*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini
Pada
zaman kuno, Klang tidak sepopuler Malaka. Sebelum terbentuk pulau Klang, kota
Malaka sudah menjadi kota perdagangan yang ramai. Nama yang sudah eksis adalah
nama sungai (Songi Kalang). Oleh karena terjadi proses sedimentasi jangka
panjang di teluk dimana sungai Klang bermuara maka terbentuk beberapa pulau,
salah satu diantaranya yang terpenting disebut pulau Kalang (Calang). Di pulau
Klang ini kemudian terbentuk hunian (penduduk) yang lambat laun menjadi kota
satelit Malaka (seperti halnya pulau Penang).

pantai barat Semenanjung Malaka dimana terdapat banyak orang yang berasal dari
India. Kota ini awalnya disebut (hi)Malaya yang kemudian digunakan sebagai nama
wilayah (Semenanjung Malaya). Orang-orang Moor atau Portugis menulisnya Malaka
(Malaca). Nama Malaka yang kemudian terus eksis hingga ini hari. Namun
demikian, nama Malaya (dari Himalaya) juga tetap eksis tetapi bukan nama kota
tetapi nama wilayah semenanjung. Orang-orang Inggris mulai memperkenalkan nama
Malaya sebagai Malay (Malajoe) dan pada saat pembentukan federasi (kesultanan) pada
tahun 1963 di semenanjung dan pantai utara Borneo ditabalkan nama Malaysia..
Lantas
bagaimana sejarah Klang? Namanya sudah sejak lama dikenal di wilayah Mandailing
dan Angkola (Tapanoeli). Nama Klang semakin populer pasca Perang Selangor (1867-1874).
Pada saat itu ibu kota (district) Selangor berada di Kwala Selangor (muara
sungai Selangor). Namun dalam perkembangannya Inggris lebih tertarik menetapkan
pusat pemerintahan di Kwala Loempoer (tempat dimana kounitas Cina dan komunitas
Mandailing dan Angkola di wilayah hulu sungai Klang. Meski demikian, Klang
tetap penting karena pintu masuk (gate) ke Koeala Loempoer. Dalam hal inilah
sejarah Klang berlangsung. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Nama Klang dan Nama Selangor
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Klang dan Koeala Loempor di
Selangor
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.