*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini
Pada
era VOC (Belanda) banyak nama tokoh atau nama suatu gelar yang begitu penting dan kerap diinformasikan. Satu
nama (gelar) yang kesohor dan banyak dicatat adalah Daeng. Pemilik nama Daeng
ini tidak satu dua orang, tetapi lebih dari tiga di era yang berbeda-beda.
Namun demikian, nama Daeng haruslah menjadi bagian dari sejarah (yang penting).
Tokoh-tokoh yang pemilik nama Daeng ini tidak hanya di Celebes, tetapi juga di
Jawa, Borneo dan di Semenanjung Malaya.

yang dihubungkan dengan kerajaan (kesultanan) Djohor adalah Daeng Marewah.
Disebutkan Marewah adalah Yang Dipertuan Muda I dari Kesultanan Johor (Kesultanan
Lingga). Setelah memenangkan perang melawan Raja Kecik, Sultan Sulaiman
Badrul’alam Syah Sultan Johor pada saat itu, maka ia mengangkat Daeng Marewa
sebagai Yang Dipertuan Muda Riau I (1721-1729), bergelar Kelana Jaya Putera.
Yang Dipertuan Muda adalah sebuah jabatan yang setingkat dengan Perdana Menteri
berkuasa penuh, di mana segala wewenang dan urusan pemerintahan berada dalam
kekuasaannya (Wikipedia).
Lantas
bagaimana sejarah para pemilik nama Daeng ini? Pemilik nama Daeng juga ada yang sejaman dengan
nama pemilik Aroe yakni Aroe Palaka (yang bekerjasama dengan Pemerintah VOC). tulah
yang akan diselidiki. Lalu bagaimana dengan tokoh Daeng Marewa di Djohor,
Semenanjung Malaya? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama (Gelar) Daeng Era VOC
(Belanda)
Nama
Daeng (ditulis Dain) kali pertama muncul dicatat pada tahun 1674 (lihat
Daghregister 22 Desember 1674). Disebutkan surat dari Dain Mangappa yang
dicatat di Kasteel Batavia yang ditujukan ke Banten (Bantam). Sejak itu
nama-nama yang bergelar Daeng semakin banyak seperti Dain Tellelo (1675), Dain
Toedjoe, Dain Matara, Dain Mangika, Dain Mangala, Dain Maleuwa, Dain Cicila
(1679). Juga muncul nama gelar Kraeng (tidak dibahas dalam hal ini).
Pada tahun 1643 Belanda (VOC) berhasil
menaklukkan Malaka. Sejak ini, pengaruh VOC yang dominan di kawasan dan melakukan
kerjasama dengan kerajaan Djohor (suksesi kerajaan Malaka). Meski demikian, VOC
belum berani membuat kontak dengan raja-raja di Borneo dan Sumatra. VOC kemudian
berambisi meratakan jalan dari Ambon hingga Sumatra yang berpusat di Batavia,
VOC mulai mengincar Gowa (Celebes) dan mengusir Atjeh dari pantai barat dan
pantai timur Sumatra. Pada tahun 1665 militer VOC yang dibantu pasukan Boegis
pimpinan Aroe Palakka menaklukkan pantai barat Sumatra. Pada tahun 1667
dilakukan perjanjian antara Gowa dan VOC karena beberapa tahun sebelumnya
pedagang VOC terbunuh di Sombaopoe (ibu kota kerajaan Gowa). Pada tahun 1669
VOC berperang dengan Gowa dan berhasil menaklukkan Gowa dan Aroe Palaka
mendapat angin di Makassar. Orang-orang Gowa sebagian melarikan diri termasuk
ke Banten. Hasil kolaborasi antara VOC dengan Aroe Palaka van Boegis diduga
faktor penting munculnya nama-nama yang dicatat dengan gelar Daeng di dalam
Daghregister. Sebelumnya VOC sudah bekerjasama dengan Bali, Ternate dan lainnya.
Dengan demikian, kekuatan militer VOC didukung pasukan pribumi dari Bali,
Boegis, Ternate dan Melayu (Djohor) dan lainnya,
Nama-nama
bergelar Daeng yang terhubung dengan Bone tidak hanya di Macassar juga di Jawa.
Mereka ini diduga adalah para pemimpin pasukan yang mendukung militer VOC. Aroe
Palaka sendiri sudah berdiam di Macassar. Para pasukan ini ditempatkan di
berbagai pos atau dimana terdapat benteng VOC.
Setelah selesai berdinas banyak yang tidak
kembali ke kampong halaman tetapi menetap dan membuka perkampongan, Hal itulah
mengapa di Batavia dan sekitar ditemukan kampong Boegis, kampong Ambon, kampong
Banda(n), kampong Bali dan kampong Malajoe.
Pada
tahun 1723 muncul nama Daeng Marina di Djohor (lihat Daghregister, 6 Maret
1723). Disebutkan Daeng Marina dan Radja Ketjil di Djohor. Sebelumnya
diberitakan bahwa Mahmoed, Sultam Djohor wafat pada tahun 1699. Besar dugaan
bahwa Daeng Marina dan Radja Ketjil ke Djohor dalam rangka mengakusisi kraton
Djohor.
Namun tidak lama kemudian terjadi perlawanan
dari oposisi. Daghregister, 19 Feb. 1725 mencatat bahwa Radja Ketjil Djohor
yang ingin melakukan perlawanan kepada Daeng Marewa. Daghregister 9 Mei 1725 mencatat
bahwa surat berbahasa Melayu Daeng Marewa dari Djohor diterima di Batavia.
Radja Ketjil tersingkir (ke Siak).
Setelah
Radja Ketjil tersingkir dari Djohor, kemudian muncul nama Daeng Marewa.
Tapaknya nama-nama Daeng telah memainkan peran di kawasan, tidak hanya di sisi
Djohor tetapi juga di sisi Siak (Radja Ketjil). Dalam Daghregister, 11 Feb.
1732 dicatat bahwa telah dilakukan beberapa perayaan reseptif oleh Daeng Matacoor
dan Radja Ketjil. Nama Daeng Matacoor semakin bersinar karena telah menempati
Selangor dan Lingga (lihat 2 April 1742).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Diaspora Nama Daeng di
Nusantara
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.