Sejarah

Sejarah Pendidikan (27): Pameran Buku dari Masa ke Masa; Presiden Soekarno Tantang Penerbit tentang Buku Tan Malaka Madilog


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Sebelumnya disebut pameran buku (boektentoonstelling),
tetapi kemudian lebih dikenal sebagai pekan baku (boekenweek). Namun kini yang
lebih popular disebut pameran buku (Book Fair). Pada tahun 1940 di Medan sudah
diselenggarakan Boekweek buku (berbahasa) Belanda yang ke-9 (yang diselenggarakan
tiap tahun). Bagaimana dengan di Batavia? Hanya ada beberapa kali diadakan pekan
buku (berbahasa) Jerman. Mengapa? Bagaimana dengan buku berbahasa Melayu dan
daerah? Pameran buku (boektentoonstelling) Hindia pertama kali diadakan di Batavia
pada tahun 1941 (lihat De Indische courant, 15-11-1941).


Pameran buku di Indonesia, atau lebih dikenal
dengan Indonesia International Book Fair (IIBF), memiliki sejarah yang cukup
panjang. IIBF pertama kali diselenggarakan pada tahun 1980 dengan nama
Indonesia Book Fair (IBF) oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Pameran ini
kemudian berkembang menjadi salah satu ajang literasi terbesar di Asia Tenggara
dan menjadi momen yang dinanti para pecinta buku. Sejarah Awal: Tahun 1954: Pameran
buku pertama di Indonesia diselenggarakan di Medan oleh Tjoe Wie Tay dari
Gunung Agung, bertepatan dengan Kongres Bahasa Indonesia. Tahun 1980: IBF
pertama kali diadakan, menjadi cikal bakal IIBF yang kita kenal sekarang. Perkembangan
IIBF: Tahun 2014: IBF berubah nama menjadi Indonesia International Book Fair
(IIBF) untuk memperluas jangkauan. Tujuan: IIBF bertujuan untuk memfasilitasi
akses buku bagi semua orang dan menjadi pusat industri kreatif berbasis
kekayaan intelektual. Acara: Selain penjualan buku, IIBF juga menyelenggarakan
berbagai acara seperti seminar, diskusi, dan peluncuran buku
(AI Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pameran buku masa ke masa?
Seperti disebut di atas, kegiatan pameran buku sudah lama diadakan di Eropa. Di
Hindia baru menjelang berakhirnya Belanda. Dalam pameran buku Indonesia pertama
tahun 1954, Ir Soekarno menantang penerbit untuk menyediakan buku Tan Malaka berjudul
Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika). Lalu bagaimana sejarah pameran buku
masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar
untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi)
dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.

Pameran Buku Masa ke Masa; Ir Soekarno dan Buku Tan
Malaka Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir Soekarno dan Buku Tan Malaka Madilog (Materialisme,
Dialektika, Logika): Buku-Buku yang Dilarang Beredar di Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top