Sejarah

Sejarah Singapura (23): Orang Melayu Berbahasa Melayu di Tanah Melayu; Sistem Pendidikan Malaysia, Singapura dan Brunei




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini

Sejarah
Melayu bermula di Semenanjung Malaya. Itu ketika orang-orang pendatang dari
India mendirikan kota Malaya yang kemudian kota tersebut disebut oleh pendatang
yang baru dengan Malaka. Nama Malaka menjadi nama kota, nama Malaya menjadi
nama wilayah (semenanjung). Penduduk asli kemudian disebut orang Melayu yang
menggunakan bahasa Melayu. Pendatang Inggris yang datang belakangan menyebut
Malaya menjadi Malay.

Pada tahun 1963 Inggris menyatukan seluruh
kawasan yang tempo doeloe menjadi wilayah yurisdiksinya ke dalam satu federasi (negara)
yang disebut Malaysia (merujuk pada nama Malay dan Malaya). Tidak seperti
Sarawak dan Sabah di pantai utara Borneo, Brunei mencari jalan sendiri dengan membentuk
negara (kerajaan) sendiri. Nama Brunei di era Portugis menjadi nama pulau
Borneo (merujuk pada nama Boernai atau Broenai). Dalam perkembangannya
Singapoera memisahkan diri dari federasi (Malaysia) dengan membentuk negara (republik).
Sementara itu, pada tahun 1945 diproklamirkan kemerdekaan Indonesia dengan
membentuk (negara kesatuan) Republik Indonesia. Namun Inggris dan Belanda
(NICA) melakukan intervensi sehingga menimbulkan perang kemerdekaan Indonesia
yang kemudian dilanjutkan ke meja perundingan (1945-1949). Pada tanggal 17
Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dalam wujud negara federasi
yang disebut Republik Indonesia Serikat. Akan tetapi siste itu tidak jalan dan
adanya tuntutan untuk kembali ke bentuk awal Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan dan pada tanggal
18 Agustus 1950 diproklamasikan NKRI.

Lantas
bagaimana dengan Negara (Federasi) Malaysia
? Yang jelas Singapoera memisahkan diri dan 9 Agustus
1965 menjadi negara sendiri berbentuk Republik. Jika di NKRI semua wilayah
disatukan (dala satu kesatuan) dan semua suku (bangsa) dipersatukan
(persatuan), tetapi di Malaysia masih ada yang tersisa yang tidak disatukan
maupun dipersatukan yakni soal yang fundamental—(sistem) pendidikan. Lalu apa
dampanya di masa yang akan datang. Itu satu soal. Hal yang lebih penting dalam
hal ini mengapa sistem pendidikan Melayu di negara Melayu di tanah Malayu tidak
sepenuhnya Melayu
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang Melayu, Bahasa Melayu di
Tanah Melayu

Lain
ladang lain pula belalangnya. Lain orang lain pula perangainya. Atas dasar
perpatah lama ini dan untuk menuju keberagaman dalam satu negara, di Indonesia
tempo doeloe dimaklumkan satu semboyan umum dalam satu kongres pemuda pada
tahun 1928: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia. Lalu pada tahun
1945 diperkaya semboyan ini dengan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap
satu) dan Pancasila (lima dasar dalam bernegara). Lantas bagaimana dengan di Tanah
Melayu
? Tentu saja tidak harus sama, hanya dapat
diperbandingkan saja.

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Sistem Pendidikan di Malaysia:
Singapura, Brunei dan Indonesia

Tunggu deskripsi
lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top