Sejarah

Sejarah Sukabumi (41): Sejarah Cicurug Tempo Doeloe yang Terlupakan; Diingat Kembali karena Berbatasan dengan Bogor




false
IN




























































































































































*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini
 

Sejarah Cicurug di Sukabumi, ibarat sejarah
Cigombong di Bogor. Letak geografi Cigombong yang jauh dari Kota Bogor sering
dipersepsikan masuk wilayah Sukabumi (jauh di mata dekat di hati); sebaliknya letak
geografi Cicurug yang jauh dari Kota Sukabumi adakalanya dipersepsikan masuk wilayah
Bogor (jauh di hati, dekat di mata). Itulah nasib kota-kota di perbatasan
(perilaku mengikuti persepsi).
Tjitjoeroeg (Peta 1899)

Persepsi semacam ini, dalam kehidupan sehari-hari ada
benarnya. Seorang teman saya di Bogor, seumur-umur tidak pernah ke Bandung
(ibukota Provinsi Jawa Barat), tetapi tiap hari (commuter) ke Jakarta. Tentu
saja ada orang Tapanuli yang seumur-umur tidak pernah ke Medan tetapi setiap
tahun pulang kampung ke Tapanuli dari Jakarta. Lantas adakah warga Cicurug yang
tidak pernah ke Kota Sukabimi, tetapi tiap hari commuter ke Bogor
? Jika itu
ada warga tersebut lebih Bogor dari pada Sukabumi. Dalam persepsi yang lebih
luas, warga Bogor merasa lebih merasa Jabodetabek daripada warga Provinsi Jawa
Barat. Sekali, lagi: Itulah nasib warga di perbatasan, tentu saja tanpa
terkecuali warga Cicurug.

Okelah,
itu satu hal, mungkin tidak terlalu penting. Yang lebih penting dalam hal ini
adalah bagaimana sejarah Cicurug. Tampaknya terabaikan dan lalu terlupakan. Nah,
sebelum lupa, perlu dingatkatkan bahwa Cicurug memilii sejarahnya sendiri.
Sejarahnya yang sangat jauh di masa lampau. Untuk menambah pengetahuan, dan
membumikan Cicurug di Sukabumi, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Tjitjoeroeg (Peta 1840)

Sumber utama yang digunakan
dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Kampong Tjitjoeroek
Satu yang
khas tentang wilayah Cicurug adalah sebagai perbatasan geografis. Di wilayah
ini air mengalir ke dua arah: ke arah utara semua anak sungai menyatu ke sungai
Tjisadane (bermuara di Tangerang) dan ke arah selatan semua anak sungai menyatu
ke sungai Tjimandiri (bermuara di Pelaboehan Ratoe). Dengan demikian, Cicurug
menjadi penanda navigasi yang penting sejak masa lampau.

Penduduk dari pantai selatan
mendaki ke Tjitjoeroeg dan kemudian menuruni ke pantai utara terutama ke
pelabuhan Soenda Kalapa. Wilayah ini sangat mudah dilalui sebagai interchange
antara pantai selatan dan pantai utara. 
Pada permulaan ekspedisi Eropo-Belanda yang dipimpin Sergeant Scipio
tahun 1867 tidak ada indikasi wilayah ini hingga Moera Ratoe (kini Pelaboehan
Ratoe) telah dihuni penduduk.
Tidak
deketahui sejak kapan muncul nama tempat Tjitjoeroek. Namun yang jelas ketika
Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck (1709-1713) melakukan ekspedisi ke hulu
sungai Tjisadane dan pantai selatan dibangun satu rumah persinggahan
(pesanggrahan) di daerah perbatasan geografis ini. Di area rumah persinggahan
inilah kemudian (kelak) muncul nama kampong Tjitjoeroek.
Sebelum ekspedisi ke pantai
selatan ini dilakukan, Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck sebelumnya telah
melakukan ekspedisi ke Tjiandjoer melalui hulu sungai Tjiliwong. Dalam
ekspedisi ini kemudian dibangun pos militer dan pesanggrahan di Tjiseroa dan
Tjipanas (saat itu jalan mengitari pegunungan Megamendung di arah timur;
Pontjak Pas belum menjadi rute perjalanan). Namun saat itu sudah mulai dirintis
perlintasan militer antara Tjiseroa dan Tjipanas. Sebelum ada pos militer ini
sudah terlebih dahulu eksis beberapa benteng antara lain: Kampong Baroe
(Bogor), Tandjoeng Poera (Karawang), Tjiampea dan  Goenoeng Goeroeh (Sukabumi).
Pesanggrahan dan pos militer
di kampong Tjitjoeroek ini kembali pejabat tinggi mengunjunginya. Gubenur Jenderal
Jacob Mossel pada tanggal 18 Juli 1757 menginap di pesanggrahan ini dalam
rangka ekspedisi ke laut selatan. Pada saat Mossel ini di pesanggrahan ini
sempat menanam pohon beringin dekat pesanggrahan.
Yang
pertama kali mencatat nama kampong Tjitjoeroek adalah Radermacher pada tahun
1777. Radermacher melakukan ekspedisi dari Batavia menyusuri sungai Tjiliwong
hingga ke Tjiandjoer dan rute yang ditempuh telah melalui Pontjak Megamendoeng
(kini Puncak Pas). Radermacher setelah dari Tjiandjoer kembalike Buitenzorg
melalui kampong Soekaradja, kampong Tjilang (Tjipelang?) dan kampong
Tjitjoeroek.
Radermacher mencatat
melakukan persinggahan dan menginap di pesanggrahan Tjiseroa, Tjipanas dan
Tjiandjoer. Radermacher menyebut pesanggrahan di Tjiandjoer dibangun ketika
Abraham van Riebeeck melakukan ekspedisi ke Tjiandjoer. Radermacher di
Soekaradja menginap di pesanggrahan yang dibangun ketika Gubernuer Jenderan
Jeremias van Riemsdiejk (1775-1777) melakukan eskpedisi. Kampong Soekaradja ini
terdapat pos militer yang didiami oleh penduduk sekitar 20 rumah. Setelah
bermalam di Soekaradja Radermacher bermalam di kampong Tjilang (berpenduduk 20
rumah) dan kemudian keesokan harinya melanjutkan ke Buitenzorg. Seperti dicatat
Radermacher ingin menginap di pesanggrahan Tjitjoeroek, namun karena kondisi
bangunannya tidak memadai lagi, sehingga diputuskan untuk langsung ke
Buitenzorg (hingga menjelang malam).
Kampong
Tjitjoeroek, meski dekat dengan Buitenzorg, menurut Radermacher termasuk
wilayah (bupati) Tjiandjoer. Dalam catatan Radermacher diketahui bahwa kampong
Tjitjoeroek berada di district Pagadongan. District Pagadoengan ini sangat
luas.
Wilayah bupati Tjiandjoer
dalam catatan Radermacher terdiri dari lanskap sisi timur gunung Megamendoeng,
Tjiandjoer sendiri dan ke arah barat meliputi district-district Gegbron, Goenoeng
Parang, Tjimahi, Pagadongan, Djampang, Tjikalong dan Tjiblagong. Dari catatan
Radermacher diketahui dari Tjiandjoer ke pantai selatan selama tiga hari
perjalanan yakni dalam satu hari ke Tjipajong (Pagadongan)l satu hari ke
Tjitarik (Pagadongan) dan satu hari ke Tjimaja (Pagadongan) di tepi laut. Untuk
pedati-pedati yang mengangkut kopi dari gudang Goenoeng Parang ke pelabuhan di
muara sungai Tjimandiri dibutuhkan delapan hari.
Dalam
catatan Radermacher disebutkan bahawa terdapat jurang yang dalam antara Tjemahi
dan Pagadongan. Besar dugaan jurang ini berada di Cibadak yang sekarang. Sungai
Tjitjatih diduga adalah batas pemisah antara district Tjimahi dan district
Pagadongan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tjitjoeroek: Pembukaan Perkebunan
dan Jalan Militer
Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top