Sejarah

Sejarah Tata Kota Indonesia (8): Tata Kota di Surabaya Bermula di Hilir Daerah Aliran Sungai Soerabaja;Jembatan Merah Surabaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Seperti kota Jakarta dan
kota Semarang, kota Surabaya juga telah menjadi kota metropolitan pada masa
kini. Tiga kota ini memiliki tipologi yang sama di pantai utara Jawa, di hilir
daerah aliran sungai yang menjadi latar belakang terbentuknya kota. Dalam hal
ini kota Surabaya di masa lampau, terutama pada awal Pemerintah Hindia Belanda
terbentuk kota Surabaya yang berpusat di sekitar Jembatan Merah yang sekarang.


Sejarah Singkat Kota Tua Surabaya. Dahulu pada
zaman penjajahan, Kota Surabaya dipisahkan oleh sebuah sungai yang bernama Kali
Mas. Sungai Kalimas ini membelah kota Surabaya dan bermuara di Laut Jawa dan
sungai ini adalah jalur masuk bagi kapal pedagang yang ingin singgah di Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Saat masa penjajahan VOC Belanda, pimpinan
belanda membagi wilayah sekitar Kalimas menjadi dua. Wilayah ini terdiri dari
wilayah penduduk dari Eropa dan wilayah yang berpenduduk Asia non Pribumi. Di
Kedua wilayah ini bangsa asing membangun wilayahnya masing-masing dan
menyesuaikan gaya arsitektur asli dari negara mereka. Di wilayah Kalimas inilah
Kota Tua Surabaya berada saat ini. Sehingga saat berkunjung ke kawasan ini,
wisatawan akan menemukan berbagai bangunan yang memiliki arsitektur yang
berbeda-beda. Karena dua wilayah ini dulunya dihuni oleh penduduk dari negara
yang berbeda-beda
(https://www.libur.co/)

Lantas bagaimana tata kota Surabaya bermula di
hilir daerah aliran sungai Soerabaja? Seperti disebut di atas, secara teknis
kota Surabaya baru berkembang cepat sejak era Pemerintah Hindia Belanda.
Penanda navigasinya adalah Jembatan Merah Surabaya. Lalu bagaimana tata kota
Surabaya bermula di hilir daerah aliran sungai Soerabaja? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Tata Kota Surabaya Bermula di Hilir Daerah Aliran
Sungai Soerabaja; Jembatan Merah Surabaya

Sebelum mendeskripsikan tata kota Surabaya ada
baiknya memperhatikan nama Surabaya itu sendiri. Nama Surabaya sudah disebut
dalam teks Negarakertagama era Majapahit (1365). Lantas apa yang menjadi
patokan, dimana pada masa ini disebutkan bahwa Hari Jadi Kota Surabaya adalah
tanggal 31 Mei 1293. Apakah tanggal tersebut merujuk pada era Singhasari? Dalam
berbagai tulisan kerajaan Singhasari berdiri tahun 1222 dan mencapai puncak tahun
1272 yang kemudian harus berakhir setelah ditaklukkan kerajaan Majapahit tahun 1292.
Apakah dalam hal ini hari lahir kota Surabaya merujuk pada tahun didirikannya
kerajaan Majapahit? Ini dengan sendirinya, Hari Jadi Kota Surabaya menjadi
tanggal tertua keempat hari lahir dari kota-kota di Indonesia.


Yang tertua adalah Kota Palembang yang mengklaim hari jadi tanggal 17
Juni 683, Kota Salatiga tanggal 24 Juli 750 dan kemudian Kota Banda Aceh
mengklaim hari jadi pada tanggal 22 April 1205. Sementara Kota Probolinggo 4
September 1359 dan Kota Cirebon pada tanggal 31 Desember 1388; Kota Bogor
mengklaim tanggal 3 Juni 1482 dan Kota Jakarta mengklaim hari jadi pada tanggal
22 Juni 1527; Kota Semarang tanggal 2 Mei 1547; Kota Ambon tanggal 7 September
1575; Kota Medan pada tanggal 1 Juli 1590 dan Kota Makassar 9 November 1607.
Kota Djogjakarta sendiri hanya mengklaim pada tanggal 7 Oktober 1756.
Bagaimana semua itu
ditetapkan?

Masih berdasarkan berbagai tulisan masa kini, dipilihnya tanggal 31 Mei karena
tanggal itu tahun 1293 disebut
peristiwa
pengusiran tentara Tartar oleh Raden Wijaya.
Okelah, itu satu hal. Hal lain adalah bagaimana
kesinambungan nama Surabaya setelah dicatat dalam teks Negarakertagama (1365).
Satu sumber tertua lainnya berasal dari pelaut-pelaut Portugis yang kemudian dipetakan
oleh para kartografi Portugis pada Peta 19.


Disebutkan peta itu bersumber dari pelaut-pelaut Portugis pada navigasi
pelayaran pertama dari Malaka ke Maluku (1511-1513). Bagaimana nama Surabaya
begitu lama eksis (1365-1511=146 tahun)? Namun, dalam hal ini, yang menjadi
pertanyaan apakah Surabaya yang disebut dalam kurun itu nama geografis (pulau
atau wilayah) atau nama tempat (kampong/kota)?   

Saat kehadiran pelaut-pelaut Belanda, yang dipimpin
oleh Cornelis de Houtman (1595-1597) dimana di dalam laporan navigasi pelayaran
mereka tidak ditemukan nama Surabaya. Mengapa? Nama yang dicatat di dalam
catatan Cornelis de Houtman hanya kota-kota (pelabuhan) Tuban dan Arosbaja (pantai
barat Madura). Nama Sorabaja, Tuban dan Madura sudah dipetakan dalam peta-peta
awal Portugis.


Nama Arosbaja tampaknya baru terdeteksi pada saat kehadiran pelaut-pelaut
Belanda. Suatu nama yang mirip-mirip dengan nama Surabaya (Sora-baja v
Aros-baja). Arosbaja adalah pelabuhan di Madura (pada masa ini berada di timur
laut Bangkalan). Nama Surabaja (Sorabaja) dan nama Arosbaja tampaknya dua nama
tempat yang penting dalam navigasi pelayaran pada era yang berbeda. Sorabaja
pada awal kehadiran pelaut-pelaut Portugis dan Arosbaja pada awal kehadiran
pelaut-pelaut Belanda.

Menghilangnya nama Soerabaja dalam navigasi
pelayaran satu sisi menimbulkan pertanyaan, yang dalam hal ini pertanyaan
spesifiknya bagaimana kota Surabaja bermula. Satu yang jelas, nama Soeranaja
muncul pertama dalam catatan pada era VOC/Belanda tahun 1686 (lihat Daghregister,
04-10-1686). Disebutkan kapal chialoup Doradus dari Timor melalui Sourabaja.


Pada masa ini banyak kejadian. Trunajaya melakukan pemberontakan tahun
1675. Lalu Raja Amangkurat II dari Mataram meminta bantuan VOC. Trunajaya
berhasil dilumpuhkan tahun 1679 (lihat Daghregister, 29-11-1679). Disebutkan
Glisson di Malang dan Troenajaja di Antangh.
Nama tempat Antangh pada
masa ini boleh jadi Ngantang (wilayah Malang). Perjanjian VOC dengan Amangkurat
II dibuat. Tidak lama kemudian tahun 1682 terjadi perselisihan di internal
Banten dimana VOC diminta lagi bantuan. Pasukan berhasil mengatasinya tahun 1684
di bawah pimpinan Major St Martin. Akhirnya Mataram melepaskan Jawa bagian
barat. Lalu kemudian Oentoeng Soerapati melakukan pemberontakan di Pasoeroean.
VOC kembali oleh Mataram diminta bantuannya.

Nama Soerabaja kembali dicatat dalam Daghregister,
07-06-1690 dimana disebutkan surat berbahasa Jawa yang dibawa Par[a]nakan China
Pangantin Hap dari Sourabaja dari Priays Sourapatty di Passouroan. Untuk
memgatasi ekepdisi VOC ke Oos Java dipimpin oleh Majoor Govert Knol. Ini
mengindikasikan bahwa Soerabaja terus menunjukkan keutamaannya dan menjadi
penting setelah kehadiran Knol. Akan tetapi dimana posisi GPS (kota) Soerabaja
menjadi dasar yang penting untuk menyelidiki sejarah awal tata Kelola kota Soerabaja.


Satu yang penting dalam ekspedisi Majoor Govert Knol adalah peta yang
dibuat pada tahun 1695. Peta ini menjadi penting, karena terbilang peta
terlengkap di Soerabaja dan sekitar. Satu penanda navigasi terpenting dalam peta
ini adalah keberadaan sungai Soerabaja. Yang lebih penting lagi bahwa kampong/kota
Soerabaja digambarkan dengan baik.

Pada Peta 1695 di tengah kota
Soerabaja adalah sungai Soerabaja.
Peta ini sudah menggambarkan suatu kota. Dalam peta (sketsa) ini di tempat dimana benteng
pertahanan semasa Trunojojo di sisi utara sungai sudah didirikan bendera
VOC (bendera merah putih biru). Sementara pusat kekuatan
VOC berada di sisi
selatan sungai. Area VOC ini
berada di wilayah kampong Ampel. Pada Kawasan ini juga diidentifikasi rumah C
Speelman.


Kampong
Ampel
, pada masa ini disebut
tempat dimana Sunan Ampel dimakamkan yang wafat pada tahun 1481 (Kawasan masjid
Agung Sunan Ampel?).
Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan
ajaran Islam di Tanah Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam.
Beliau menjadi pemimpin Wali Songo menggantikan Sunan Gresik yang wafat pada
tahun 1419 (lihat Wikipedia).

Dalam Peta 1695 digambarkan wilayah kampong Ampel ini tepat berada di depan
belokan sungai Soerabaja yang berbelok ke arah utara. Secara geomorfologi
wilayah kampong Ampel sebagai suatu pulau yang menghalangi aliran/arus sungai
Soerabaja sehingga menjadi berbelok ke arah utara. Belokan ini dapat diinterpretasi
sebagai penanda navigasi sejarah yang membedakan sejarah jaman kuno (era Hindoe/Boedha)
dan sejarah jaman baru (era Eropa) di kawasan hilir sungai Soerabaja.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jembatan Merah Surabaya: Menghubungkan Pengembangan
Kota Surabaya Diantara Dua Sisi Sungai Soerabaja

Dengan latar belakang masa lampau di wilayah hilir daerah
aliran ungai Soerabaja, kita dapat mempelajari lebih lanjut tata kota Soerabaja
semasa Pemerintah Hindia Belanda. Ada jarak waktu yang lama antara era VOC
(Peta 1695) dengan era Pemeruntah Hindia Belanda yang dimulai pada tahun 1800.
Satu yang pasti bahwa kota Soerabaja dalam hal ini adalah kota yang sudah
sangat tua yang telah memili karakteristik sebuah kota.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top