Sejarah

Sejarah Papua (34): Berakhirnya Kolonial Belanda, Pendudukan Militer Jepang; Detik-Detik Kemerdekaan Indonesia di Papua




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Setelah
sekian abad di Indonesia (baca: Hindia Timur) termasuk di dalamnya wilayah pulau
Papua (bagian barat), Belanda harus berakhir. Tragisnya, saat-saat berakhir era
Belanda ini terjadi pendudukan militer Jepang. Semua orang Belanda, laki-laki,
perempuan dan anak-anak yang berada di Hindia Belanda ditangkap dan diinternir
(dimasukkan tahanan dan penjara). Masa makmur orang-orang Belanda yang diawali sejak
1605 tiba-tiba menjadi gelap, tanpa harapan. Itulah defacto, akhir kisah
Belanda di Indonesia.

Pelaut-pelaut Eropa, kali  pertama Portugis tiba tahun 1511 di Maluku, Pelaut-pelaut
Belanda seabad kemudian menyerang Portugis tahun 1605 di Amboina. Sejak itu
pula Belanda dengan bendera VOC menguasai seluruh kawasan Maluku dan Papua. Pedagang-pedagang
VOC kali pertama membuka pos perdagangan di Papua atas izin Sultan Tidore di
Rumbati (dekat Fakfak) pada tahun 1667. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, wilayah
Papua dibangun kembali pos perdagangan dan benteng Fort du Bus tahun 1828 di
teluk Triton. Lalu wilayah Papua ini dimasukkan ke dalam wilayah Residentie
Ternate sejak 1845. Satu abad kemudian tahun 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Itu berarti gong berakhirnya Belanda bergema kemana-mana termasuk di wilayah
Papua.

Lantas
bagaimana sejarah wilayah Papua di seputar berakhirnya kolonial Belanda
? Sudah barang tentu sudah ada yang menulisnya. Namun
sejarah tetaplah sejarah. Sejauh data baru ditemukan, penulisan narasi sejarah detik-detik
kemerdekaan Indonesia di wilayah Papua tidak pernah berhenti. Okelah kalau
begitu.
Seperti
kata ahli
sejarah
tempo doeloe,
semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Detik-Detik Berakhirnya
Kolonial Belanda

Tanda-tanda
berakhirnya kolonial Belanda di Indonesia (baca: Hindia Belanda) dimulai dengan
invasi Jepang ke negara-negara di Asia Tenggara. Ini bermula ketika angkatan
udara Jepang mengebom Tarempa (Natuna) yang mengira itu adalah wilayah Straits
settlements (Inggris) pada tanggal 22 Desember 1941 (lihat Indische Courant,
08-01-1942). Orang-orang Belanda di Indonesia semakin panik, ketika sejumlah pesawat
angkatan udara Jepang benar-benar telah memasuki wilayah Indonesia dengan
menjatuhkan bom di Tarakan (Kalimantan Timur) dan Kakas (Minahasa) pada tanggal
11 Januari 1942 (lihat Amigoe di Curacao : weekblad voor de Curacaosche
eilanden, 12-01-1942). Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia (kini
Jakarta) segera mengutus Letnan Gubernur Jenderal HJ, van Mook ke Amerika
Serikat (untuk meminta bantuan).

Dordrechtsche courant, 14-01-1942: ‘Dari
kantor berita SPT bahwa Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, van Mook, tiba
di San Francisco dari Australia pada hari Selasa (13 Januari). Dia akan segera
melakukan perjalanan ke Washington’.
Sebelumnya
diberitakan melalui Radio Tokyo agar Belanda di Indonesia menyerah, namun
permintaan tersebut ditolak.

Di
daerah Tarakan, pesawat Jepang telah menembak jatuh bomber bermesin ganda milik
lawan dan mesin kedua. Markas besar Jepang juga melaporkan (tanggal 11 Januari)
bahwa angkatan laut Jepang juga telah menghancurkan kapal tanker Hindia Belanda
Prins van Oranje yang berusaha melarikan diri dari Tarakan. Menurut kantor
berita ANP dari Batavia, otoritas yang berwenang telah mengakui jatuhnya pusat
minyak Tarakan. Setelah Tarakan dan Minahasa serangan militer Jepang diarahkan
ke timur, termasuk Papua.

Opregte Steenwijker courant, 16-01-1942:
‘Serangan terhadap Ambon dan Temate. Menurut komunike dari markas besar
Kekaisaran Jepang, pesawat angkatan laut Jepang juga melakukan serangan yang
sangat ekstensif pada hari Kamis di pulau Molukka (termasuk di Ambon), di New
Guinea (termasuk Sorong), serta pulau New Britain di Australia (pulau terakhir,
yang terletak di lepas pantai timur laut New Guinea, juga disebut New
Pomerania). instalasi hancur atau dibakar. Sementara itu, komunike selanjutnya
menyatakan bahwa angkatan bersenjata Jepang di Minahasa sedang dalam proses
operasi telah menangkap sejumlah besar mobil lapis baja musuh, senjata
lapangan, senapan mesin, bahan peledak, amunisi dan bahan perang lainnya’.

Permintaan
Tokyo untuk menyerah yang ditolak menjadi alasan militer Jepang menghancurkan
properti, pesawat dan kapal Pemerintah Hindia Belanda. Jepang tidak dalam
situasi bermusuhan dengan Pemerintah Hindia Belanda tetapi Jepang melawan
Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris (lihat Opregte Steenwijker courant,
16-01-1942). Jepang menahan diri untuk tidak mengambil tindakan permusuhan
terhadap Hindia Belanda. Ini dilakukan dengan keinginan yang tulus, sejauh
mungkin, untuk mencegah penduduk Hindia Belanda terkena kengerian perang. Namun
karena Pemerintah Hindia Belanda menolak, itulah mengapa serangan dan invasi ke
Hindiea Belanda di Minahasa dan Tarakan dimulai pada tanggal 11 Januari 1941
yang kemudian berlanjut di Ternate, Amboina dan Sorong. Ini bukan sekadar
peringatan lagi, tetapi tanda-tanda berakhirnya kolonial Belanda di Indonesia,
dari Sabang (Sumatra) hingga Merauke (Papua).

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Pendudukan Militer Jepang;
Detik-Detik Kemerdekaan Indonesia di Papua

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top