lokal dengan jabatan bupati. Sejak janji itu
seumur-umur (hingga berakhirnya era kolonial) tidak pernah jabatan bupati
diberikan kepada para pemimpin lokal di Residentie Tapanoeli. Yang memimpin
langsung adalah pejabat Eropa-Belanda. Apa sebabnya tidak pernah diketahui,
hingga muncul kelakar atau serius di surat kabar ‘jangan libatkan orang Batak
menjadi militer’. Meski tidak diketahui alasan ‘tutup pintu’ untuk pemimpin
lokal dan kadet militer bagi orang Batak (KNIL) tetapi dapat diduga karena
orang Belanda beranggapan musuh Belanda yang sebenarnya adalah orang Batak.
Lantas
bagaimana sejarah tokoh militer asal Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan)? Seperti disebut di atas, sejarah militer bagi orang
Tapnuli Selatan adalah baru, pertama dan satu-satunya pada era kolonial
hanyalah Abdul Haris Nasution. Lalu bagaimana sesuah proklamasi kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Situasi dan kondisinya berbeda. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Perang Kemerdekaan: Kolonel
Abdul Haris Nasution dan Letkol MO Parlindungan
Persiapan
kemerdekaan Indonesia pada era pendudukan Jepang (BPUPKI sempat terhenti.
Mengetahui bahwa angkatan udara Amerika Serikat menjatuhkan bom di kota besar
Hirosima tanggal 6 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia keesokan harinya
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Panitia yang dibentuk
dan diketuai Ir. Soekarno tersebut diantaranya terdapat satu anggota berasal
dari Padang Sidempoean, Mr. Abdul Abbas Siregar. Dalam anggota BPUPKI
sebelumnya juga terdapat satu anggota berasal dari Padang Sidempoean Parada
Harahap.
Belum sempat bersidang PPKI, situasi dan
kondisi di Jepang semakin mencekam. Angkatan udara kembali menjatuhkan bom di
kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus. Jepang semakin shock. Kaisar Jepang pada
tanggal 15 Agustus menyerah kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Saat pengumuman
kaisar itu pada pagi lewat radia, di seluruh Jawa tiba-tiba terjadi pemadaman
listrik sehingga semua stasion radio tidak bisa menyampaikannya kepada
penduduk. Namun berita itu cepat menyebar, karena berita itu dapat ditangkap
dari radio-radio di kapal yang tengah berlabuh di Tanjung Priok. Keesokan
harinya, para pemuda revolusioner di Djakarta menculik Ir Soekarno ke Rengasdengklok
dan memaksanya mengumumkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dua diantara pemuda revolusioner itu berasal dari Padang Sidempuan yakni Adam
Malik dan Chairoel Saleh. Proklamasi kemerdekaan Indonesia benar-benar dibacakan
Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi. Siang itu, Adam Malik
meminta Mochtar Lubis membawa salinannya ke Bandoeng dengan kereta api untuk
disiarkan oleh Radio [Malabar] Bandoeng. Pada malam hari pukul 19, penyiar
Radio Bandoeng, Sakti Alamsyah Siregar berulang kali menyiarkan dan membacakan
salinan teks proklamasi kemerdekaan. Tidak hanya penduduk Priangan yang
mendengat berita dan isi proklamasi itu tetapi juga bisa ditangkap oleh stasion
radio Jogjakarta dan radio di Australia. Adam Malik, Mochtar Lubis dan Sakti
Alamysah Siregar berasal dari Padang Sidempuan. Tentu saja Abdul Haris Nasution
(eks Sersan KNIL) yang tinggal di Bandoeng yang satu kampung dengan Mochtar
Lubis di Kotanopan (Tapanuli Selatan) mengetahuinya.
PPKI
baru benar-benar bersidang pasca proklamasi kemedekaan pada tanggal 18 Agustus
1945. Pada hari itu UUD disyahkan, memilih Ir Soekarno sebagai Presiden dan
Mohamad Hatta sebagai Wakil Presiden serta membentuk komite nasional (semacam
pendahului dewan perwakilan dan majelis rakyat). Keesokan harinya lagi sidang
PPKI menentukan pembagian wilayah Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi,
membentuk komite nasional di daerah serta menetapkan 12 departemen dengan
menterinya yang mengepalai departemen dan 4 menteri agama. Pada sidang berikutnya
22 Agustus 1945 menghasilkan keputusan: pembentukan Komite Nasional, pembentukan
Partai Nasional Indonesia, pembentukan Badan Keamanan Rakyat (semacam pendahulu
TNI).
Sejatinya yang dicari para pemuda revolusioner
untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia adalah Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap.
Mengapa? Karea situasi dan kondisi saat itu, Amir Sjarifoeddin Harahap adalah
pemilik portofolio tertinggi. Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap tidak hanya
menentang Belanda tetapi juga anti Jepang. Sementara Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta
berkolaborasi dengan Jepang. Namun para pemuda menyadari sulit mencari Amir
Sjarifoeddin karena tidak tahu dimana ditahan militer Jepang di penjara rahasia
di Malang. Lalu pada saat penentuan siapa yang menjadi Menteri Penerangan agar
terkesan lebih revolusioner, nama Amir Sjarifoeddin Harahap kembali muncul, namun
dimana dia. Akhirnya Ir. Soekarno, sebagai Presiden bernegosiasi dengan Jepang
sehingga diketahui Mr. Amir berada di penjara Malang dan lalu dilepaskan dan
diminta ke Djakarta hingga diangkat menjadi Menteri Penerangan.
Lantas
siapa yang menjadi Menteri Pertahanan RI. Lagi-lagi menemukan jalan buntu,
bukan soal siapa dari kalangan mana (eks Heiho Jepang atau eks KNIL Belanda).
Satu-satunya yang berpengalaman saat itu dengan pangkat tertinggi adalah eks
KNIL Majoor Oerip Soemohardjo di Jogjakarta (majoor adalah pangkat tertinggi
bagi pribumi pada era Pemerintah Hindia Belanda). Namun Majoor Oerip tidak
bersedia karena sudah tua tetapi bersedia sebagai Kepala Staf. Akhirnya posisi
Menteri Pertahanan tetap lowong dan Majoor Oerip yang diangkat sebagai kepala
staf dengan pangkat Letnan Jenderal berperan sebagai panglima. Menteri
Pertahanan dan Panglima kosong. Saat inilah eks Sersan KNIL di Bandoeng, Abdul
Haris Nasution bereaksi dengan membentuk pasukan dan menjadikan Bandoeng
sebagai Markas Militer Indonesia. Radio Bandoeng lewat penyiarnya yang
revolusioner Sakti Alamsyah Siregar terus melaporkan aktivitas yang terjadi di
Markas Militer di Bandoeng.
Untuk melucuti senjata dan mengevakuasi
militer Jepang di Indonesia, Presiden Soekarno bernegosiasi dengan Panglima
Sekutu wilayah Pasifik di Singapoera. Pasukan Sekutu Inggris mendarat pertama
di Tanjung Priok tanggal 29 September. Untuk menjaga perairan teluk Djakarta,
eks sersan Heiho
Madmuin
Hasiboean membentuk pasukan di Tjilintjing (cikal bakal angkatan laut). Awalnya
kehadiran pasukan sekutu Inggris berjalan lancar. Namun situasi cepat berubah
karena diketahui Inggris memberi jalan bagi orang-orang Belanda di Australia
(Pemerintahan NICA yang dipimpin HJ van Mook) masuk wilayah Indonesia. Lalu itu
menjadi pemicu terjadinya peristiwa berdarah di Depok pada tanggal 11 Oktober
1945 yang terkesan sebagai respon terhadap pasukan sekutu Inggris dan NICA yang
tidak peduli terhadap Proklamasi Kmerdekaan Indonesia, lalu Markas Tentara
Rakjat Indonesia di Bandoeng mengumumkan Proklamasi Perang pada tanggal 13
Oktober 1945. Hal yang sama juga dilakukan Oemat Islam sebagaimana dilaporkan
Keesings historisch archief: 14-10-1945. Salah satu pasukan Oemat Islam ini yang
terorganisir adalah Hizbullah yang dipimpin oleh Zainoel Arifin Pohan (satu kampung
dengan Abdul Haris Nasution di Kotanopan). Pasukan Inggris tiba di Buitenzorg
tanggal 15 Oktober 1945 untuk pembebasan interniran, sekaligus mengevakuasi
sandera di Depok. Dari hari ke hari, tanda-tanda suhu perang semakin menguat.
Presiden Soekarno dalam dilema. Sebagian menginginkan dengan jalan tertib dan
damai dan sebagian yang lain (terutama dari kalangan pemuda) menginginkan
perang. Radio Bandoeng yang dilansir surat kabar berbahasa Belanda melaporkan
bahwa Markas Barisan Rakjat di Bandoeng tidak bisa menerima situasi yang terus
memburuk apalagi kehadiran NICA, Soekarno harus disalahkan (lihat Provinciale
Drentsche en Asser courant, 17-10-1945). Dalam permulaan perang ini terindikasi
hanya satu saluran pemberitaan di kalangan nasionalis Indonesia yakni Radio
Indonesia Bandoeng (lihat De patriot, 18-10-1945). Pada tanggal 16 Oktober 1945
pasukan Belanda/NICA mengambil kendali lapangan terbang Tjililitan. Pada
tanggal 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan
pasukan Indonesia di sekitar lapangan terbang Tjililitan. Lalu pada tanggal 18
Oktober 1945 pasukan Sekutu-Inggris memasuki Bandoeng. Pasukan Indonesia di
Bandoeng yang dipimpin oleh Abdul Haris Nasution masih mampu mengatasi situasi
dan keadaan ketika pasukan Sekutu-Inggris sejak kedatanggannya di Bandoeng pada
tanggal 18 Oktober 1945. Proses pembebasan para interniran dan pelucutan
senjata militer Jepang masih berjalan normal di bawah pengawalan pasukan
Indonesia.
Kekosongan
Menteri Pertahanan (Menteri Keanaman Rakyat) dan panglima kemudian diperankan
(diambil alih Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dengan tetap merangkap sebagai
Menteri Penerangan. Mr Amir Sjarifoeddin Harahap terus berkoordinasi dengan
Markas Tentara Rakyat di Bandoeng yang dipimpin Abdul Haris Nasution dan
Madmuin Hasiboean di Tjilintjing serta Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo di
Jogjakarta.
Sebelumnya, pada saat situasi dan kondisi
mulai tidak menentu, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap meminta Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo di
Jogjakarta untuk merekrut sejumlah sarjana pintar yang masih muda-muda untuk
difungsikan pada bidang strategis dengan pangkat Overste (Letnan Kolonel).
Jumlahnya ada 17 orang diantaranya Ir, AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang
Parlindoengan (sarjana teknik kimia); sejumlah dokter (Dr. Ibnoe Soetowo, Dr.
Irsan Radjamin Nasution, Dr Willer Hoetagaloeng) dan sejumlah sarjana hukum
(Mr. Kasman Singodimedjo dan Mr Arifin Harahap). Overste Ir. AFP Siregar
ditugaskan ke Bandoeng untuk urusan produksi senjata dan mesiu, Overste Ibnoe
Soetowo untuk urusan produksi pertambangan minyak di Tjepoe dan Ovesrte Mr
Arifin Harahap (adik Mr Amir Sjarifoeddin Harahap) di Djakarta sebagai urusan
dengan pihak Sekutu-Inggris (sebagai pejabat militer penghubung). Namun Overste
Siregar belum berbuat banyak di Bandoeng untuk mendampingi Kolonel Abdoel Haris
Nasution, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap memerintahkan Siregar segera ke
Soerabaja untuk membantu perjuangan penduduk Soerabaja melawan Inggris. Sebagaimana
diketahui pasukan Sekutu-Inggris pada tanggal 20 Oktober 1945 mendarat di
Semarang dan pada tanggal 25 Oktober 1945 di Surabaya. Lalu pada tanggal 28
Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Soerabaja.
Perintah kepada Overste Siregar dari Bandoeng ke Soerabaja karena satu-satu
sarjana teknik kimia Indonesia yang memahami urusan mesiu dan bom adalah Ir AFP Siregar (lulusan teknik kimia
Universiteit te Delft 1942). Di Soerabaja kemudian perang semakin menjadi-jadi
yang puncaknya pada tanggal 10 Novermber 1945.
Lalu
diadakan konferensi pada tanggal 12 November 1945 di Djogjakarta yang turut
dihadiri Menteri ad interim Pertahanan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Kepala
Staf Letnan Jenderal Oerip membacakan sejumlah keputusan yang antara lain
pembagian wilayah pertahanan Indonesia (terutama di Jawa) dan penetapan
pimpinan militer tertinggi sebagai Panglima di masing-masing wilayah antara
lain pimpinan TKR/TRI di wilayah barat Jawa Tengah Kolonel Soedirman dan
wilayah Jawa Barat Kolonel Abdul Haris Nasution.
Pasca terjadinya perang hebat di Soerabaja yang
puncaknya pada tanggal 10 November 1945, Presiden Soekarno membubarkan
kabinetnya dan meminta Soetan Sjahrir untuk memimpin kabinet baru (yang
diresmikan pada tanggal 14 November). Mr.Amir Sjarifoeddin tetap sebagai
Menteri Penerangan dan posisinya di Menteri Pertahanan diformalkan (rangkap
jabatan). Seperti halnya Mr. Amir Sajrifoeddin Harahap, Soetan Sjahrir juga
anti Jepang. Duo anti Jepang inilah yang menjalankan kendali (pemerintahan)
baru dari Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Mr. Amir
Sjarifoeddin Harahap juga bertindak sebagai Panglima dengan kepala staf Letnan
Jenderal Oerip dimana dua mataharinya adalah Kolonel Abdul Haris Nasution di
barat, Kolonel Soedirman di tengah. Di timur mataharinya adalah Kolonel
Soengkono yang dibantu dua Letnan Kolonel fungsional: Overste AFP Siregar untuk
urusan logistik senjata dan Overste Dr. Irsan Radjamin (anak Wali Kota
Soerabaja Dr Radjamin Nasoetuion) untuk urusan kesehatan militer.
Eskalasi
perang yang suhunya terus meningkat dan untuk mengorganisasikan pasukan
pemerintah (TRI) dan para laskar rakyat, lalu pada tanggal 13 Desember 1945
dibentuk Komando Tentara dan Teritorium di Jawa yang berpusat di Poerwakarta
yang mana Kolonel Abdul Haris Nasution diangkat sebagai Panglima (untuk urusan
laut tetap dijabat oleh Majoor Madmuin Hasiboean di Tjilinting). Namun beberapa
hari kemudian Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pertahanan Mr. Amir
Sjarifoeddin Harahap mengumumkan dan menetapkan dan mengangkat Kolonel
Soedirman menjadi Panglima tertinggi militer Indonesia pada tanggal 18 Desember
1945 (dengan tetap berpangkat Kolonel). Uniknya kepala Staf adalah Oerip dengan
tetap dengan pangkat Letnan Jenderal (itulah arti senioritas ala Mr Amir
Sjarifoeddin Harahap). Dengan demikian fungsi perencanaan dan pengaturan
(anggaran dan personel) ditangani oleh Menteri Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap
dan pelaksana tugas di medan perang dikomandokan oleh Panglima [Kolonel] Soedirman.
Untuk menjaga kesehatan Soedirman, Mr Amir Sjarifoeddin meminta Overste Dr. Willer
Hoetagaloeng diperbantukan kepada panglima baru.
Ibukota RI akhirnya dipindahkan dari Djakarta
ke Djogjakarta tanggal 4 Januari 1946. Lalu di Jogjakarta TKR diubah menjadi
TRI (Tentara Republik Indonesia) pada tanggal 25 Januari 1946. Penyesuaian ini
dimaksudkan untuk menjadikan TRI sebagai satu-satunya organisasi militer yang
mempunyai tugas khusus dalam bidang pertahanan darat, laut, dan udara. TRI ini
kemudian dibiayai oleh negara atas pertimbangan banyaknya perkumpulan atau
organisasi laskar pada masa itu yang mengakibatkan perlawanan tidak dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien. Sementara itu pasukan Sekutu-Inggris
tidak lagi sekadar untuk dua tugas utama, tetapi sudah ada tugas tambahan untuk
menyiapkan kebutuhan Belanda-NICA.
Di
ibu kota Republik Indonesia di pengungsian di Jogjakarta Menteri Pertahanan Mr.
Amir Sjarifoeddin Harahap mengajak Soeltan Djogja dan Zulkifli Lubis sebagai
bagian dari stafnya. Mereka bertiga mulai menyusun desain struktur militer
(TRI) dan Departemen Pertahanan RI pada tanggal 12 Maret 1946 di Djogja (lihat
De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 20-07-1948).
Disebutkan satu cabang utama Departemen Pertahanan ini berada di
Poerwakarta-Tjikampek. Salah satu divisi (divisi ke-5) Departemen Pertahanan
ini adalah agitasi dan propaganda (Agitprop).
Zulkifli Lubis, yang di masa pendudukan Jepang
membantu militer Jepang di Singapoera dalam urusan intelijen, di dalam struktur
baru TRI fungsi intelijen dengan membentuk badan intelijen negara dengan
mengangkat Zulkifli Lubis dengan pangkat Kolonel sebagai komandannya. Zulkifli
Lubis fasih berbahasa Jawa karena sudah lama tinggal di Jogjakarta yang sebelum
pendudukan Jepang telah menamatkan pendidikannya di AMS Jogjakarta (saya pernah
ngobral lama dengan beliau di Bogor pada tahun 1983). Untuk menjaga keamanan
Soeltan Djogja (Hamengkoeboewono IX) Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap juga
menyediakan ajudan pribadi bagi Soeltan Djogja yakni Kapten M Karim Loebis
(yang menguasai bahasa Belanda dan Inggris). Sebagaimana Overste Dr Irsan
Radjamin di Jawa Timur, di wilayah Jogjakarta diangkat sebagai kepala kesehatan
Dr. Parlindungan Lubis (yang belum lama kembali di tanah air dari Belanda. Dr.
Parlindunga Lubis adalah lulusan Universiteit Amsterdam yang anti fasis. Pada
saat militer Jerman menduduki Belanda tahun 1940, Dr Parlindungan Lubis mantan
Ketua Perhimpoenan Indonesia itu ditangkap militer Jerman dan dijebloskan ke
tahanan konsentrasi militer NAZI Jerman (pasca Sekutu menang atas Jepang,
Jerman dan Itali, Dr Parlindungan Lubis melarikan diri dari kamp NAZI. Dr.
Parlindungan Lubis adalah satu-satunya orang Indonesia di kamp NAZI.
Lengkap
sudah struktur militer Indonesia (TRI). Oleh karena Pemerintah Belanda NICA
sudah menguasai seluruh Indonesia Timur (Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan
Papua) plus Borneo maka perlawanan terhadap Sekutu Inggris dan Belanda NICA
hanya praktis di Jawa dan Sumatra. Di wilayah Sumatra Menteri Pertahanan Mr
Amir Sjarifoeddin telah menetapkan dan mengangkat komandan wilayah: Kolonel
Maludin Simbolon di Sumatra Utara, Kolonel Djambek di Sumatra Tengah dan
Kolonel Hidayat di Sumatra Selatan.
Dalam perkembangan selanjutnya, di Bandoeng,
Sekutu/Inggris sudah nekad. Komandan Sekutu/Inggris di Bandoeng telah memberi
ultimatum agar TRI (Tentara Rakyat Indonesia) mengosongkan kota sejauh 11 Km
dari pusat kota paling lambat pukul 24.00 tanggal 24 Maret 1946. Maklumat ini
diumumkan sehari sebelumnya. Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap
lantas bergegas dari Jogjakarta dengan menggunakan kereta api ke Bandung dan
mendiskusikannya dengan Panglima Divisi III/Siliwangi. Kolonel Abdul Haris
Nasution, Panglima Divisi III Siliwangi, untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan, lantas menyampaikan pengumuman agar TRI dan penduduk untuk
meninggalkan kota. Ultimatim tanggal 24 Maret 1946 merupakan rangkaian
ultimatum pertama tentara sekutu pada tanggal 21 November 1945 yang mana
tentara Sekutu/Inggris meminta Bandung Utara dikosongkan selambat-lambatnya
tanggal 29 November 1945. Tentu saja ultimatum ini tidak diindahkan oleh para
pejuang yang menyebabkan terjadinya sejumlah insiden. Pasukan Sekutu/Inggris
sendiri mendarat di Bandoeng sejak 17 Oktober 1945. Saat pejuang dan penduduk
Kota Bandung mengungsi disana sini terjadi pembakaran (lihat Limburgsch
dagblad, 26-03-1946). Terjadinya kobaran api yang besar ini yang kelak dikenal
sebagai ‘Bandung Lautan Api’. Politik bumi hangus di Bandung terjadi di Bandung
Selatan. Tindakan bumi hangus ini bersamaan dengan serangkan mortir yang
dilancarkan oleh republic ke Bandung Utara tempat dimana pasukan Sekutu/Inggris
berada. Tindakan ini telah memicu kemarahan Sekutu/ Inggris. Ini bukan
provokasi tetapi tindakan patriot antara TRI dan penduduk di Bandung. Dalam
aksi bumi hangus ini sejumlah properti eks Belanda dibakar, juga sejumlah
bangunan warga rela dikorban untuk dibakar karena khawatir akan digunakan oleh
Belanda-NICA. Aksi pembakaran ini di satu sisi suatu pengorbanan di sisi lain
suatu tindakan untuk mencegah Belanda-NICA menggunakannya.
Sehubungan
dengan semakin menguatnya Belanda/NICA yang telah menggantikan Sekutu/Inggris,
wilayah pertahanan Indonesia kembali dibagi ke dalam beberapa Divisi dengan
mengangkat panglimanya. Pemerintah RI melalui Menteri Pertahanan Mr Amir
Sjarifoeddin Harahap membentuk panita organisasi tentara yang dipimpin oleh
Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Hasil kerja panitia diumumkan pada tanggal
17 Mei 1946 yang terdiri dari struktur pertahanan (yang dipimpin oleh Menteri
Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap) dan struktur kemiliteran yang akan
dipimpin Soedirman. Dalam pengumuman ini Soedirman telah dipromosikan menjadi
panglima tertinggi dengan pangkat Jenderal, sementara personil militer
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi (lihat Nieuwe courant,
29-05-1946). Nama-nama para pimpinan TRI ditetapkan untuk mengisi
jabatan-jabatan strategis.
Nieuwe courant, 29-05-1946: ‘Perubahan dan
penunjukan pada posisi baru TRI telah diterbitkan. Dalam penunjukkan ini
terlihat keterlibatan orang-orang muda dan perwakilan dari tentara rakyat di
Jawa. Soedirman dipromosikan menjadi panglima tertinggi dengan pangkat
Jenderal. Ketua Pengadilan Tinggi Militer ditunjuk Mr. Kasman Singodimedjo.
Kepala staf diangkat Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Kolonel Soetjipto
diangkat menjadi Kepala Dinas Rahasia; Kolonel TB Simatoepang sebagai Kepala
Organisasi; Kolonel Hadji Iskandar sebagai Kepala Departemen Politik; Kolonel
Soetirto sebagai Kepala Urusan Sipil; Kolonel Soemardjono sebagai Kepala
Hubungan dan Kolonel Soerjo sebagai Kepala Sekretariat. Sudibijo diangkat
menjadi Direktur Jenderal Departemen Perang yang mana Didi Kartasasmita adalah
Kepala Infantri. Di dalam Departemen Perang juga diangkat: Kepala Departemen
Artileri Letnan Kolonel Soerjo Soermano; Kepala Departemen Topografi Soetomo
(bukan penyiar radio); Kepala Geni Kolonel Soedirio; Kepala Persenjataan Mayor
Jenderal Soetomo (juga bukan penyiar radio) dan Kepala Polisi Militer Mayor
Jenderal Santoso (bukan penasihat Dr. Van Mook). Mayor Jenderal Abdoel Haris
Nasution ditunjuk sebagai Panglima Divisi-1 dengan Letnan Kolonel Sakari
sebagai Kepala Staf. Panglima Divisi-2 Mayor Jenderal Abdulkadir (bukan
penasihat Dr. Van Mook) dengan Letnan Kolonel Bamboengkoedo sebagai Kepala
Staf; Panglima Divisi-3 Mayor Jenderal Soedarsono (bukan menteri) dan Letnan
Kolonel Pari sebagai Kepala Staf; Panglima Divisi-4 Mayor Jenderal Sudiro
dengan Letnan Kolonel Fadjar sebagai Kepala Staf; Panglima Divisi-5 Mayor
Jenderal Koesoemo dengan Letnan Kolonel Bagiono sebagai Kepala Staf; Panglima
Divisi-6 Mayor Jenderal Songkono dengan Letnan Kolonel Marhadi sebagai Kepala
Staf, dan Panglima Divisi-7 Mayor Jenderal Ramansoedjadi dengan Letnan Kolonel
Iskandar Soeleiman sebagai Kepala Staf.
Dalam
struktur organisasi tentara yang baru ini kali pertama diperkenalkan pangkat
tertinggi yang disebut Jenderal (Soedirman, sebagai Panglima). Pangkat
dibawahnya Letnan Jenderal (Oerip Soemohardjo, sebagai Kepala Staf). Lalu
kemudian pangkat Mayor Jenderal disematkan kepada tujuh Panglima Divisi plus
Kepala Persenjataan dan Kepala PM. Pangkat di bawahnya sejumlah Kolonel dan
sejumlah Letnan Kolonel (belum digunakan pangkat Brigadir Jenderal). Satu
fungsi strategis adalah Kolonel Zulkifli Loebis sebagai kepala intelijen negara
(di luar struktur militer). Dalam struktur baru kabinet yang diresmikan pada 2
Oktober 1946 Soeltan Hamengkoeboeono diangkat sebagai Menteri Nagara urusan
pertahanan untuk membantu Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap.
Setelah reorganisasi ketentaraan ini, struktur
TRI/TNI semakin rapih dan solid dalam menghadapi pasukan Belanda/NICA. Pertempuran
yang tidak berkesudahan lalu kemudian terjadi proses diplomatik yang
ditindaklanjuti dengan gencatan senjata (sejak 14 Oktober) dan dilanjutkan
dengan suatu perundingan antara pemerintah Indonesia (PM Soetan Sjahrir) dengan
pajabat Belanda/NICA di Linggarjati, Jawa Barat pada tanggal 11 November 1946.
Namun hasil perjanjian ini tidak diterima semua pihak, Perdana Menteri Soetan
Sjahrir dalam dilema. Pada tanggal 3 Juli Menteri Pertahanan Mr. Amir
Sjarifoeddin Harahap dilantik menjadi Perdana Menteri untuk menggantikan Soetan
Sjahrir.
Meski
sudah menjabat posisi Perdana Menteri, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap masih
merangkap sebagai Menteri Pertahanan. Soeltan Hamengkoeboewon tetap menjadi
Menteri Negara urusan Pertahanan. Itu berarti Kolonel Zulkifli Loebis tetap di
posisinya sebagai kepala intelijen negara. Namun baru dua minggu Mr. Amir
Sjarifoeddin Harahap memimpin kabinet, Belanda/NICA pada tanggal 20 Juli 1947
melancarkan serangan militer yang kemudian disebut Agresi Militer Belanda.
Belanda/NICA berdalih bahwa TNI dan pejuang (laskar dan rakayat) melakukan
gangguan dan kemudian melakukan serangan dan pendudukan di wilayah-wilayah yang
dikuasi oleh Republik. Padahal agresi ini jelas-jelas untuk merebut
wilayah-wilayah yang potensial dimana banyak perkebunan-perkebunan besar seperti
di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Timur dan Jawa Barat dan tentu saja
perkebunan-perkebunan di Tapanoeli dan Sumatera Barat (khususnya di Air Bangis
dan Ophir).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Presiden Soekarno: Kolonel
Abdul Haris Nasution vs Kolonel Zulkifli Lubis
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.