*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini
Sejarah
Ternate dalam usrusan perang sudah teruji sejak masa lampau. Tidak hanya
melawan invasi Spanyol dari Filipina di Ternate (1605), juga saat Inggris
melakukan aneksasi di Maluku pada tahun 1795. Maluku khususnya Ternate begitu
akrab dengan Belanda sejak era VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda tidak
ada perlawanan yang berarti di Ternate (hanya Saparoea Pangeran Pattimura yang
melakukan perlawanan). Ternate tenang-tenang saja, tidak seperti di Palembang, Jawa
(Pangeran Diponegoro), pantai barat Sumatra (T Imam Bondjol), Bone, Bali dan
Banjarmasin.

II) tindakan kerjaan Jepang di Asia-Pasifik bagai lirik lagu: ‘Kau yang
Memulai, Kau yang Mengakhiri’. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menyerang Hawaii
dengan mengebom pangkalan militer Pearl Harbor pusat Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pasifik pada tanggal 7 Desember 1941. Lalu setahun kemudian awal
Desember 1942 militer Jepang melakukan serang kepada Inggris dan Belanda di
Asia Tenggara. Meski Jepang sudah menguasai Jawa, Sumatra, Borneo dan Sulawesi,
tetapi Perang Pasifik (Belanda, Australia) dan disusul Amerika Serikat yang
sudah hadir di Filipina, hawa panas perang masih intens di wilayah timur
Indonesia termasuk Maluku dan Papua. Puncak Perang Pasifik ini, Amerika Serikat
yang dendam kepada Jepang melancarkan serangan tanggal 6 Agustus 1945 di
Hiroshima lalu pada tanggal 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom hebat di
Nagasaki. Tanggal 15 Agustus, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu. Saat
situasi Jepang takluk ini, para pemuda di Djakarta mendesak Ir. Soekarno dan
Drs Mohamad Hatta untuk membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945.
Lantas
bagaimana sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Ternate? Seperti disebut di atas, hawa panas Perang Pasifik
masih terasa hangat di wilayah Indonesia Timur termasuk di Maluku. Lalu
bagaimana situasi dan kondisi di Ternate pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
dan bagaimana reaksi para pemimpin lokal di Ternate pada era perang kemerdekaan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945
Selama
pendudukan militer Jerman (NAZI), Ratu Belanda melarikan diri dan menetap di
Inggris. Pada tahun 1945 satu per satu wilayah (provinsi) Belanda mulai
dibebaskan dari cengkeraman tentara NAZI. Akhirnya pada tanggal 5 Mei 1945
seluruh provinsi di Belanda berhasil dibebaskan setelah semua pasukan Jerman
menyerah. Ratu Belanda, Wilhelmina dari Inggris segera kembali ke Belanda.
Di Eropa, Jerman melakukan invasi ke negara
tetangga Belanda pada tanggal 10 Mei 1940. Lalu setelah terjadi bom di Kota
Rotterdam dari angkatan udara Jerman pada tanggal 15 Mei 1940, tentara Belanda
menyerah. Ratu Belanda beserta keluarga kerajaan serta pejabat pemerintahan melarikan
diri ke Inggris. Hindia Belanda (baca: Indonesia) yang dipimpin Gubernur
Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer bagaikan anak ayam kehilangan induk.
Akhirnya terjadi invasi Jepang ke Indonesia, Letnan Gubernur Jenderal van Mook
ikut mengungsi ke Australia, Selama pendudukan militer Jepang di Indonesia, van
Mook di luar terus menggalang (pemerintahan) Hindia Belanda.
Setelah
Ratu Belanda kembali ke Belanda, Hubertus Johannes van Mook yang berada di
Amerika Serikat segera ke Australia. Tentu saja untuk membangkitkan harapan
tentang Hindia Belanda (yang masih eksis Jepang) dan menggalang persatuan
nasional (Hindia Belanda) di Australia, Di Australia, van menghadiri pertemuan
yang diselengarakan oleh Nederlandsche Vereeniging di Brisbane. Dalam pertemuan
ini turut dihadiri oleh Kapten (KNIL) Raden Tarbidin Soeria Winata, ketua Persatoean
Indonesia di Brisbane yang mendapat kesempatan berbicara dalam perteuman yang mengucapkan
terima kasih atas kembalinya Ratu dan menyampaikan harapan agar Hindia Belanda
bangkit di bawah pemerintahan Ratu Wilhelmina. Dalam pertemuan ini juga hadir Sultan
Ternate, yang saat itu wilayahnya (di Residentie Ternate) sebagian besar sudah
dibebaskan (lihat Trouw: speciale uitgave voor ‘s-Gravenhage en omstreken, 06-06-1945). Pembebasan ini sehubungan dengan pendaratan Sekutu di Ternate,
Sejak kapan Sultan Ternate di Australia tidak
begitu jelas, apakah setelah terjadi pendudukan militer Jepang atau sesudah
(wilayah) Ternate dibebaskan oleh Sekutu (Amerika Serikat dan Australia). Sejak
pendudukan militer Jepang, sebagian orang-orang Belanda di Hindia Belanda
mengungsi ke Australia. Para tahanan politik yang berada di Digoel juga
dievakuasi ke Australian. Demikian juga Mohammad Hatta dan Soetan Sjahrir
dievakuasi dari Banda ke Soekaboemi dan Soekarno dievakuasi dari Bengkoelen ke
Padang. Tiga nama yang terakhir ini berhasil lolos atau sengaja dibebaskan,
tidak ikut evakuasi ke Australian. Selama pendudukan Jepang, Soekarno dan
Mohamad Hatta bekerjasama dengan Jepang.
Tidak
diketahui secara jelas kapan pendaratan Sekutu di Ternate. Yang jelas kantor
berita Jepang Domei melaporkan pendaratan sekutu di pulau Ternate di pantai
barat Halmaheira di Hindia Belanda. garnisun Jepang terlibat dalam pertempuran
sengit dengan pasukan pendaratan (lihat Nieuwe Haarlemsche courant, 26-06-1945).
Pendaratan di Borneo Timur (dekat Balikpapan) sedang dipersiapkan (lihat Nieuwe
Leidsche courant, 27-06-1945). Dalam perkembangannya berita yang beredar pada
tanggal 30 Juni, Jenderal MacArthur mengumumkan kehadiran armada ketujuh
Amerika di Selat Makassar antara Sulawesi dan Kalimantan, sekaligus mengumumkan
bahwa pesawat geladak telah menembak jatuh tiga pesawat Jepang disana. Sejak
awal 1942, ini adalah rekor pertama aktivitas kapal perang Sekutu di Selat
Makassar (lihat Trouw, 30-06-1945).
Saat armada ketujuh Amerika Serikat di Selat
Makassar diketahui Amerika Serikat telah menduduki pulau Okinawa (selatan
Jepang). Amerika Serikat juga telah membebasakan Luzon (Filipina). Divisi
kesembilan Australia juga sudah melakukan pendaratan di Broenai. Beberapa titik
di daratan Tiongkok juga sudah direbut oleh pasukan Cina (dari Jepang). Jepang
di Asia Tenggara tampaknya sudah mulai terisolasi dari induk (Jepang).
Mendaratnya Sekutu di Ternate (300 orang) menjadi penting karena akan menjadi
pusat strategis dalam perang yang dilancarkan oleh Sekutu.
Serangan
Amerika Serikat semakin meluas. Serangan di Tarakan, Tawao dan Bandjarmasin
serta di pulau Halmahera. Juga lapangan terbang di Sulawesi sudah diduduki
(lihat Strijdend Nederland, 14-07-1945). Pasukan Inggris juga telah menyerang
kepulauan Nicobar di barat laut Sumatra (lihat Provinciale Drentsche en Asser
courant, 14-07-1945). Dalam berita ini juga disebutkan bahwa dari markas MacArthur
bahwa pagi ini 1.000 pesawat angkatan laut lainnya telah dikerahkan untuk
melawan Jepang.
Brabantsch nieuwsblad, 07-08-1945: ‘Sultan di
pulau Ternate, Hindia Belanda, telah dibawa oleh kapal perusak Sekutu (dari
Australia). Dia adalah raja pertama yang melarikan diri dari wilayah (pendudukan)
Jepang’. Dari berita ini tampaknya, setelah Ternate diduduki Amerika Serikat,
Soeltan Ternate akan ditempatkan kembali sebagai pemimpin lokal di wilayah
Ternate.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Perang Kemerdekaan Indonesia:
Situasi dan Kondisi di Ternate
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.