Sejarah

Sejarah Sukabumi (5): Sejarah Pelabuhan Ratu, Ibu Kota Baru Kabupaten Sukabumi; Wijnkoopsbaai, Scipio, de Wilde, Eekhout




false
IN



























































































































































*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pada tahun 1890 RA Eekhout memiliki
konsesi untuk membangun jalur rel kereta api (listrik atau uap) dari Cibadak ke
Pelabuhan Ratoe. Pemerintah pusat telah membuat kebijakan baru menutup
pelabuhan Wijnkoopsbaai dari segala aktivitas perdagangan pemerintah dan
perdagangan luar negeri. Ini sehubungan dengan beroperasinya jalur kereta api
ruas Buitenzorg-Bandoeng via Soekabomi dan Tjiandjoer. RA Eekhout ingin
menyelamatkan Wijnkoopsbaai (Palaboehan Ratoe) dan terus mengembangkannya.

Pelabuhan Ratu (Wijnkoopsbaai) kali pertama dikunjungi
oleh orang Eropa/Belanda tahun 1687 ketika dilakukan ekspedisi yang dipimpin
oleh Sersan Scipio yang diawali dari muara sungai Tjimandiri (rivier van
Gekrok) menuju pedalaman hingga ke gunung Guruh (Sukabumi) dan kembali melalui
punggung gunung Salak-Pangrango hingga ke titik singgung terdekat sungai
Tjiliwong dan sungai Tjisadane dengan membangun benteng (fort) yang disebut
benteng Padjadjaran. Dari benteng tim ekspedisi kembali ke Batavia melalui sisi
timur sungai Tjiliwong. Kelak de Wilde (di era pendudukan Inggris (1811-1816) membuka
usaha pertanian di sekitar gunung Guruh (yang menjadi cikal bakal Kota
Sukabumi).    

Kini,
ibu kota Kabupaten Sukabumi telah dipindahkan dari Kota Sukabumi ke kota
Pelabuhan Ratu. Jika Kota Sukabumi diawali oleh de Wilde maka Pelabuhan Ratoe
ingin direvitalisasi oleh RA Eekhout. Namun gagasan Eekhout ditolak banyak
pihak. Lantas apakah berhasil pemindahan ibu kota kabupaten Sukabumi ke
Pelabuhan Ratu akan cepat berkembang Sukabumi bagian selatan? Belajar sejarah Pelabuhan
Ratu ada bainya karena dapat memberi perspektif dalam arah perjalanan sejarah
kota ke masa depan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Svipio dan Wijnkoopsbaai
Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top