Sejarah

Sejarah Sukabumi (16): Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Masa Perang Kemerdekaan; Siapa Lawan, Siapa Kawan




false
IN




























































































































































false
IN



























































































































































Proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah proklamasi
kemerdekaan untuk seluruh bangsa Indonesia, tanpa terkecuali. Apakah mereka
yang non-cooperative maupun yang cooperative. Kedatangan kembali penjajah
(Inggris dan Belanda) memicu perang kemerdekaan. Dalam masa perang kemerdekaan
inilah setiap anak bangsa diuji kembali. Yang non-cooperative tetap menjadi
non-cooverative dan yang cooperative di masa lampau sebagian menjadi
non-cooperative sebagian yang lain tetap cooperative. Pada era perang
kemerdekaan inilah teruji siapa yang menjadi anak bangsa Indonesia sejati.
Dengan kata lain, dalam era perang kemerdekaan ini diketahui siapa yang menjadi
lawan dan siapa yang menjadi kawan. Siapa yang menjadi lawan bisa jadi dari orang
setempat tidur dan siapa yang menjadi kawan bisa jadi orang yang berasal nun
jauh dari seberang lautan.

.

Bagaimana
sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sudah kita ketahui. Akan tetapi
bagaimana sejarah perang kemerdekaan di Sukabumi belum sepenuhnya diketahui.
Dalam hubungan ini, sudah menjadi tugas kita untuk melengkapi sejarah perang
kemerdekaan di Sukabumi. Wilayah Soekaboemi adalah salah satu wilayah
pertahanan terakhir bangsa Indonesia. Inilah yang menyebabkan sejarah perang
kemerdekaan di Soekaboemi terbilang penting. Hanya saja sejarahnya belum
sepenuhnya terdokumentasi. Tentu saja dalam masa transisi ada romantika sejarah
yang mengutub pada siapa kawan dan siapa lawan. Untuk lebih memehaminya mari
kota telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

De locomotief , 12-10-1949

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Komandan militer KNIL dan Abdul Haris Nasution di aloon-aloon Soekaboemi dalam
acara peringatan hari TNI (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 12-10-1949).

Interniran Belanda dan Perang
Kemerdekaan
Pada
era pendudukan militer Jepang, hal terpenting bukanlah keberadaan militer
Jepang, tetapi orang-orang Eropa/Belanda yang berada di kamp tahanan sebagai
interniran. Mereka ini adalah orang-orang Eropa/Belanda yang terjebak dan tidak
bisa meloloskan diri. Mereka dalam tahanan selama masa pendudukan militer
Jepang. Tidak lama memang, hanya 3.5 tahun, tetapi sangat menyakitkan.
Bayangkan orang-orang Eropa/Belanda berada di atas angin selama 3.5 abad.
Belanda menjajah selama 3.5 abad lalu 3.5 tahun
di dalam interniran (tidak merdeka). Bangsa Indonesia dijajah selama 3.5 tahun
habis itu merdeka. Meski berada di bawah pendudukan militer Jepang, tetapi
secara fisik bebas. Itulah perbedaan antara yang dirasakan orang-orang
Eropa/Belanda dan orang-orang Indonesia.
Jumlah
interniran Eropa/Belanda di Soekaboemi sebanyak 1.300 orang (lihat De Tijd :
godsdienstig-staatkundig dagblad, 30-10-1945). Jumlah ini tampaknya adalah gambaran
banyaknya orang-orang Eropa/Belanda di Afdeeling Tjiandjoer dan Afdeeling
Soekaboemi sebelum pendudukan Jepang. Selain para interan Eropa/Belanda dipusatkan
di Soekaboemi juga dipusatkan di Buitenzorg dan Tjimahi (Bandoeng).
Takluknya Jepang kepada Sekutu, menyebabkan
Sekutu/Inggris datang ke Indonesia untuk tujuan dua hal: membebaskan interniran
Eropa/Belanda dan melucuti militer Jepang. Dengan banyaknya jumlah interniran
Belanda di Indonesi, keinginan untuk menguasai Indonesia kembali muncul. Secara
teknis Kerajaan Belanda masih lemah karena baru habis diduduki oleh Jerman,
yang memiliki ambisi kuat menguasai kembali Indonesia yang dibonceng oleh
Sekutu/Inggris adalah orang-orang Belanda yang berada di pengasingan seperti di
Australia. Gerakan Hindia Belanda ini terutama di Australia eksis selama
pendudukan Jepang. Pimpinan gerakan ini adalah seorang Indo kelahiran Semarang
HJ van Mook. Orang-orang Indo inilah yang sangat berhasrat untuk menguasai
kembali Indonesia, untuk menutupi penderitaan selama 3.5 tahun dengan kenangan
manis selama 3.5 abad. Namun Indonesia yang ingin dikuasai kembali bukanlah
Indonesia sebelum pendudukan Jepang, tetapi Indonesia setelah pendudukan
Jepang. Sudah banyak berubah.
Sementara
Sekutu/Inggris mulai melakukan tugasnya di Djakarta/Batavia, di Depok terjadi
peristiwa berdarah pada tanggal 11 Oktober 1945. Pasukan Sekutu/Inggris pertama
mulai mendarat di pelabuhan Tandjoeng Priok, Djakarta/Batavia pada tanggal 29
September 1945. Kerusuhan di Depok (11 Oktober 1945) awalnya tidak dalam
konteks perang. Namun karena Inggris yang sudah melakukan aksinya yang mana Belanda
menyusul di belakangnya, maka situasi berubah cepat dimana laki-laki dari Depok
dipisahkan dan diangkut oleh nasionalis ke Buitenzorg sebagai sandera
(dimasukkan ke penjaran Paledang tempat dimana interniran Eropa/Belanda berada).
Kabinet (pertama) Republik Indonesia sendiri baru
terbentuk pada tanggal 13 Oktober 1945 dengan daftar menteri sebagai berikut
(lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945).
Setelah
selesai di Djakarta/Batavia, pasukan Sekutu/Inggris merangsek ke Buitenzorg
tanggal 15 Oktober 1945 untuk tujuan pelucutan tentara Jepang juga melakukan
pembebasan terhadap tahanan interniran Eropa/Belanda. Rumor di Batavia/Djakarta
menyebabkan satu detasemen dipisahkan menyisir Depok untuk seterusnya ke
Buitenzorg. Saat inilah tawanan di Depok dibebaskan oleh Sekutu/Inggris dan
membawanya ke Buitenzorg sebagaimana dilaporkan surat kabar Telex, 16-10-1945::
‘sesudah empat hari tawanan di Depok kemudian dibawa ke Buitenzorg untuk
dipersatukan dengan sandera laki-laki yang telah dibebaskan di Buitenzrog’
Ketika Sekutu/Inggris bergerak, yang mengevakuasi
militer Jepang ke lautan adalah tentara Belanda. Orang-orang interniran yang
dibebaskan bergabung dengan pasukan/tentara Belanda yang terus mengalir di
belakang Sekutu/Inggris. Gambaran ini dapat dibaca seperti yang diberitkan
surat kabar De patriot, 18-10-1945: ‘ Dilaporkan untuk keberangkatan sebanyak
2.500 tentara Belanda (mantan tahanan perang) dari Bangkok ke Jawa beberapa
hari ditunda karena kesulitan transportasi. Mereka saat ini berlatih di sekitar
Bangkok dan dipersenjatai. Sementara itu sebanyak 5.000 Belanda yang juga
merupakan tawanan perang Jepang di Singapura dipersenjatai dan akan dikirim ke
Indonesia.
Dalam
proses evakuasi tawanan wanita dan anak-anak ini, pasukan nasionalis dari yang
bersemubunyi di balik pohon-pohon sepanjang perjalanan menembaki truk pengangkut
dengan senapan mesin. Seorang anak meninggal akibat luka tertembak (lihat Bredasche
courant, 19-10-1945). Penyerangan oleh nasionalis ini di Depok sesungguhnya
perang terhadap penjajah (Sekutu/Inggis dan Belanda/NICA) sudah dimulai.
Permulaan perang juga telah direspon pasukan
sekutu Inggris. Ini terkesan dari 
proklamasi yang dimaklumatkan Mayor Jenderal D. C. Hawthorne, komandan
pasukan darat sekutu di Jawa (yang juga membawahi di Medan dan Padang) pada
tanggal 14 Oktober 1945 menyatakan: ‘bahwa ia mengendalikan hukum dan
ketertiban, perusahaan publik, mengambilalih pelayanan kesehatan dan makanan.
Proklamasi mengutip fakta-fakta berikut yang akan dihukum oleh pemerintahan
militer: sabotase, penjarahan, pemogokan di perusahaan publik, menolak untuk
menjual kebutuhan untuk alasan apapun dan membawa senjata oleh orang yang bukan
bagian dari pasukan sekutu atau polisi berseragam. Semua pertemuan publik, yang
menghasut kerusuhan atau kerumunan, dilarang. Sebagian besar pelayanan publik
yang dilakukan oleh Indonesia pada saat ini, bekerja secara independen atau di
bawah kepemimpinan Jepang. Proklamasi juga menyatakan bahwa semua layanan harus
dilaksanakan sekarang memiliki orang-orang untuk bekerja sampai mereka
diambilalih oleh pemerintahan militer. Sampai saat itu akan mengontrol layanan
yang dilakukan oleh pemerintahan sipil Jepang (lihat juga Keesings historisch
archief: 14-10-1945).
Sebagai
respon terhadap pasukan Sekutu/Inggris dan Belanda/NICA yang tidak peduli
terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lalu Tentara Keamanan Rakjat
mengumumkan Proklamasi Perang pada tanggal 13 Oktober 1945 dan yang juga hal
yang sama dilakukan Oemat Islam sebagaimana dilaporkan Keesings historisch
archief: 14-10-1945. Ini mengindikasikan perang di Depok dapat dikatakan
merujuk pada Proklamasi Perang tersebut.
Perang ini juga sudah terjadi di Djakarta.Batavia.
Pada tanggal 16 Oktober 1945 yang mana pasukan Belanda telah mengambil kendali
lapangan terbang Tjililitan dan pasukan tambahan telah dikirim untuk
memperkuatnya. Pada tangga 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan
Belanda dengan nasionalis. Dua pasukan Belanda ditembak nasionalis dari atas
pohon dengan senapan mesin (De patriot, 18-10-1945). Inilah kontak pertama
nasionalis dengan (pasukan) Belanda/NICA.
Sementara di Djakarta dan Depok perang telah
dilancarkan oleh nasionalis, beberapa hari sebelumnya pada tanggal 13 Oktober
1945 pasukan Sekutu/Inggris mendarat di Padang dan Medan.
Pasukan Sekutu/Inggris pada tanggal 20 Oktober 1945 mendarat di Semarang
dan pada tanggal 25 Oktober 1945 di Surabaya. Lalu pada tanggal 28 Oktober
hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya.
Presiden
Soekarno dalam dilema. Perjanjian Soekarno dengan pimpinan Sekutu/Inggrsi di
Singapoera yang hanya membolehkan masuk Sekutu/Inggris dalam kenyataannya
Belanda/NICA sudah nempel di belakang Sekutu/Inggris di daratan. Pertempuran di
Djakarta/Depok sebagai respon nasional terhadap pelanggaran yang dilakukan
Sekutu/Inggris. Radio Bandoeng yang dilansir surat kabar berbahasa Belanda
melaporkan bahwa Markas Barisan Rakjat yang dipimpin Abdul Haris Nasution tidak
bisa menerimanya dan Soekarno harus disalahkan (Provinciale Drentsche en Asser
courant, 17-10-1945).
Dalam permulaan perang ini terindikasi hanya satu
saluran pemberitaan di kalangan nasionalis Indonesia yakni Radio Indonesia
Bandoeng. Eksistensi radio eks militer Jepang ini sudah diokupasi oleh
nasionalis Indonesia. Seperti kita ketahui sebelumnya Radio Bandoeng
mengudarakan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945
pada pukul tujuh malam yang dibacakan oleh Sakti Alamsyah Siregar.
Markas
Barisan Rakjat di Bandoeng yang menyalahkan Soekarno dapat dikatakan semacam
maklumat perang dari Bandoeng. Memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, lalu
muncul tuntutan dari (pemerintah) Indonesia yang disampaikan kepada komandan
Sekutu/Inggris. Tuntutan itu adalah sebagai berikut (Leeuwarder koerier,
20-10-1945):
1.Tidak ada pasukan Belanda di Indonesia dapat
dimasukkan ke darat.
2.Semua pasukan Belanda meninggalkan Indonesia.
3.NICA harus tetap keluar dari layanan.
4.Pemerintah sekarang harus diakui sampai masalah
ditinjau oleh ‘otoritas dunia’ yang kompeten.
5.Pendudukan tentara sekutu tentara harus
dibatasi untuk urusan yang terkait dengan semua tawanan perang dan melucuti
tentara Jepang. 
Semua
tuntutan itu dalam kenyataannya tidak digubris baik oleh Sekutu/Inggris maupun
Belanda/NICA. Tampaknya Belanda merasa percaya diri untuk mengambil peran yang
lebih luas dari Inggris dan merasa mampu untuk menguasai Indonesia kembali. Di
lain pihak, pemerintah yang baru terbentuk di bawah Presiden Soekarno belum
mampu sepenuhnya mengkonsolidasikan kelompok-kelompok perlawanan (terutama
pemuda) di seluruh wilayah Indonesia yang sangat luas. Para gubernur yang sudah
ditunjuk belum bekerja secara efektif.
Dalam perkembangan selanjutnya setelah kejadian
kerusuhan di Depok, dilaporkan telah ditangkap enam nasionalis terkemuka di
Buitenzorg untuk diinterogasi yang juga dikaitkan dengan kerusuhan di Depok
(Telex, 24-10-1945).
Negara Pasoendan: Para Pejuang
Terbelah, Penduduk Bingung
Kota
Soekaboemi adalah salah satu pusat internitan orang Eropa/Belanda. Setelah
BataviaDjakarta dan Buitenzorg, pasukan Sekutu/Inggris merangsek ke Soekaboemi.
Jumlah interniran Eropa/Belanda di Soekaboemi sebanyak 1.300 orang (lihat De
Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 30-10-1945).
Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top