*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Kota
Jayapura boleh saja menjadi ibu kota Provinsi Papua dan kota paling besar di
pulau Papua. Namun kota Merauke yang berada di selatan Papua nyatanya lebih
populer dari Kota Jayapaura. Nama Merauke sudah sejak lama dijadikan nama lagu:
Dari Sabang Sampai Merauke. Lagu ini kerap dijadikan sebagai lagu wajib karena
itu sering dinyanyikan. Itulah nama Merauke. Kota yang lebih tua dari Kota
Jayapura.
di Provinsi Papua dengan ibu kota di Merauke. Ini mengindikasikan nama tempat
Merauke dijadikan nama wilayah (kabupaten). Pembentukan kabupaten Merauke dilakukan
seiring dengan wilayah Papua yang tetap diduduki Belanda berintegrasi dengan
Republik Indonesia tahun 1963 (dengan nama Provinsi Irian Jaya dengan ibu kota
di Jayapura). Sejak itu, kota Merauke tumbuh dan berkembang menjadi kota yang
ramai seperti yang sekarang.
Bagaimana
sejarah awal kota Merauke? Seperti disebut di atas kota Merauke lebih tua dari
kota Jayapura. Lalu apa pentingnya sejarah awal kota Merauke? Tampaknya sejarah awal kota Merauke kurang
terinformasikan. Oleh karena nama Merauke dan kota Merauke sudah sejak lama
begitu penting, maka kurang terinformasikan sejarah awal kota menjadi alasan
yang kuat untuk menarasikan sejarah Merauke lebih lengkap dan akurat. Bagaiana
awalnya kota terbentuk? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Nama Merauke Lebih Tua dari
Jayapura
Sejarah
Merauke pada dasarnya tercatat tidak sengaja dalam arti tidak ada informasi sebelumnya
hingga menjadi berita heboh pada tahun 1900. Ini bermula suatu kejadian dimana
pelaut Inggris di pantai selatan Papua dirampok dan sejumlah warga di Papua Inggris
Morehead diserang penduduk pantai selatan Papua Belanda. Inggris menuntut para
pelaku ditangkap dan diekstradisi (ke Australia-Inggris). Tuntutan itu menyebabkan
Pemerintah Hindia Belanda sangat sibuk dan segera mengirimkan dua kapal
(perang) untuk ekspedisi ke Zuidkust Nederland Nieuw Guienea (lihat De Sumatra
post, 06-11-1900).
Kapal perang H Ms Serdang dari Soerabaja
segera ke Ternate dan mampir ke Fakfak untuk menjemput Controleur (Asisten
Residen) West en Zuidkust Nieuw Guinea JA Kroesen. Kapal H Ms Sumatra dari
Soerabaja berangkat ke Thursday Island (Australia-Inggris) dan bertemu dengan
kapal Serdang. Dari kota dagang di selatan Papua ini dua kapal ini dengan
sejumlah warga Australia-Inggris berangkat ke pantai selatan Papua-Belanda. Pendaratan
pertama dilakukan di sungai Amberuke (kini Kumbe) untuk mebangun kamp dan
kemudian dilakukan pendaratan di Ajer Masoe[k] untuk membangun kamp (Ajer Masoe
adalah nama asli dari Merauke). Dari kamp ini dilakukan penyelidikan ke
pedalaman. Controleur JA Kroesen, sebagai pejabat pemerintah tertinggi di
kawasan, sambil penyelidikan melakukan berbagai observasi wilayah. Pada tahun
1901 muncul usulan untuk memecah afdeeling dengan membentuk onderafdeeling
Zuidkust Nieuw Guinea dengan ibu kota (etablisseent) di Merauke berdasarkan
laporan yang ditulis oleh JA Kroesen di Fakfak 24 Januari 1901 atas kunjungan ke
Zuidkust dan wilayah Inggris di Thursday Island selama bulan Oktober-Desember 1900
dalam ekspedisi (lihat De nieuwe courant, 14-09-1901).
Kota (kampong) Merauke,
paling tidak pada tahun 1905 sudah memiliki sebuah garnisun (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 07-02-1905). Ini mengindikasikan sudah banyak populasi
Eropa/Belanda di Merauke. Adanya garnisun menunjukkan posisi sebuah ibukota
wilayah dimana pusat pemerintahan (kolonial Belanda) berada. Tentara dari
garnisun ini juga kerap mendampingi para ilmuwan dalam ekspedisi geologi dan
botani ke pedalaman.
kota ini juga sudah ada (tempat) penginapan dan klinik kesehatan yang dipimpin
oleh seorang dokter. Orang-orang Eropa/Belanda dan pendatang lainnya melakukan
perdagangan dengan orang-orang orang Papua. Kapal antar kota (pelabuhan) yang
sering mengunjungi kota ini adalah kapal uap Falcom dan Flamingo yang membawa
penumpang dan surat-surat. Pelayaran cukup intens antara Ambon dan Merauke dan
sebaliknya via Tual. Dalam hal pembangunan terutama untuk konstruksi banyak
kuli didatangkan dari Tual dan sekitarnya. Juga ada rute pelayaran ke Timor di
Koepang. Kehidupan di Kota Merauke disebutkan memiliki harapan.
Kota
Merauke lambat laun semakin penting. Hal ini karena sejak awal 1920-an Tanah
Merah di Boven Digoel telah dijadikan sebagai tempat tahanan politik (Digoeler). Area
tahanan ini jauh di pedalaman dan terasing. Pada tahun 1927 sudah ada populasi
tahanan di Tanah Merah sekitar 3.000 orang. Jumlah ini pada masa itu bukan
populasi kecil, boleh jadi satu-satunya kota terpadat di Papua, bahkan lebih
padat daripada kota Merauke sendiri.
Kapan nama Merauke muncul kali pertama tidak
begitu jelas, namun dalam laporan JA Kroesen 1901 sudah disebut nama Merauke. Namun yang jelas di pantai barat Papua, pada Peta 1840 sudah
diidentifikasi nama benteng (Pemerintah Hindia Belanda) yakni Fort Dubus (benteng yang dibangun sejak 1828). Pulau
besar di arah tenggara dari benteng yang menempel ke daratan diidentifikasi
sebagai pulau Frederik Hendrik Eiland (sekarang Pulau Yos Sudarso). Di arah
tenggara pulau inilah kemudian muncul nama Merauke (setelah ekspedisi 1900).
Untuk
meningkatkan status kesehatan di Merauke, sejak 1931 ditempatkan seorang dokter
di Merauke. Dokter pertama di Merauke adalah Dr Pamenan Harahap (lihat Regerings-almanak
voor Nederlandsch-Indiee, 1933). Dokter baru di tempat yang baru (kali pertama
petugas kesehatan ada).
Pamenen Harahap kelahiran Padang Sidempoean adalah
lulusan sekolah kedokteran di Batavia, STOVIA pada tahun 1931 (lihat Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-08-1931). Dr Pamenen Harahap ditempatkan di rumah sakit
pemerintah CBZ di Semarang (lihat De locomotief, 02-10-1931). Setahun kemudian,
dari Semarang Pamenan Harahap ditemptakan di Merauke (lihat De locomotief, 20-10-1932).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kota Merauke
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.