Sejarah

Sejarah Semarang (19): ‘Wingko Babat’ Made in Semarang Terkenal Sejak 1934; ‘Loempia Semarang’ Kategori World Food?




false
IN




























































































































































Wingko adalah penganan tradisional asli Indonesia. Saya
suka wingko, yakni wingko babat buatan Semarang. Wingko babat adalah salah satu
menu penganan yang kerap dijadikan oleh-oleh dari Semarang. Oleh karena itu
tetap membeli wingko babat dari Semarang adalah salah satu upaya untuk menjaga
dan melestarikan kekayaan penganan asli Indonesia. Wingko tentu saja adalah
salah satu bentuk kearifan nenek moyang kita.
Wingko Babat (internet)

Produk wingko diproduksi di banyak tempat. Selain di Semarang, juga produsen
wingko juga ditemukan di Soerakarta dan Jogjakarta. Meski demikian, nama
generiknya adalah ‘wingko babat’. Produsen dan konsumen di Semarang menyebutnya
wingko Babat Semarang; Produsen dan konsumen di Soerakarta menyebutnya ‘wingko Babat
Solo’. Demikian juga yang di Yogyakarta menyebutnya ‘wingko Babat Jogjakarta’.

Lantas darimana sesungguhnya asal-usul penganan yang
disebut ‘wingko Babat’? Apakah nama penganan wingko Babat dikaitkan dengan nama
sebuah desa bernama Wingko di district Djenar, Regenschap Poerworedjo, Residentie Bagelen? Ataukah
dikaitkan dengan nama desa Babat di Regenschap Lamongan, Afdeeling Grisee, Residentie Soerabaja? Mari
kita telusuri.

Wingko Babat

Nama wingko sebagai suatu penganan dilaporkan kali
pertama di surat kabar pada tahun 1934. Disebutkan penganan wingko ini sangat
lezat dan kelezatan wingko Babat menjadi perhatian (Soerabaijasch, handelsblad, 06-08-1934). Yang dimaksud Babat
dalam hal ini adalah sebuah desa di Onderdisctrik Babat, District Babat Regenschap
Lamongan, Afdeeling Grisee. Dengan demikian wingko Babat yang sudah dikenal itu
sejak 1934 adalah wingko yang dibuat di Babat.

Soerabaijasch,  handelsblad, 06-08-1934

Nama-nama desa Babat tidak hanya ditemukan di Lamongan, tetapi juga di
Afdeeling Koedoes. Hanya itu. (lihat buku Statisitik Sensus Penduduk 1930). Pada masa ini, Babat adalah sebuah
nama kecamatan di Lamongan yang merupakan simpul jalan Bojonegoro, Jombang,
Tuban, dan Surabaya.

Wingko Babat yang
terkenal pada masa ini bukan wingko Babat dari Babat. Akan tetapi, tanpa
bermaksud menomorduakan dari Solo dan Jogja, wingko Babat yang terkenal adalah
wingko Babat dari Semarang.
Dalam Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indie, 1917-1939 Wingko adalah nama burung dari jenis gelatik (Parus
cinereus) yang di bagian bawah berwarna abu-abu. Nama Sunda burung tersebut menurut
Jacobson adalah Jinjing latah.

Jika wingko Babat berasal dari Babat di Lamongan, yang
tetap menjadi pertanyaan adalah dimana asal-usul wingko sendiri. Dari informasi
yang diperoleh dari surat kabar Soerabaijasch,  handelsblad,
06-08-1934 bahwa wingko yang dibuat di Babat lezat. Ini mengindikasikan bahwa
wingko juga ditemukan di tempat lain semisal di Soerabaja?. Oleh karenanya,
wingko sendiri tidak diketahui dimana bermula, tetapi wingko Babat yang menjadi
pertanyaan utama diduga kuat bermula di Babat. Lamongan. Lantas, apakah wingko
Babat Semarang bermula di Babat? Boleh jadi,

Bagaimana dengan Lumpia Semarang?

Loempia pada dasarnya sudah sejak lama dikenal dan
ditemukan di berbagai tempat. Lompia terkenal di Semarang adalah produksi Tan
Kong Bing yang beralamat di Hoffmanstraat 2 (De Indische courant, 29-04-1930).
Loempia Semarang merupakan satu-satunya yang gencar memasang iklan di surat
kabar. Loempia Semarang tidak hanya memasang iklan di surat kabar Semarang,
juga di surat kabat di Batavia dan Soerabaja. Ini mengindikasikan bahwa loempia
Semarang cukup percaya diri, memiliki wilayah pemasaran yang luas, tentu saja
karena bekend maka berkualitas. Oleh karenanya loempia Semarang dapay dikatakan
rajanya loempia. Loempia Semarang bahkan masih eksis hingga tahun 1946 (Nieuwe
courant, 26-11-1946).
Di berbagai tempat, loempia adalah bagian dari menu jajanan seperti kwee
lapies, kwee tallam, katjang goreng dan sebagainya (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 03-01-1930). Di Negeri Belanda, Toko Bandoeng menjual
dendeng, loempia, katjang indjomeel, dodol dan sebagianya (Het Vaderland :
staat- en letterkundig nieuwsblad,  17-12-1930).
Loempia Semarang tampaknya tidak hanya sebagai brand
tetapi loempia Semarang sudah menjadi nama generik, seperti orang bertanya
hondanya merek apa, sanyonya merek apa atau aqua merek apa. Di Bandung
diperjual belikan lompia Semarang entah siapa yang buat, apakah orang Semarang
atau orang Bandung (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 20-10-1950). Produsen
loempia di Negeri Belanda masih menyebut lompia Semarang untuk menunjukkan
loempia berkualitas (Het Parool, 24-04-1995). Tidak ditemukan loempia Djogja,
juga tidak ada loempia Bandoeng maupun loempia Soerabaja. Hanya ada lompeia
Semarang. Di Medan tidak ada loempia Medan yang ada hanya bika Ambon. Meski
demikian, loempia terkenal di Medan adalah loempia merek Tjap Tjay (De Sumatra
post, 27-01-1939). Jadi, loempia Semarang memang tiada duanya. Loempia Semarang
haruslah dipandang sebagai satu-satunya merek kota dan dengan segala kelebihan
loempia Semarang haruslah dicatat sebagai herutage. Loempia Semarang tidak lagi
masuk golongan traditional food tetapi sudah pantas digolongkan sebagai Wolrd Food. 
Algemeen Handelsblad edisi 09-05-1853

Banyak kuliner Indonesia (makanan dan penganan) yang basisnya traditional
food dapat diangkat ke golongan World Food. Jika tidak, negara lain akan
mendaftarkannya lebih dahulu. Sebagai contoh ‘lemang’ yang diklaim Malaysia
hanya berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh orang Inggris antara tahun
1864 dan 1867. Padahal catatan tertua tentang lemang sudah ditemukan di Afdeeling
Mandailing dan Angkola (Residentie Tapanoeli) pada tahun 1852. Ida Pfeiffer,
seorang Austria melihat sendiri pembuatan lemang pada bulan Agustus 1852 dan
menuliskan risalahnya lalu dikirimkan ke surat kabar di Batavia dan diterbitkan
oleh Algemeen Handelsblad edisi 09-05-1853: ‘….Selama
malam, saya dengan yang lain istrirahat 
di hutan  dengan memasak beras
semi kering yang direbus dengan sedikit tambahan garam, lalu saya melihat
mereka mempersiapkan beras dalam cara yang sama sekali baru bagi saya. Mereka
membungkusnya dengan daun besar (daun pisang), dan memasukkan beras ke dalam
potongan bambu, kemudian menuangkan sejumlah kecil air, lalu meletakkan tongkat
bamboo itu pada api pembakaran, mereka membiarkan berbaring begitu lama sampai
bamboo kelihatan mulai terbakar, cukup lama berlangsung sejak bamboo segar dan
isinya dipanggang’.
. Publikasi ini lalu dilansir oleh sejumlah koran yang
terbit di Batavia, Semarang, Soerabaija dan Rotterdam. Sejauh yang diketahui,
kisah perjalanan Ida Pfeiffer di Tanah Batak ini merupakan catatan yang
terdokumentasi secara otentik bagaimana metode lemang dijelaskan secara
lengkap. Seperti diakui sendiri Ida Pfeiffer bahwa metode memasak beras menjadi
nasi ini juga disebutnya sebagai sesuatu yang unik dan baru seperti
dikatakannya sendiri: ‘saya melihat mereka mempersiapkan beras dalam cara yang
sama sekali baru bagi saya’.

Mari kita selamatkan heritage Indonesia.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top