Sejarah

Sejarah Tangerang (38): Kampong Barroe Orang Barroe dari Makassar, Cikal Bakal Kota Tangerang; Baly, Boegis dan Malajoe




false
IN



























































































































































*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
 

Cikal bakal Kota Tangerang yang sekarang dimulai
di kampong Barroe, bukan di kampong Babakan. Kedua kampong ini berdekatan.
Kampong Barroe di hilir dan kampong Babakan di hulu. Keduanya adalah sama-sama
kampong baru (nieuwe). Kampong Babakan adalah kampong orang Soenda, suatu
kampong baru. Namun kampong Barroe, bukanlah kampong baru orang Melayu,
melainkan kampong orang dari Barru yang datang dari Makassar.

Kampong baru (Peta 1724)

Kampong
Tangerang berada di muara sungai Tangerang. Kampong Tangerang sudah eksis sejak
era Portugis yang ditulis (coding) sebagai Tangaram. Kota (kampong) Tangaram
disebut pelabuhan penting. Sebagai pelabuhan, kampong (kota) Tangaram ini
berada tepat di sisi kiri muara sungai Tangaram di pantai. Lokasi dimana
kampong/kota/pelabuhan Tangaram ini pada masa kini kira-kira berada di Teluknaga
yang sekarang. Teluk di depan muara sungai Tangerang (pelabuhanTangaram) boleh
jadi disebut teluk Naga. Posisi GPS tempat ini kini berada jauh di daratan. Hal
ini karena teluk Naga telah hilang karena proses sedimentasi yang membentuk
daratan.

Bagaimana semua itu berbeda dengan apa yang kita
pikirkan sekarang, hal itu karena sudah berlangsung berabad-abad yang lalu.
Namun demikian, hal itu tidak sulit dijelaskan karena data dan informasinya
masih bisa diperoleh. Kita hanya memerlukan analisis dan kemudian melakukan rekonstruksi.
Beruntung Kota Tangerang memiliki data sejarah yang lengkap dan memiliki data
historis yang panjang ke masa lampau dan terbilang akurat. Untuk itu, mari kita
pahami cikal bakal Kota Tangerang berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe
tersebut.   

Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Nama tua yang masih tersisa di pusat Kota
Tangerang yang sekarang adalah bendungan Pasar Baru. Bendungan yang masik eksis
hingga ini hari dibangun pada tahun 1918 tepat berada di land Pasar Baroe.
Suatu land baru dari pemekaran land Krawatji. Land Pasar Baroe ini tepat berada
di seberang land Tangerang (dibatasi oleh sungai Tjisadane).
Kmapong Baroe, (land) Pasar Baroe (Peta 1899)

Pasar
Baroe memang pasar yang baru, tetapi Pasar Baroe sejatinya tidak diartikan
sebagai pasar yang baru melainkan suatu pasar yang dibangun di Kampong Baroe
(lihat peta). Analog dengan ini Pasar Maoek di Kampong Maoek. Kampong Baroe
berada di sisi selatan sungai Tjisadane. Sementara pasar yang baru dibangun
berada di sisi utara sungai Tjisadane. Pasar yang sudah ada sebelumnya adalah Pasar
Tangerang (di arah hulu Pasar Baroe di dekat benteng Tangerang). Munculnya
pasar yang baru di Kampong Baroe (di sisi barat sungai Tangerang) diduga
sebagai altenatif bagi pedagang yang datang dari arah barat sungai Tjisadane. Sementara
pasar Tangerang berada di sisi timur sungai Tangerang. Pada saat itu belum ada
jembatan di atas sungai Tjisadane, lalu lintas (perdagangan) hanya dilakukan
dengan menggunakan perahu dan kuda beban dan pedati.
Pasar Tangerang dan Pasar Baroe dihubungkan dengan lalulintas air.

Kampong Baroe awalnya berada di sisi timur sungai Tjisadane. Kampong
Baroe boleh dikatakan sebagai kampong yang pertama ada. Kampong Baroe ini
terbentuk jauh sebelum kedatangan orang Eropa/Belanda ke daerah aliran sungai
Tangerang (sungai Tjisadane). Namun dalam perkembangannya Kampong Baroe harus
relokasi ke sisi barat sungai (kampong Baroe yang sekarang). Hal ini karena
Kampong Baroe (di sisi timur sungai) dijadikan sebagai pemukiman orang
Eropa/Belanda. Di selatan pemukiman orang Eropa ini dibangun Pasar Tangerang. Lantas
bagaimana itu semua bermula? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Kampung Baru: Kampong Babakan dan Kampong Barroe
Cornelis Snock di pulau (benteng) Onrust pada
tahun 1674 mulai membuka lahan pertanian di daerah aliran sungai Tangerang.
Untuk melindungai tempat tinggal dan tempat para pekerjanya (di sisi timur
sungai Tangerang), mereka membangun palisade dari bambu dan kayu. Cornelis
Snock kemudian menjual lahan yang diudahakannya kepada Cornelis Vincen van
Mook. Untuk meningkatkan kebutuhan air, Cornelis van Mook membangun kanal irigasi
dengan menyodet sungai Tangerang. Kelak, palisade ini setelah tahun 1684 ditingkatkan
pemerintah VOC menjadi benteng yang disebut Fort Tangerang. Benteng yang berada
di dekat Kampong Baroe ini menjadi terikat langsung dengan para pemukim di
Kampong Baroe.

Sebelum
Cornelis Snock membuka lahan, di sisi sungai Tangerang sudah terbentuk beberapa
kampong, seperti Kampong Baroe, Kampong Bali dan Kampong Malajoe. Cornelis
Snock membangun lahan pertanian berdampingan di sisi utara Kampong Baroe.
Seperti biasanya, orang Eropa/Belanda memulai koloni dengan mengambil tempat
pada posisi di hilir (escape) yang dalam hal ini di daerah aliran sungai
Tangerang terhubung dengan benteng Onrust. Cornelis Snock merasa aman di daerah
baru karena di hilir berada benteng Onrust dan di arah hulu perkampungan para
pendukung militer VOC di Kampong Baroe, Kampong Bali dan Kampong Malajoe.
Kekuatan
militer VOC sangat tergantung pada pasukan pribumi yang direkrut dari berbagai
tempat seperti dari Sumatra, Ambon, Ternate, Sulawesi dan Bali. Pasca Perang
Gowa, pasukan-pasukan dimasyarakatkan dengan memberi keleluasaan membuka lahan
pertanian di berbagai area daerah aliran sungai di seputar Batavia seperti
daerah aliran sungai Tjiliwong, Angke, Soenter, Tjakoeng, Tangerang, Bekasi,
Tjikarang dan Tjitaroem. Mereka ini di satu sisi sebagai barier terhadap
ancaman (Banten dan Mataram) juga menjadi cadangan dalam pembentukan pasukan yang
lebih besar. Mereka yang bermukim inilah kemudian yang membentuk
perkampungan-perkampungan. Banyak nama kampung yang muncul sesuai asal mereka.
Kampong Barroe diduga kuat dihuni oleh pasukan pendukung militer VOC yang
berasal dari Barroe di Makassar. Tokoh-tokoh terkenal yang menjadi pemimpin
pasukan pendukung militer VOC ini antara lain Jonker dan Aroe Palakka.     .

Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top