Sesungguhnya, Sukabumi adalah sentra
kopi utama tempo doeloe. Wilayahnya yang bergunung-gunung, subur dan berhawa
sejuk sesuai untuk penanaman kopi. Letaknya yang tidak jauh dari pusat
perdagangan ekspor di Batavia menambah keunggulan komparatif Sukabumi dibanding
wilayah lainnya. Kopi Sukabumi masih eksis hingga ini hari. Kopi Sukabumi dapat
dianggap kopi sepanjang masa.
![]() |
Persebaran (perkebunan) kopi Pemerintah di Jawa |
Tidak semua wilayah di Hindia dijadikan sebagai wilayah
penanaman kopi. Sebagian besar kopi di era VOC dan era Pemerintah Hindia
Belanda berada di Jawa dan Sumatra. Introduksi kopi dimulai oleh
pedagang-pedagang pada era VOC. Aroma kopi yang menggiurkan dari segi harga,
Pemerintah Hindia Belanda melestarikan budidaya kopi (koffiecultuur). Pada era
Gubenur Jenderal Johannes van den Bosch (1830-1833) program budidaya kopi ini
ditingkatkan dengan sistem baru yang mencekik leher yang dikenal sebagai
koffiestelsel.
sejarah kopi di Sukabumi? Tentu saja sudah ada yang pernah menulisnya. Namun
itu sudah barang tentu tidak cukup. Sebab data sejarah tidak ditemukan
sekaligus. Data sejarah muncul (ditemukan) umumnya bersifat random. Upaya
penggalian data-data sejarah secara terus menerus (tanpa pernah berhenti)
adalah upaya untuk menyempurnakan sejarah itu sendiri. Oleh karena itu, untuk
lebih menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Era Hindia Belanda
terkenal perkebunan (onderneming) kopi Sinagar. Namun perkebunan kopi di
Sukabumi tidak hanya perkebunan Sinagar tetapi banyak. Perkebunan kopi lainnya
adalah Soekabrenti, Panglesiran. Tjiboregbeg, Calorama, Pandan Aroem, Tjilodor,
Ongkrak, Pamoeroejan, Tjisalak, Aardenburg, Plaboean, Tjiboengoer, Soekamadjoe,
Malingoet, Tjiringin, Tjitjalobak, Sindangsari, Goenoeng Sahari, Goenoeng
Malang, Pasari-Telaga Warna dan Panoembangan. Berdasarkan data tahun 1885,
secara keseluruhan luas perkebunan kopi di Suoekaboemi 9.116 bau. Area terluas
berada di perkebunan Sinagar dan Tjisalak.
tempat lain di Residentie Preanger Regentchappen. Di Bandoeng seluas 409 bau;
Tjitjalengka 1.595 bau; Tjiandjoer seluas 7.948 bau; Soemedang 629 bau dan
Tasikmalaja seluas 552 bau. Sementara di residentie lainnya adalah sebagai
berikut: Bantam 4.798 bau; Chirebon 808 bau; Pekalongan 6.142 bau; Semarang
18.402 bau; Jepara 500 bau; Rembang 543 bau; Soerabaja 2598 bau; Pasoeroean
22.681 bau; Probolinggo 6.868 bau; Besoeki 1.428 bau; Banjoewangi 1.278 bau;
Bagelan 2.588 bau; Kedoe 9.399 bau; Madioen 6.484 bau; dan Kediri 27.320 bau.
Yang terluas terdapat di afdeeling Malang dan afdeeling Blitar. Di Soerakarta
dan Djogjakarta perkebunan kopi digabung dengan tanaman lainnya seperti indigo
dan tembakau. Catatan: di Sumatra perkebunan kopi hanya terdapat di Padangsche
Benelanden 535 bau; Padangsche Bovenlanden 7.831 bau; Afdeeling Mandailing en
Angkola (Tapanoeli) 771 bau. Selain itu ditemukan di Manado seluas 2.865 bau. Di Sumatra hanya sedikit
perkebunan, umumnya kopi diusahakan oleh penduduk
perorangan-swasta dan sebagian yang lain dimiliki oleh (perusahaan) pemerintah.
Dalam daftar ini perkebunan kopi di Residentie Batavia dipisahkan. Perkebunan
kopi di Residentie Batavia umumnya diusahakan oleh para pemilik tanah-tanah
partikelir. Residentie Batavia termasuk Afdeeling Buitenzorg dan Afdeeeling
Karawang (akan dibuat dalam artikel sendiri).
oleh perorangan-swasta. Hanya delapan kebun yang diusahakan oleh pemerintah.
Sementara itu di Afdeeling Tjiandjoer hampir seluruhnya dimiliki oleh
pemerintah. Kebun-kebun yang dimiliki pemerintah di afdeeling Soekaboemi adalah
Calorama, Pandan Aroem, Tjilodor, Soekamadjoe, Malingoet, Sindangsari, Goenoeng
Malang dan Pasari-Telaga Warna.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.