*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini
Banyak
tokoh pendidikan Indonesia. Mereka adalah pionir dalam dalam mencerdasakan
bangsa. Pionir pendidikan Indonesia adalah guru Willem Iskander (Sati
Nasoetion). Lalu kemudian bermunculan guru-guru selanjutnya. Salah satu guru
tersebut adalah Dja Endar Moeda dengan misinya Pendidikan dan jurnalis sama
pentingnya: sama-sama mencerdasakan bangsa. Lalu kemudian muncul tokoh Pendidikan
Soetan Casajangan (sarjana Pendidikan Indonesia pertama, lulus di Belanda tahun
1911). Satu generasi dengan Raden
Mas Soewardi Soerjaningrat adalah guru Soetan Goenoeng Moelia.

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, sejak 1923 menjadi Ki
Hadjar Dewantara lahir 2 Mei 1889 adalah bangsawan Jawa, aktivis pergerakan
kemerdekaan Indonesia guru bangsa, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan pribumi.
Ia pendiri Taman Siswa, lembaga pendidikan. Pada tahun 1959 atas jasanya mengembangkan
pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Nasional dan
tanggal kelahirannya diperingati Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan
ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional
Indonesia. Ia dikukuhkan pahlawan nasional 28 November 1959. Ia menamatkan
pendidikan dasar di ELS, sempat melanjukan pendidikan di STOVIA. Dalam
pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi pelajar Indische
Vereeniging. Tahun 1913 dia mendirikan Indonesisch Pers-bureau. Ia memperoleh
Europeesche Akta, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi. Soewardi kembali ke tanah
air September 1919. Pada tanggal 3 Juli 1922, ia mendirikan Taman Siswa di
Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Kota Yogyakarta 26 April 1959. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah pionir pendidikan
Indonesia semasa guru Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan dan
SG Moelia? Seperti disebut di atas, banyak tokoh pendidikan Indonesia sebagai guru.
Jasa-jasa guru juga banyak. Namun pada masa kini guru dianggap pahlawan tanpa
jasa. Okelah, tetapi jangan sampai jasa mereka tidak tertulis dalam narasi
Sejarah Menjadi Indonesia. Lalu bagaimana sejarah pionir pendidikan Indonesia semasa
guru Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan dan SG Moelia? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Pionir Pendidikan Era Hindia Belanda; Willem Iskander,
Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan, SG Moelia
Tunggu Pada tahun 1860 Sati Nasoetion alias Willem Iskander
lulus sekolah guru dan mendapat akta guru bantu (hulpacte) di Belanda. Pada
tahun 1861 Willem Iskander kembali ke tanah air. Willem Iskander mendirikan
sekolah guru di Tanobato (afdeeling Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli).
Sekolah guru ini menjadi sekolah guru ketiga di Hindia Belanda.
Sekolah guru pertama di Hindia Belanda didirikan pada tahun 1852 di
Soerakarta. Yang menjadi kepala sekolah adalah Palmer van den Broek. Pada tahun 1853 di sekolah guru ini dibuka
sekolah dasar yang dibimbing oleh siswa-siswa sekolah guru di bawah pengawasan
guru-guru di sekolah guru Soerakarta. Di seluruh Jawa pada tahun 1857 jumlah
sekolah masing-masing satu buah di Pati, Pasoeroean, Rembang, Magelang,
Temanggoeng, Soerakarta, Serang, Poerwakarta, Tegal, Pekalongan, Banjoemas,
Poerworedjo, Ambal, Keboemen, Tjiandjoer, Bandoeng, Soemedang, Soekapoera,
Garoet, Toeban, Soerabaja, Bezoeki, Soerakarta, Ponorogo, Patjitan dan Toeloeng
Agoeng. Pada tahum 1857 inilah Willem Iskander berangkat studi guru ke Belanda.
Di afdeeling Angkola Mandailing pada tahun 1854 lulusan diterima di sekolah
kedokteran Batavia, yakni si Asta dari onderafdeeling Mandailing dan Si Angan
dari onderafdeeling Angkola.
Pada tahun 1862 Palmer van den Broek masih kepala
sekolah guru di Soerakarta. Pada tahun ini Willem Iskander di sekolah guru
Tanobato mengasuh siswa sebanyak 20 orang yang mana mereka berasal (direkrut
lulusan) dari enam sekolah di afdeeling Angkola Mandailing. Di seluruh
residentie Soerakarta, hanya ada satu sekolah, yakni sekolah yang berada di
lingkungan sekolah guru (di Djogjakarta sendiri bahkan belum ada sekolah).
Dalam hal inilah keutamaan sekolah guru di Soerakarta, sekolah yang diharapkan
dapat memenuhi guru-guru. Sebaliknya di adeeling Angkola Mandailing sebelum
terbentuk sekolah guru, sudah ada enam buah sekolah.
Pendirian sekolah di (pulau) Jawa tidak bermula di Soerakarta. Hingga
tahun 1848 belum ada sekolah di Jawa, tetapi sudah ada sekolah didirikan di
Sumatra. Bahkan hingga tahun 1852 belum ada sekolah di Soerakarta, padahal
tahun ini sekolah guru didirikan di Soerakara. Sekolah pertama didirikan di Jawa
berada di Pati (residentie Japara) sebanyak 28 siswa pada tahun 1849. Mengapa?
Sekolah kedua didirikan di Pasoeroean pada tahun 1850. Mengapa? Pada tahun 1851
sekolah didirikan di Rembang, di Magelang dan (Kedoe) dan di Temanggoeng
(Kedoe). Pada tahun 1852 didirikan beberapa sekolah di Jawa di Serang (Batan),
Poerwakarta (Krawang), Tegal, Pekalongan, Toeban (Rembang), Banjoemas dan
kemudian di Poerworedjo, Ambal dan Keboemen (Begelen). Sekolah di Soerakarta
baru didirikan tahun 1853 (setelah setahun sekolah guru dibuka) yang bersamaan
dengan pembukaan sekolah di Soerabaja dan Patjitan. Pembukaan sekolah di
Soerakarta ini diadakan di lingkungan sekolah guru, dimana yang mengajar adalah
siswa-siswa sekolah guru yang diawasi oleh Palmer van den Broek.
Pada tahun 1862 di Residentie Soerakarta tampaknya
jumlah sekolah masih tetap satu buah. Sekolah pertama di Soerakarta masih tetap
terintegrasi dengan sekolah guru. Seperti kita lihat nanti bahwa di Bojolali
baru dibentuk komite sekolah pada tahun 1868. Suatu komite yang akan bekerja
untuk perluasan sekolah di wilayah utara (termasuk Sragen). Komite sekolah di
Soerakarta meliputi wilayah Klaten dan Wonogiri.
Berdasarkan laporan Inspektur Pendidikan JA van der Chijs yang pernah
berkunjung ke sekolah guru Tanobato sngat memuji kualitas sekolah guru
Tanobato. Menurutnya sekolah guru di Fort de Kock tidak layak menyandang nama
sekolah guru. Sekolah guru Tanobato yang hanya diasuh sendiri oleh Willem
Iskander dalam tempo singkat sudah mampu bersaing dengan sekolah guru di
Soerakarta. Sementara itu berdasarkan Almanak 1865 sekolah guru Soerakarta
masih dipimpin oleh Dr Palmer van den Broek. Jumlah guru yang ada adalah TAF
van der Valk sebagai guru kedua, dan FW Winter sebagai guru ketiga ditambah
guru menggambar JC Lavalette. Untuk pengajaran bahasa dibantu guru-guru pribumi
yang dipimpin oleh Radhen Pandji Poospowilogo yang didukung oleh Radhen Mas
Pandji Tjokro Admodjo guru bahasa Madura, Bagoes Atmorogo bahasa Jawa, Mas
Angabaija guru bahasa Sunda dan Hadji Achnat guru bahasa Melayu. Pengajaran
bahasa Madura dan bahasa Sunda diduga untuk membekali siswa untuk nanti jika
perluasan sekolah di wilayah budaya Soenda dan wilayah budaya Madoera.
Dr Palmer van den Broek sudah barang tentu lebih
berkualitas dari Willem Iskander. Dr Palmer van den Broek seorang doctor sastra
dan filsafat lulusan Belanda, sementara Willem Iskander adalah lulusan sekolah
guru hanya sampai pada akta guru hulpacte. Namun yang hanya untuk guru sekolah
pribumi, gelar akademik Palmer van den Broek ketinggian. Sementara gelar
akademik Willem Iskander sebenarnya sudah cukup untuk kepala sekolah guru
pribumi. Keutamaan Willem Iskander dibanding Dr Palmer, adalah pengetahuan pedagogic
yang dipelajari di sekolah guru dan Willem Iskander sendiri memahami betul
karakter dan psikologis murid-muridnya.
Soal kurikulum antara sekolah guru Tanobato dan sekolah guru Soerakarta
ada perbedaan. Sekolah guru Tanobato mengajarkan tiga bahasa yaitu bahasa
Batak, bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Willem Iskander menguasai tiga bahasa
itu. Sekolah guru di Tanobato ada beberapa mata pelajaran yang tidak diajarkan
di Soerakarta, antara lain pelajaran prinsip fisika (ilmu alam) dan ilmu botani
serta hewan. Satu lagi yang membedakan sekolah guru Tanobato, semua pelajaran
disusun sendiri oleh Willem Iskander. Dalam hal-hal serupa inilah Willem
Iskander sesuai dengan sekolah guru pribumi. Bagaimana dengan Dr Palmer dkk
(yang sama-sama lulusan Belanda) dan guru-guru pribumi untuk pengajaran
bahasa-bahasa?
Sesunguhnya ukuran keberhasilan sekolah guru pada akhirnya
dilihat dari tingkat kelulusannya. Sebagaimana JA van der Chijs mengatakan
bahwa sekolah guru di Fort de Kock tidak layak menyandang sekolah guru, sebab
setelah beberapa tahun nyaris tidak menghasilkan guru. Bagaimana dengan sekolah
guru Soerakarta? Yang jelas sekolah guru Tanobato setiap ujian akhir selalu
semua kandidat (peserta ujian) lulus 100 persen, sedangkan sekolah guru
Soerakarta tidak. Mengapa? Lulusan sekolah guru memperluas jangkauan pendidikan
dan juga memperbanyak sekolah yang akan didirikan (untuk menutupi keterbatasa
guru yang berasal dari Belanda/orang Belanda. Fakta bahwa di luar residentie
Amboina, Manado dan Timor, jumlah sekolah terbanyak berada di afdeeliing
Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli. Dalam hal ini sudah barang tentu
kontribusi sekolah guru Tanobato yang diasuh Willem Iskander sangat besar.

Jumlah kelulusan yang tidak maksimal di sekolah guru Soerakarta dipengarahi
banyak factor. Dalam laporan-laporan tahunan Dr Palmer selalu mengeluhkan
banyak siswa yang bolos dalam waktu lama (dua minggu), karena harus mengikuti berbagai
kegiatan perayaan-perayaan adat. Sementara menurut CA van der Chjis murid-murid
sekolah guru Tanobato sangat antusias terhadap pelajaran. Perlu ditambahkan
disini, dalam ujian akhir sekolah baik di Soerkarta dan Fort de Kock serta di
Tanobato dilakukan secara terbuka dimana komite sekolah, para pejabat menghadirinya.
Dan bahkan para komite sekolah juga mengajukan pertanyaan. Anggota komite
sekolah di suatu wilayah (residentie) umumnya adalah para pejabat-pejabat
pemerintah (yang nota bene orang Belanda).
Dalam perkembangannya, untuk
meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas guru, pemerintah melakukan beberapa
program. Salah satu program adalah pada tahun 1874 Willem Iskander diminta
pemerintah untuk membawa tiga guru muda untuk studi ke Belanda, yakni Barnas
Lubis di Tapanoeli, Raden Ardi Sasmita dari Preanger dan Raden Soerono dari
Soerakarta. Oleh karena itu sekolah guru Tanobato ditutup. Untuk Willem
Iskander sendiri ke Belanda diberi beasiswa untuk meningkatkan pendidikan di
Belanda agar bisa mendapatkan akta guru kepala (hofdacte), yang sepulang dari
Belanda Willem Iskander diproyeksikan menjadi kepala sekolah di sekolah guru
yang akan dibuka di Padang Sidempoean pada tahun 1879.
Saat Willem Iskander dengan tiga guru muda di Belanda, ada satu pribumi
yang tengah studi yakni Ismangoen Danoe Winoto. Itu terjadi pada tahun 1864, Residen
Soerakarta yang cuti ke Eropa membawa Danoe. Lalu kemudian Danoe menyelesaikan
sekolah dasar di Belanda yang kemudian dilanjutkan ke sekolah menengah. Pada
tahun 1871 Danoe lulus ujian masuk perguruan tinggi untuk ambtenaar di Delft (lihat
Delftsche courant, 12-07-1871). Ismangoen Danoe Winoto menyelesaikan studinya tahun
1875. Ismangoen Danoe Winoto adalah sarjana pertama pribumi. Namun dalam hal
ini Danoe bukan guru (pendidik), tapi dapat dikatakan sebagai pionir sarjana
pribumi. Sudah barang tentu di Belanda Ismangoen Danoe Winoto bertemu dengan
Willem Iskander dengan tiga guru muda, yang mana salah satu berasal dari Soerakarta.
Dalam hal ini Ismangoen adalah pribumi kedua studi ke Belanda, sedangkan yang
pertama adalah Willem Iskander (berangkat ke Belanda tahun 1857 dan kembali ke
tanah air pada tahun 1861).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Willem Iskander, Dja Endar Moeda, Soetan Casajangan,
SG Moelia: Generasi Lebih Lanjut Ki Hadjar Dewantara, Mohamad Safei dan GB
Joshua
Pada tahun 1879 sekolah guru dibuka di Padang
Sidempoean. Willem Iskander tidak menjadi kepala sekolah, sebab Willem Iskander
telah meninggal dunia di Belanda tahun 1876. Yang diangkat menjadi direktur
sekolah adalah Mr Harmsen (yang sebelumnya kepala sekolah di sekolah guru Fort
de Kock) (lihat Bataviaasch handelsblad, 21-02-1879).

Berapa lama Mr Harmsen menjadi guru di sekolah guru Fort de Kock? Namun
yang jelas, bahwa sekolah guru Fort de Kock sempat vakum lama, yang kemudian
diaktifkan/dibuka kembali bersamaan dengan pembukaan sekolah guru di Tondano.
Sekolah guru di Fort de Kock dibuka pada tahun 1973 (Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 05-02-1873). Disebutkan gurunya
adalah (D) Gerth van Wijk, guru kedua Kweekschool Bandoeng, Harmsen, guru bantu
di sekolah dasar Eropa (ELS) di Fort de Koek, dan Daud galar Radja Medan, guru di
sekolah swasta pribumi di Padang. Saat mana sekolah guru di Fort de Kock dibuka
(kembali) tahun 1873, sekolah guru di Tanobato ditutup. Pemerintah tampaknya
ingin menjaga sekolah guru tetap ada di Sumatra, Dalam hal ini meski Willem Iskander
akan studi ke Belanda dan sekolah guru Tanobato ditutup, satu yang jelas guru-guru
yang dilahirkannya sudah cukup banyak. Guru-guru di afdeeling Angkola
Mandailing sudah melimpah, tidak hanya menjadi guru, tetapi juga di
pemerintahan dan bahka satu lulusannya Dja Mangantar menjadi penerjemah di Batavia.
Bagaimana dengan di wilayah Padangsche? Besar dugaan lulusan sekolah gur
Tanobato juga mengalir ke wilayah reasidentie Padangsche.
LK Harmipsi LK Harmsen di sekolah guru Fort de Kock telah
memiliki pengalaman di sekolah guru selama tujuh tahun. LK Harmsen adalah
penulis buku Aritmatika. D Gerth van Wijk juga telah dipindahkan ke Batavia
sebagai guru bahasa Melayu di Gymansium Willem III. Lalu apakah dengan begitu,
sekolah guru Fort de Kock akan jatuh kembali, sementara sekolah guru Padang
Sidempoean mengalami peningkatan yang pesat?
Pada tahun 1881 sekolah guru
Padang Sidempoean kedatangan guru baru, seorang guru muda di bidang bahasa
Melayu dari sekolah guru di Probolinggo. Namanya Charles Adriaan van
Ophuijsen. Dia adalah anak dari Residen
Padangsche Bovenlanden, JAW van Ophuijsen yang mendirikan sekolah guru Fort de
Kock tahun 1856. Namun tidak lama kemudian JAW van Ophuijsen dipindahkan ke
Residentie Bengkoelen, Yang melanjutkan sekolah guru ini adalah Baginda Chatib,
tetapi seperti disebut di atas, sekolah guru ini dianggap tidak layak yang
kemudian ditutup dan kemudian dibuka sekolah guru di Fort de Kock pada tahun
1873. Charles Adriaan vam Ophuijsen sendiri adalah lulusan Belanda yang memulai
karir sebagai opziener di Panjaboengan (onderafdeeling Mandailing) pada tahun
1876. Namun tidak lama kemudian jatuh cinta kepada sastra Batak. Van Ophuijsen lalu
mengundurkan diri sebagai pegawai pemerintah dan minatnya sebagai guru
membawanya diuji oleh suatu komite di Padang dan dinyatakan lulus sebagai guru
yang kemudian ditempatkan sebagai guru di Probolinggo. Charles Adriaan van
Ophuijsen kini kembali ke afdeeling Angkola Mandailing di Padang Sidempoean
tidak sebagai pejabat tetapi sebagai guru. Pada tahun 1884 LK Harmsen cuti dua
tahun (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-03-1884).
Posisinya sebagai kepala sekolah kemudian digantikan Charles Adriaan van
Ophuijsen.
Pada tahun 1884 sekolah guru
Padang Sidempoean melakukan ujian akhir lagi untuk siswa kelas tertinggi. Semua
peserta ujian lulus (lihat De locomotief, 11-07-1884). Salah satu diantara yang
lulus adalah Dja Endar Moeda. Dja Endar Moeda dkk di sekolah guru Padang
Sidempoean diasuh oleh ahli/guru matematika LK Harmsen, ahli bahasa/guru Melayu
CA van Ophuijsen dan guru (budaya dan bahasa (Batak) Dja Parlindoengan (guru, lulusan
sekolah guru Tanobato). Sebelumnya CA van Ophuijsen termasuk dua diantara tiga
guru berprestasi dengan mendapat tunjangan prestasi (lihat Bataviaasch
handelsblad, 03-03-1884). CA van Ophuijsen juga mengikuti ujian untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi dalam survei dan ilmu pertanian (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-05-1884).
Nun jauh disana di Belanda, pada tahun 1884, JH Wattimena dikabarkan
lulus sekolah guru di Amsterdam dan mendapat akta guru Lager Onderwijs (LO)
(lihat Algemeen Handelsblad, 07-04-1884). Akta guru LO setara dengan hofdacte
yang diperoleh Willem Iskander pada tahun 1876 (namun tidak sempat pulang
karena tahun itu meninggal di Belanda). JH Wattimena sendiri lulusan sekolah
guru di Ambon berangkat studi lebih lanjut ke Belanda tahun (lihat
Nederlandsche staatscourant, 12-07-1881). Dalam berita ini, JH Wattimena tidak
sendiri juga ME Anakota. Mereka berdua studi ke Belanda atas biaya pemerintah
(semacam beasiswa). ME Anakotta tidak berumur panjang, ME Anakotta
meninggal selama pendidikan karena penyakit paru-paru di Amsterdam (tempat
dimana Willem Iskander meninggal). JH Wattimena kembali ke tanah air dan ditempatkan
sebagai guru di Kweekschool Ambon (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 04-11-1884). Sebelum ME Anakota dan JH Wattimena ke Belanda, sudah
ada pengiriman guru untuk studi ke Belanda. Pada tahun 1877 Hamsah, Soejoed dan
Raden Kamil berangkat ke Belanda (lihat Algemeen Handelsblad, 30-06-1877). Pada
tahun 1878 Pemerintah Hindia Belanda kembali mengirim dua guru muda untuk studi
ke Belanda. Dua guru muda tersebut adalah Jozias Ratlangi dan Elias Kandou (lihat
Bataviaasch handelsblad, 27-04-1878). Pada tahun 1879 guru muda Hamsah setelah
beberapa lama di Belanda, dan belum menyelesaikan studi, Hamsah kembali ke
tanah air (lihat Het vaderland, 14-04-1879). Disebutkan kapal st Amalia dari
Nieuwediep dengan tujuan akhir Batavia dimana di dalam terdapat penumpang
bernama S Hamsah. Dalam manifes kapal juga terdapat nama Mas Ardi Sasmita. Dari
empat orang di Belanda, yakni Raden Kamil, Soejoed, Jozias Ratulangi dan Elias
Kandou, pada tahun 1880 tiga dari empat guru muda telah menyelesaikan studi
(lihat Dagblad van Zuidholland en ‘s Gravenhage, 10-11-1880). Disebutkan tiga
dari empat pemuda pribumi yang dilatih di Amsterdam baru saja lulus ujian untuk
asisten guru (yang keempat masih belum siap untuk mendaftar ujian). Raden Kamil
dkk kembali ke tanah air pada bulan Desember 1880 (lihat Opregte Haarlemsche
Courant, 06-12-1880). Tampaknya guru muda yang belum menyelesaikan studi adalah
Raden Soejoed. Pemerintah Hindia Belanda sudah merencanakan mengirim tiga guru
muda satu dari Residentie Padangsche Benelanden dan dua dari Residentie Ambon.
Namun yang berangkat hanya JH Wattimena dan ME Anakota (berangkat 1881). Di
tanah air Raden Kamil ditempatkan sebagai guru di sekolah guru di Magelang (lihat
De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 01-10-1881). Ratulangi
dan Kandou ditempatkan di sekolah guru di Tondano. Secara kumulatif, di luar
Willem Iskander, ada meninggal dunia, ada gagal dan ada hanya berhasil sebagian
(Ardi Sasmita) serta ada yang sukses. Yang sukses Raden Kamil, Raden Soejoed,
Darma Koesoema, E. Kandouj dan J. Ratulangi. Untuk memenuhi kebutuhan guru di
sekolah guru, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat satu kebijakan baru
untuk dilakukan ujian guru di Hindia. Dua guru muda yang tidak menyelesaikan
studi di Belanda dipanggil untuk mengikuti ujian. Namun sebelum itu keduanya
mempersiapkan diri dengan bantuan guru Eropa/Belanda di Fort de Kock dan di
Chirebon. Hamsah dan Mas Ardi Sasmita berhasil lulus ujian. Selanjutnya ada
program baru dimana kemudian diusulkan guru muda di Fort de Kock Nawawi untuk
mengikuti ujian guru. Pada tahun 1883 Hamsah dan Nawawi yang telah lulus ujian
dipekerjakan sebagai guru (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1883). Disebutkan dipekerjakan sementara di
sekolah guru di Probolinggo, Residentie Probolinggo Si Hamzah dan di Fort de
Koek, Residentie Padangsche Bovenlanden, Province Sumatra’s Westkust Si Nawawi
galar Soetan Maamoer, yang keduanya baru saja lulus ujian Asisten Guru di Het
Openbaare Lager Onderwijs voor Europeanen, yang mana Si Nawawi saat ini guru
dalam bahasa Melayu di sekolah guru di Fort de Koek. Dalam perkembangannya
diketahui bahwa Raden Soejoed akhirnya menyelesaikan studinya di Belanda. Pada
tahun 1884, JH Wattimena dikabarkan lulus sekolah guru di Amsterdam dan
mendapat akta guru Lager Onderwijs (LO) (lihat Algemeen Handelsblad,
07-04-1884). Dengan kembalinya Raden Soejoed dan JH Wattimena, tidak ada lagi
guru muda yang tengah studi di Belanda. Pada tahun 1884 sekolah guru yang ada
di Hindia Belanda berada di Magelang (suksesi Soeracarta), Fort de Kock.
Tondano (didirkan 1873), Ambon (didirikan 1874), Probolinggo (didirikan 1875),
Banjarmasin (1875), Makassar (1876) dan Padang Sidempuan (1879).
Sekolah
guru Padang Sidempoean pada tahun 1885 dinobatkan sebagai sekolah guru terbaik
di Hindia Belanda bersama dengan sekolah guru Probolinggo (lihat Bataviaasch
handelsblad, 30-06-1885). Khusus untuk bidang bahasa Melayu ada gurunya masing-masing
di setiap sekolah guru di Hindia Belanda. Di sekolah guru Padang Sidempoean
adalah CA van Ophuijsen dan di sekolah guru Fort de Kock adalah Nawawi galar
Soetan Maamoer. Dalam hal ini di sekolah guru di Hindia Belanda semakin banyak
jumlah guru pribumi. Namun untuk posisi kepala sekolah/direktur sekolah masih
dipegang oleh orang Belanda. Setelah Willem Iskander di masa lamapu, kapan
kembali guru pribumi menjadi kepala sekolah di sekolah guru?
Seperti guru-guru lulus
sekolah guru, sebagaimana guru-guru pribumi yang kini menjadi guru di sekolah
guru, mengawali karir di sekolah dasar pribumi. Dja Endar Moeda setelah lulus
sekolah guru di Padang Sidempoean ditempatkan di Batahan (afdeeling Natal).
Disebutkan Dja Endar sebagai guru yang sangat bersemangat, tidak hanya menulis
buku pelajaran bagi siswanya, juga kerap mengirim tulisan ke surat kabar
berbahasa Melayu. Pada tahun 1887, Dja Endar Moeda menjadi salah satu redaktur
surat kabar bulanan berbahasa Melayu Soeloeh Pengadjaran yang diterbitkan di
Probolinggo.
Pada tahun
1890 sekolah guru di Padang Sidempoean tidak menerima pendaftaran karena akan
ditutup (hanya tinggal menyelesaikan pendidikan siswa-siswa terakhir). Direktur
sekolah guru Padang Sidempoean CA van Ophuijsen akan diangkat sebagai Inspektur
Pendidikan di province Sumatra’s Westkust (Bengkoelen, Padangsche dan
Tapanoeli). Pada tahun 1893 Dja Endar Moeda, sebagai guru di Singkil pensiun
dini.
De locomotief: Samarangsch
handels- en advertentie-blad, 30-11-1893: ‘Sekolah guru baru untuk Jawa Tengah
akan berlokasi di Djokjakarta. Saat ini sekolah guru di Padang Sidempoean ditutup
pada April lalu, dan para siswa yang belum selesai diarahkan pindah ke
Fort-de-Kock. Dari 300 tempat pada akhir tahun 1892, 235 telah terisi di
sekolah guru. Pada tahun itu, 40 peserta lulus ujian akhir. Sementara itu, pada
tahun 1892 jumlah sekolah dasar negeri di Jawa dan Madura tetap 203, di luar
Jawa-Madura dari 301 buah. Beberapa sekolah ditutup karena penduduk lebih
memilih sekolah swasta. Peningkatan jumlah anak yang bersekolah dapat diamati
di sebagian besar wilayah. Seringkali ada kekurangan ruang kelas’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.