Sejarah

Sejarah Pers di Indonesia (5): Surat Kabar Berbahasa Belanda; Batavia serta Semarang Padang Surabaja JogjakartaSurakarta Medan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Surat kabar berbahasa Inggris di Hindia Belanda
(baca: Indonesia) hanya seumur jagung (selama 1812-1816) itu terjadi karena
pendudukan Inggris (1811-1816). Namun itu akan kembali di masa nanti. Selama
era Pemerintah Hindia Belanda, surat kabar berbahasa Belanda yang berjaya,
bahkan surat kabar berbahasa Belanda masih eksis di era Republik Indonesia,
sebelum terjadi nasionalisasi perusahaan swasta di Indonesia tahun 1957. Surat
kabar berbahasa Belanda karenanya memiliki peran penting dalam sejarah
pemberitaan di Indonesia selama hampir satu setengah abad. Suatu waktu yang
sangat panjang.


Java-bode
(Utusan Jawa) adalah surat kabar yang diterbitkan di Batavia, Hindia Belanda,
koran ini terbit 2 kali per minggu dan sejak tanggal 1 Desember 1869 terbit
setiap hari. Sejak bulan Maret 1942 hingga tahun 1949, koran ini tidak terbit
karena pendudukan Jepang di Indonesia. Pada tanggal 11 Agustus 1852, koran ini
diterbitkan untuk yang pertama kalinya, dan edisi penghabisan terbit pada bulan
Maret 1957. Koran ini beraliran liberal, tetapi di bawah Conrad Busken Huet
koran ini beralih haluan jadi konservatif dan sejak tahun 1932 arah koran ini
menjadi “kanan” sejak dipimpin oleh Henri Zentgraaff, yang karena
itulah mendapat kritik tajam dari penulis Eddy du Perron. Beberapa editor dan
jurnalis telah diasosiasikan dengan Java Bode, termasuk Conrad Busken
Huet(pemimpin redaksi 1868-1873), Jan Eduard van Someren Brand (penulis seri
sejak 1889), Dirk Verbeek (kepala readaksi pada 1915), Johan Alberts (editor
sejak 1918), Herman Salomonson (kepala redaksi 1923-1926 dan penulis dari
sebagian Rhythm Chronicles Melis Stoke), Johan Ernst Jasper (kepala redaksi
1929-1932) da Alfred van Sprang (editor 1940-1942). Daftar pemimpin redaksi: H.
Zentgraaff; Conrad Busken Huet (1868-1873); Henri Salomonson (1924-1926); Henri
Zentgraaff (1932-1939)
(Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah surat kabar berbahasa
Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, surat kabar berbahasa Belanda
cukup lama di Indonesia bahkan sejak era VOC yang kemudian semakin intens sejak
permulaan Pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya di Batavia, surat kabar
berbahasa Belanda juga terbit di berbagai kota seperti Semarang, Padang,
Soerabaja, Jogjakarta, Soerakarta dan Medan. Lalu bagaimana sejarah surat kabar
berbahasa Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Surat Kabar Berbahasa Belanda; Batavia, Semarang,
Padang, Soerabaja, Jogjakarta, Soerakarta, Medan

Surat kabar Java Government
Gazette akhirnya tidak terbit dan edisi terakhir
(19-08-1816) atau no 1-234. Sebagaimana diketahui
sejak 16 Agustus 1816 Belanda kembali berkuasa di Hindia Belanda (setelah
adanya perjanjian pasca berakhirnya Perang Napoleon).


Surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di Batavia tidak ditemukan
selama pendudukan Inggris. Kemungkinan satu-satunya surat kabar adalah Java
Government Gazette. Namun berita-berita du Hindia di dalam surat kabar
berbahasa Belanda masih eksis yang diterbitkan di Belanda. Dalam hal ini orang-orang
Belanda yang masih banyak berada di Hindia (selama pendudukan Inggris)
memperolah akses berita dari Belanda.

Sejak hengkangnya Inggris, surat kabar berbahasa
Belanda di Batavia yang muncul adalah Bataviasche courant. Terbit pertama kali
tanggal 20 Agustus 1816 (sehari setelah terbit terakhir
surat kabar berbahasa Inggris). Tampaknya tidak terputus pemberitaan antara fase
pendudukan Inggris dan kembalinya Pemerintah Hindia Belanda. Ini berbeda pada saat
transisi dari Pemerintah Hindia Belanda ke masa pendudukan Inggris, yang mana Java
Government Gazette edisi pertama terbit pada hari Sabtu tanggal 29 Februari
1812, sementara, sejauh ini, surat kabar Bataviasche Koloniale Courant, edisi
terakhir yang berhasl ditemukan pada tanggal 14-06-1811. Ada jeda waktu yang
cukup lama.


Mengapa ada perbedaan waktu transisi antara awal
Pemerintah Hindia Belanda dengan masa pendudukan Inggris di satu sisi dan
antara pendudukan Inggris dengan kembalinay Pemerintah Hindia Belanda? Pada
masa transisi pertama kehadiran Inggris adalah suatu penyerang dan terjadi
perang yang kemudian orang-orang Inggris membutuhkan waktu untuk konsolidasi
dalam membentuk pemerintahan. Sementara pada transisi kedua situasinya lebih
berpolitis yang mengakibatkan terjadi penyerahan Kembali Hindia Belanda kepada
kerajaan Belanda. Oleh karea itu sebelum berakhirnya pendudukan Inggris,
orang-orang Belanda sudah menyiapkan berbagai hal termasuk penerbitan surat kabar
baru, Bataviasche
courant
.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Batavia, Semarang, Padang, Soerabaja, Jogjakarta,
Soerakarta, Medan: Peta Sura Kabar Berbahasa Belanda Semasa Pemerintah Hindia
Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top