Sejarah

Sejarah Riau (8) Sejarah Natuna, Pulau Terdepan di Laut Cina Dikenal di Borneo Sejak Dulu; Pulau Pertama Diserang Jepang




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini
 

Apakah
ke(pulau)an Natuna wilayah Riau? Bukankah secara defacto lebih dekat dengan
provinsi Kalimantan Barat di (kabupaten) Sambas? Bukan di situ persoalannya.
Yang menentukan satu pulau (atau kepulauan) masuk wilayah mana, pada era
Pemerintah Hndia Belanda, ditentukan atas dasar pertimbangan populasi dan atas
dasar arah kebijakan pemerintah dalam dua hal: ekonomi perdagangan dan keamanan
pertahanan.

Pada masa ini nama Natuna dijadikan nama
kabupaten: Kabupaten Kepulauan Natuna. Ini bermula pada awal Republik
Indonesia, kepulauan Riau dijadikan sebagai satu kabupaten di residentie Riau
yang beribukota di Tanjungpinang (di provinsi Sumatera Tengah). Saat itu Natuna
sebagai suatu desa terpencil di Kewedanaan Tanjungpinang. Pada tahun 1957
provinsi Sumatera Tengah dilikuidasi dan kemudian dibentuk provinsi: Sumatera
Barat, Riau dan Jambi. Sejak saat ini ibu kota (provinsi) direlokasi ke daratan
di Pekanbaru. Pada tahun 1999 kabupaten kepulauan Riau dimekarkan dengan
membentuk kabupaten Kepulauan Natuna (ibu kota di Ranai). Pada tahun 2002 semua
kabupaten-kabupaten kepulauan dipisahkan dari provinsi Riau dan dibentuk
menjadi satu provinsi dengan nama provinsi Kepulauan Riau (ibu kota di Tanjung
Pinang, pulau Bintan). Pada tahun 2006 nama kabupaten Kepulauan Riau di
provinsi Kepulauan Riau diubah menjadi kabupaten Bintan.

Bagaimana
sejarah Natuna
? Sejarahnya setua ke(pulau)an Karimata. Natuna sebagai
pulau terdepan, Karimata dijadikan menjadi nama selat (straat Carimata). Lantas
mengapa Natuna masuk wilayah Riouw dan bukan Westkust van Borneo
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Natuna

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top