Sejarah

Sejarah Pers di Indonesia (14): Pers Bahasa Melayu Investasi Orang Cina, Surat Kabar Sin Po Keng Po:Peta Pers Pribumi Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Sejak awal dimulai pers (berbahasa) Belanda.
Lalu kemudian muncul pers (berbahasa) Melayu. Pers berbahasa Melayu dimulai
oleh para investor Eropa/Belanda pada tahun 1850an. Dalam perkembangannya, pers
berbahasa Melayu mulai dimasuki oleh investor orang pribumi (yang dalam hal ini
termasuk investor orang Cina). Dua surat kabar investor pribumi orang Cina yang
terkenal adalah Sin Po dan Keng Po yang berada diantara pers pribumi Indonesia.


Sin
Po, nama surat kabar Tionghoa berbahasa Melayu diterbitkan di Batavia pada 1
Oktober 1910. Harian ini terkenal dengan sikapnya mendukung nasionalisme
Tiongkok dan perjuangan pribumi. Sin Po merupakan harian pertama memuat teks
lagu, Indonesia Raya, turut mempelopori penggunaan nama “Indonesia” menggantikan
“Hindia Belanda”. Sin Po berhenti terbit saat Jepang menduduki
Indonesia tahun 1942, kembali terbit 1946. Tan Tek Ho. Surat kabar ini,
mula-mula dipimpin Lauw Giok Lan. Pada waktu sama juga memimpin surat kabar
Perniagaan. Sejak tahun 1925 sampai tahun 1947, pemimpin redaksi Sin Po dijabat
oleh Kwee Kek Beng. Sesudah diproklamasikan Republik Tiongkok pada tahun 1912,
Sin Po menyuarakan nasionalisme Daratan Tiongkok. Surat kabar ini berpendirian
bahwa masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda harus mempertahankan
kewarganegaraan asalnya dan menolak ikut serta dalam percaturan politik
kolonial Belanda. Sejak bulan Oktober 1958, surat kabar ini mengubah nama
menjadi Pantjawarta, kemudian Warta Bhakti. Tahun 1964, surat kabar ini
mengikuti sikap kelompok pers Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menentang
pers anti-PKI. Warta Bhakti dilarang terbit sejak tanggal 1 Okober 1965
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pers berbahasa Melayu
investasi orang Cina, surat kabar Sin Po dan surat kabar Keng Po? Seperti
disebut di atas, investasi orang Cina relative bersamaan dengan investasi orang
pribumi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan pers berbahasa Melayu. Pers
investasi orang Cina berada di dalam peta pers pribumi Indonesia. Lalu
bagaimana sejarah pers berbahasa Melayu investasi orang Cina, surat kabar Sin
Po dan surat kabar Keng Po?
 Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Pers Berbahasa Melayu Investasi Orang Cina, Surat
Kabar Sin Po dan Keng Po: Peta Pers Pribumi Indonesia

Setiap masa memiliki kebutuhannya sendiri. Demikian
juga tentang kebutuhan surat kabar. Fakta bahwa surat kabar yang muncul di Indonesia
adalah surat kabar berbahasa Belanda. Bahkan investasi surat kabar ini sudah
dimulai sejak era VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, surat kabar
berbahasa terus berkembang. Hal itu hanya orang Eropa/Belanda yang membutuhkan
yang juga dapat memenuhinya. Dalam perkembangannya mulai dirasakan kebutuhan
terhadap surat kabar berbahasa Melayu, Investor Eropa/Belanda juga merintisnya.
Namun itu tidak mudah. Apa yang ditawarkan tidak seperti surat kabar berbahasa
Belanda. Akibatnya surat kabar berbahasa Melayu jarang yang berumur panjang.


Meski surat kabar berbahasa Melayu pada permulaan tidak berumur panjang,
tetapi surat kabar berbahasa Melayu masih berkesinambungan walau harus mengalamai
pasang surut atau tumbuh sporadik di musim hujan. Akan tetapi, tampaknya kesan
pasang surut itu bukan tidak adanya keinginan para pembaca (pasang surut),
tetapi upaya untuk menjalankan surat kabar, terutama surat kabar berbahasa
Melayu menjadi terkendala, kelangsungan surat kabar lebih dipengaruhi oleh
profitabilitas usahanya itu sendiri.  Mungkin bisa diandaikan dan dibayangkan, jika
surat kabar berbahasa Belanda setiap rumah tangga Eropa/Belanda dapat
berlangganan bagi yang membutuhkan, tetapi bagi golongan (penduduk) pribumi,
yang menjadi sasaran surat kabar berbahasa Melayu, satu surat kabar yang dibeli
dapat diakses oleh setiap orang yang membutuhkan di dalam satu kampong.

Pada tahun 1868 kembali surat kabar berbahasa Melayu
diterbitkan di Batavia (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad,
20-04-1868). Disebutkan di Batavia oleh firma Bruijning & Wijt, menerbitkan
surat kabar berbahasa Melayu Matahari, yang menurut Surat kabar (berbahasa
Belanda) Nieuw Bataviaasche Handelsblad memenuhi kebutuhan yang sudah lama
dirasakan. Ini mengindikasikan bahwa di Batavia sempat terjadi vakum kehadiran
surat kabar berbahasa Melayu, lalu kebutuhan yang terus muncul dapat dipenuhi
oleh perusahaan De Bruijning en Wijt.


Seperti disebutkan dalam artikel sebelum ini surat kabar berbasa Melayu
investasi Eropa/Belanda sudah dimulai tahun 1856 bernama Bintang Oetara (lihat
Nieuwe Rotterdamsche courant: staats, handels-, nieuws- en advertentieblad,
18-02-1856). Pada tahun yang sama surat kabar berbahasa Melayu bernama Soerat
Kabar Bahasa Melaijoe terbit di Soerabaja (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-03-1856).

Dalam perkembangannya surat kabar berbahasa Melayu
Matahari di Batavia telah diambilalih seorang Cina Lo Tun Thaij (lihat Makassaarsch
handels-blad, 09-02-1870). Disebutkan editor Cina pertama di Hindia Belanda.
Janganlah kita menipu diri sendiri, Hindia telah bangkit dalam sosok Lo Tun
Thaij, yang akan mengambil Mata-harie dibawah usahanya. Sebelumnya surat kabar
ini diedit oleh Crawford. Informasi ini mengindikasikan surat kabar yang
diterbitkan De Bruijning en Wijt yang menjadi editor adalah Crawford dan Lo Tun
Thaij adalah editor pertama non Eropa/Belanda, seorang Cina yang diduga sekaligus
menjadi pemiliknya. Lalu kapan hal ini terjadi pada orang pribumi?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peta Pers Pribumi di Indonesia: Hilang Seratus Tumbuh
Seribu

Pada tahun 1892 di kota Pada surat kabar berbahasa
Melayu yang masih eksis adalah
Palita Ketjil di bawah pimpinan O Baumer (lihat Regerings-almanak voor
Nederlandsch-Indie, 1892). Palita Ketjil masih eksis hingga tahun 1895
tetapi dipimpin oleh R Edward van Muijen (lihat
Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie, 1896). Pada tahun
1896 ini di kota Padang dicatat
surat kabar baru
yang
diberi nama
Pertja
Barat di bawah pimpinan P Baumer dengan editor Dja Endar Moeda dan Lie Bian
Goan.


Lie Bian Goan sendiri sebelumnya diberitakan tinggal di Tanah Abang,
Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-01-1893).  Sebelum, bergabung dengan Pertja Barat, di
Padang
, Lie Bian Goan bersama LHA
Scholte menjadi editor surat kabar berbahasa Melayu yang diterbitkan oleh Oei
Teh Liang (lihat Dagblad van Zuidholland en ‘s Gravenhage, 15-08-1894). Dalam
Almanak 1896 juga dicatat surat kabar Sinar Minang Kabau pimpinan dan editor
Baharoedin.

Pada tahun 1899 surat kabar
Pertja Barat dipimpin oleh LNAH Chatelin Sr dengan editor tunggal Dja Endar
Moeda (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie, 1899). Sementara itu,
seperti disebut di atas surat kabar Tjahaja Sumatra dipimpin K Baumer dengan
editor tunggal Lim Soen Hin. Sedangkan surat kabar Warta Brita editornya Soetan
Bahaoedin.


Pada awal tahun 1899 di kota Padang diketahui sudah ada surat kabar baru
Tjahaja Sumatra (lihat Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad,
18-02-1899). Surat kabar Tjahaja Sumatra (terbit dua kali seminggu) dipimpin
oleh K Baumer dengan editor Liem Soen Hin (lihat Regerings-almanak voor
Nederlandsch-Indie, 1899).
Editor
surat kabar Tjahaja Sumatra adalah Lim Soen Hin (lihat Sumatra-courant: nieuws-
en advertentieblad, 28-02-1899).
Lim
Soen Hin
kelahiran Padang Sidempoean.

Pada tahun 1899 di kota Padang paling tidak ada tiga surat kabar berbahasa
Melayu.
Dua diantara surat kabar
tersebut,
editor
Pertja Barat
(Dja Endar Moeda) dan editor Tjahaja Sumatra (Liem Soen Hin) sama-sama kelahiran Padang
Sidempoean.
Pada tahun 1900 hanya tinggal dua surat kabar
berbahasa Melayu di Padang, Pertja Barat dengan editor Dja Endar Moeda dan
Tjahaja Sumatra dengan editor Lin Soen Hin (lihat Regerings-almanak voor
Nederlandsch-Indie, 1900).


Di seluruh Hindia Belanda pada tahun 1900 hanya ada tiga editor non
Eropa/Belanda yakni Dja Endar Moeda, Lin Soen Hin dan Oeij Tjaij Hin (surat
kabar Bintang Barat di Batavia).
Ini mengindikasikan bahwa editor non Eropa/Belanda, sejak Lo Tun Thaij
di Batavia (1870) sudah banyak editor yang hilang, muncul lagi, hilang lagi,
muncul yang baru. Nama Dja Endar Moeda dalam hal ini terbilang awet, sudah
eksis sejak 1895 dan masih bertahan hingga tahun 1900.

Pada tahun 1900 diketahui Dja
Endar Moeda telah mengakuisiasi saham surat kabar Pertja Barat dan sekaligus
percetakannya. Dja Endar Moeda
juga pada tahun 1900 ini diketahui telah menerbitkan surat kabar baru
berbahasa Melayu yakni Tapian Na Oeli (sasaran pembaca di wilayah Residentie
Tapanoeli).


Pada tahun 1901 selain memiliki surat kabar Pertja Barat dan surat kabar Tapian Na Oeli, Dja Endar Moeda dan Lin Soen
Hin
(Tjahaja Sumatra) masih tetap eksis. Nama Oeij
Tjaij Hin tidak ada lagi
, surat
kabar Bintang Barat di Batavia sudah tidak ada lagi. Namun sebaliknya, di
Semarang terbit surat kabar Bintang Semarang (tiga kali dalam seminggu) dengan
editor Sie Hian Ling. Sedangkan di Jogjakarta terbit surat kabar Retnodjoemilah
(dua kali seminggu) dalam dwibahasa (Melayu dan Jawa) dengan editor [Dr]
Soediro Hoesodo yang diterbitkan oleh Firma H Buning.

Nama Dja Endar Moeda dalam masa yang cukup lama menjadi nama tunggal diantara insan pers non
Eropa/Belanda. Dja Endar Moeda tidak hanya menangani tiga media sekaliigus, Dja
Endar Moeda juga adalah penerbit dan pemilik percatakan (NV Snelpersdrukkerij
Insulinde). Dalam hal
ini Haji
Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda adalah pemilik portofolio tertinggi
diantara orang non Eropa/Belanda dan dapat dikatakan sudah bersaing dengan
pengusaha media orang-orang Eropa/Belanda.
Di kota-kota lain terutama di Jawa eksistensi
orang-orang Eropa/Belanda dalam surat kabar berbahasa Melayu masih ada.


Meski sama-sama kelahiran Padang Sidempoean, Lim Soen Hin tampaknya sulit
mengejar prestasi Dja Endar Moeda.
Surat kabar Tjahaja Sumatra masih eksis hingga awal tahun 1904 dimana
yang menjadi editor masih tetap Lim Soen Hin (lihat Sumatra-bode, 02-01-1904).
Surat kabar ini masih berada di dalam grup media Baumer en Baumer. Namun
tampaknya pada akhr tahun 1904 Lim Soen Hin tidak berada di surat kabar Tjahaja
Sumatra. Pada awal tahun 1905 diketahui di dalam jajaran editor sarat kabat
Tjahaja Sumatra (diterbitkan Karl Baumer) sudah diisi oleh Datoe[k] Soetan
Maharadja (lihat Sumatra-bode, 02-01-1905). Lantas dimana Lim Soen Hin
sekarang? Pada akhir tahun 1905 di Padang, seorang Eropa/Belanda bernama Rogge
akan menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dengan nama Sinar Sumatra (lihat
De locomotief, 11-10-1905). Apakah Lim Soen Hin akan bergabung dengan Sinar
Sumtra?
 

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top