Sejarah

Sejarah Semarang (2): Benteng Semarang 1708; Suatu Situs Kuno Cikal Bakal Kota, Penanda Awal Koloni VOC di Jawa Tengah




false
IN




























































































































































Baru-baru
ini bekas benteng di era VOC ditemukan di Semarang. Benteng Semarang ini
disebutkan terdiri dari lima bastion yang berbentuk mata panah yaitu Bastion De
Smits, Bastion De Zee, Bastion Ijzer, Bastion Hersteller, dan Bastion
Amsterdam. Sedangkan satu Bastion lainnya lebih kecil yaitu Bastion Ceylon. Dalam
penggalian yang dilakukan lokasi bastion De Smits berada di lahan milik PT Gas
Negara dan milik Damri (lihat Liputan6.com Semarang 2014).
Desain Benteng Semarang, 1708

Benteng Semarang
ini telah terkubur lama ditelan waktu. Dimanakah letak bastion-bastion yang lain
masih dilakukan pencarian. Dalam peta kuno, Benteng Semarang didesain oleh G.
van Broekhuysen pada tahun 1708. Dalam peta ini bastion pertama adalah Zeeland,
bastion kedua Amsterdam, ketiga Utrecht, keempat Raamsdonk dan kelima
Bunschoten.

Benteng
(casteel) adalah situs kuno yang menjadi penanda awal koloni Belanda/VOC di
suatu tempat yang kini menjadi bagian dari kota. Benteng-benteng ini ditemukan
di Batavia (Jakarta), Padang, Soerabaja, Buitenzorg (Bogor) dan sebagainya. Benteng
Semarang kurang lebih sama bentuknya dengan Benteng Batavia, Benteng Soerabaja
dan Benteng Padang. Benteng Buitenzorg berbeda dengan yang lainnya. Benteng
Buitenzorg yang menurut peta kuno disebut Fort Padjadjaran (Benteng Pajajaran)
yang letaknya berada persis di lokasi Istana Bogor yang sekarang.
Benteng
Semarang, Awal Pembentukan Kota
Lokasi Benteng Semarang, 1724
Perencanaan pembangunan
Benteng Semarang (mengikuti nama sungai Semarang) sudah dilakukan sejak lama
(1695) dan baru selesai pada tahun 1708.
Dalam sejarah Semarang, disebutkan bahwa pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan
Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu
untuk merebut kembali Keraton Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi
milik VOC.
Sejak
itu pula pengaruh VOC ditanamkan kepada Soeltan (di Kartosoero) dan
strategi penguasaan wilayah (koloni) dimulai. Ini ditandai dengan banyaknya
benteng yang dibangun antara Semarang hingga ke depan Kraton Kartosoero.
Lokasi Benteng Cartosoero, 1724

Dalam Peta 1724,
Semarang (casteel) terletak di sisi kiri sungai Semarang.
Peta ini menggambarkan lokasi-lokasi antara Semarang
hingga Cartasoero (Kartasura/Soerakarta) melalui Oengaran, Toentang dan
Salatiga. Peta ini dibuat oleh Joannes van Braam atas perintah Herman de Wilde seorang Raad Ordinair
van India yang bertindak sebagai Panglima Lapangan (Veld-Overste) dan Panglima
Angkatan Bersenjaya (Opperbevelhebber) setelah adanya perjanjian pada tanggal
24 Oktober 1705.

Perjanjian Soesoeheenan
dari Cartasoera terjadi tanggal 24 Oktober 1705. Dalam perjanjian ini Soesoeheenan,
selain menyerahkan (wilayah) Semarang kepada VOC, juga menyerahkan Preanger dan
Chirebon. Sebelumnya VOC dibawah Sersan Scipio tahun 1696 telah melakukan
ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong yang kemudian diikuti ekspedisi lanjutan
pada tahun 1701 dan 1703 oleh van Reebeck. Resolusi 1705 ini kemudian diperbarui dengan
resolusi 17 November 1713 dan 13 November 1718. Setelah resolusi ini muncul
peta pertama Semarang-Cartasoera. Resolusi berikutnya dibuat pada tanggak 1
Juni 1729 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad,
30-08-1880).
De locomotief, 30-08-1880

Sejak 1666, VOC mulai menganggap penting penduduk asli,
utamanya di kota-kota pantai. Dengan begitu dimungkinkan membentuk koloni baru
selain Batavia sebagaimana kemudian terbentuk kota koloni (benteng) di Semarang.
Lalu kemudian di Soerabaja dan Padang. Dari kota-kota pantai ini, koloni-koloni
baru dikembangkan ke pedalaman. Sebelum membentuk koloni baru (yang berpusat di
benteng) di pedalaman dilakukan ekspedisi ke pedalaman. Ekspedisi ke hulu sungai
Semarang dilakukan setelah tahun 1678 yang mana VOC sudah memulai koloni
permanen di Semarang 1677.
Sebagai perbandingan ekspedisi
pertama ke hulu sungai Tjiliwong dimulai pada tahun 1687 yang dipimpin oleh
Sersan Pieter Scipio dengan mendirikan Fort Padjadjaran (lokasinya di Istana
Bogor yang sekarang).
Ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong dimulai
tahun 1687. Laporan ekspedisi ini telah didokumentasikan dalam bentuk peta
ekspedisi yang berjudul Lantkaat van Batavia na de Zuyd, zee door den Sergt
Scipio, 1695.

Setelah terjadinya perjanjian 1705, pimpinan
VOC bekerjasama dengan pemimpin lokal di Semarang untuk memulai perkebunan
indigo (pewarna). Pemimpin lokal di Semarang bersedia dan melakukan pengiriman
pertama. Sejak itu, kantor pusat untuk wilayah pesisir timur laut Jawa dari
Japara dipindahkan ke Semarang pada 1708. Inilah tahun awal Belanda/VOC memulai
koloni di Semarang dengan G. van Broekhuysen untuk mendesain benteng (di sisi
timur muara sungai Semarang).
Pemberontakan Cina:
Benteng Dibangun Baru
Dokumen perang Semarang, 1741
Benteng lama (masih bersahaja) yang selesai
dibangun tahun 1708 tidak terlalu kuat. Di dalam benteng hanya terdapat
garnisun militer dengan kekuatan 130 tentara. Lalu pada tahun 1740 terjadi
pemberontakan Cina. Setelah pemberontak menduduki benteng VOC di Cartasoera,
Rembang dan Demak kemudian menyusul di Semarang. Pada tahun 1741 VOC mengirim
pasukan besar dari Batavia dan Macassar. Perang dan pengepungan kota Semarang
yang terjadi antara Juni dan November 1741 akhirnya berhasil melawan kekuatan
kolaborasi Cina dan Jawa.
Pembagian angkatan perang dalam serangan
tanggal 7, 9 dan 11 November 1741 (lihat dokumen).
Peta Kota Semarang, 1741

Pemberontakan Cina sudah terjadi di Batavia tahun 1740.
Puncak tragedi terjadi pada tanggal 11 Oktober 1740 yang berakhir dengan
pembantaian orang-orang Cina (Chinezenmoord) di Batavia yang menelan korban sekitar
10.000. Munculnya pemberontakan Cina di Cartasoera, Rembang, Demak dan Semarang
diduga sebagai ekses pembantaian Cina oleh Belanda/VOC di Batavia. Artikel
tentang ini di dalam blog ini lihat ‘Sejarah Jakarta (5): Simpang Siur Tragedi
Pembantaian Tionghoa di Batavia, 1740; Ini Faktanya!’.

Pada bulan November
1743, Suenoehoenan Pakoebewono menandatangani sebuah perjanjian damai di mana untuk
menyerahkan (kembali) sepenuhnya wilayah pantai utara Jawa kepada VOC. Tata
kota kembali dimulai. Benteng (lama) yang ada di dekat pantai dibongkar. Benteng Semarang
yang lama diperluas. B
enteng dan dermaga baru selesai tahun 1746. Pemukiman (area) orang Eropa/Belanda menjadi bagian dari
benteng Semarang (Stad). Benteng baru ini terdiri dari beberapa bastion: dua bastion menggunakan nama bastion dari benteng yang
lama yakni Zee(land) dan Amsterdam. Bastion yang lain diberi nama Smits,
Ceylon, de herderler, de lier (sisi sungai) dan de Tawang.
Kota Semarang (lama), 1775-1789

Benteng lota ini
memiliki luas 600×400 m dengan konstruksi besar di sudut barat laut lokasi dimana
benteng pertama berdiri. Kamp Cina dibongkar dan dijadikan lapangan bebas. Sebagai
penggantinya dibangun kembali di tepi barat sungai Semarang di selatan kota. Dalam
perkembangannya, pada tahun 1748 kepala perdagangan di Semarang ditingkatkan
statusnya menjadi gubernur: gouverneur van de Noordoostkust van Java (Gubernur pesisir
timur laut Jawa). Kota Semarang yang mulai terbentuk dibagi ke dalam empat bagian:
warga asli Jawa di sekitar masjid dan pasar dimana rumah bupati berada di tepi
barat Kali Semarang; kamp(ong) Melayu berada di hilir tepi timur; kamp(ement)
Cina berada di seberang kamp(ong) Jawa di tepi timur; dan pemukiman Belanda berada
di benteng di sebelah utara kamp. Cina.

Benteng kota Semarang (1787)

Benteng baru ini bergunan untuk melindungi kota Semarang dengan pembangunan benteng modern, bandingkan dengan benteng 1708 yang lebih kecil
berada di sisi timur sungai Semarang.
Perancang bangunan benteng modern ini adalah Carl Friederich Reimer
yang dilengkapi sebuah baterai di pantai. Dalam perkembangan lebih lanjut benteng
tersebut dihancurkan pada tahun 1824 dan ditransformasikan dengan membangun kanal-kanal.
Bekas (situs) benteng tersebut telah lama dimakan waktu dan kini mulai
diidentifikasi para arkelog di Semarang. Sebagai pengganti benteng ini dibangun benteng baru di sebelah barat sungai yang disebut benteng Fort Prins van Orange sehububungan area Eropa/Belanda yang diperluas dari sisi timur ke sisi barat sungai Semarang (dekat dengan rumah Bupati. 

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top