Sementara itu di Jogjakarta
Universitas Gadjah Mada sudah mulai diaktifkan kembali setelah beberapa bulan
vakum karena adanya pengungsian setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II
pada tanggal 19 Desember 1948. Namun perkuliahan belum diadakan. Universitas
Gadjah Mada dalam proses konsolidasi ulang. Pada saat konsolidasi ini seorang guru
besar Universitas Yale di Amerika Serikat Prof. Ralph Emund Thurner melakukan
kunjungan ke Jogjakarta (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 22-10-1949). Prof. Ralph Emunid adalah seorang sejarawan
Amerika yang datang ingin mempelajari sejarah dan budaya Indonesia. Disebutkan
pada hari Jumat malam, Prof. Thurner juga memberikan presentasi (kuliah) umum
di Universitas Gadjah Mada dengan judul ‘Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi’.
Tidak diketahui apakah kunjungan Prof. Ralph Emund Thurner ke Indonesia terkait
dengan Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D yang baru-baru ini ke Amerika
Serikat untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB. Yang jelas Sutan Gunung
Mulia adalah orang Indonesia pertama di sidang Majelis Umum PBB (lihat Twentsch
dagblad Tubantia en Enschedesche courant en Vrije Twentsche courant, 22-10-1949).
kembali Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta diberitakan oleh surat kabar De
locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 27-10-1949. Disebutkan Universitas Gadjah Mada akan dibuka kembali
pada tanggal 1 November 1949. Berita lainnya diketahui bahwa hari ini di
Jogjakarta akan diadakan upacara di istana Presiden Soekarno untuk memperingati
lagu Indonesia Raya Indonesia (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 28-10-1949). Namun
upacara pembukaan kembali Universitas Gadjah Mada yang dintegrasikan dengan
pembukaan kembali dua akademi dilakukan pada tanggal 2 November 1948.
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 03-11-1949:’Djokjakarta,
31 Oktober (Aneta): Sekretariat Universitas Republik di Djokja (Universitas
Gadjah Mada) telah mengumumkan bahwa Rabu malam pembukaan kembali secara resmi perkuliahan
di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Akademi Polisi, Akademi Ilmu Politik.
Upacara ini dipimpin oleh Sultan Djokjakarta dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan
Pengawas Akademi Polisi dan anggota Dewan Pengawas Akademi Ilmu Politik.
Upacara pembukaan ini dilakukan di ruang penerimaan Sitihinggil yang menjadi
bagian dari kraton Jogjakarta’.
Mr. Iwa Koesoemasoemantri adalah sekretaris
Universitas Gadjah Mada (Limburgsch dagblad, 05-08-1949). Lantas siapa yang
menjadi Presiden (rektor) Universitas Gadjah Mada? Tidak ada. Yang ada adalah
Sekretaris Universitas Gadjah Mada yang bertanggungjawab langsung kepada
Menteri Pendidikan. Oleh karenanya pada pendirian Universitas Gadjah Mada pada
tanggal 3 Maret 1946 berada langsung di bawah Menteri Pendidikan (Prof. Mr.
Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D). Namun dalam pelaksanaannya sehari-hari diangkat
seorang sekretaris universitas. Ini ibarat Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB
yang bertindak sebagai kepala sekretariat yang dipilih berdasarkan Sidang Umum
PBB (hal serupa dengan Sekretariat ASEAN). Demikian juga Sekretaris Universitas
Gadjah Mada (yang dalam hal ini Mr. Iwa Koesoemasoemantri) dipilih berdasarkan
sidang umum Universitas Gadjah Mada.
Hamengkoeboewono pada upacara pembukaan Universitas Gadjah Mada (dan dua
akademi) menyatakan apresiasinya terhadap lembaga akademik ini selama
pendudukan Belanda. Soeltan kemudian mengatakan bahwa pembentukan RIS tidak
berarti bahwa tujuan pertarungan itu telah tercapai. Kita harus melanjutkan perjuangan dengan bersatu.
Perjuangan budaya baru saja dimulai dan kita sekarang harus membangun benteng
untuk mempersiapkan perjuangan ini. Lebih lanjut Soeltan menjelaskan
kemungkinan pembentukan universitas tunggal yang mencakup semua fakultas untuk
mencapai front yang solid bagi perjuangan budaya yang akan datang (lihat Nieuwe
courant, 05-11-1949). Selain apresiasinya terhadap tiga lembaga pendidikan
tersebut Soeltan juga menyatakan kekecewaannya pada kenyataan bahwa selama pendudukan
Belanda beberapa mahasiswa telah pergi ke tempat lain untuk melanjutkan studi
mereka di sana. Pada akhir pidatonya Soeltan berharap bahwa universitas di
Djokja (Universitas Gadjah Mada dan akademi-akademinya) tidak harus dibuka
untuk ketiga kalinya (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 05-11-1949).
![]() |
Java-bode, 09-12-1949 |
Universitas Gadjah Mada, suatu kejadian-kejadian dan juga yang bertalian
dengannya tidak pernah terungkap selama ini. Universitas Gadjah Mada yang
kemudian diresmikan sebagai universitas negeri pertama Republik Indonesoa
haruslah dipandang sebagai universitas perjuangan. Sarjana perempuan pertama
Universitas Gadjah Mada adalah Rosiah Sarjono (kebetulan namanya bersesuaian). Rosiah
Sarjono lulus ujian sarjana di Fakultas Hukum pada tanggal 5 Desember 1949
dengan judul skripsi Hukum Antara Negara-Negara (lihat Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 09-12-1949). Mengapa kisah
indah di awal keberadaan Universitas Gadjah Mada ini tidak terdapat dalam
sejarah Universitas Gadjah Mada?
Gadjah Mada di dalam website UGM hanya dimulai pada tanggal 19 Desember 1949.
Disebutkan UGM diresmikan oleh Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta pada
tanggal 19 Desember 1949. Tanggal ini seharusnya dipandang tanggal penting.
Akan tetapi anehnya pada tanggal ini tidak ada bukti dalam pemberitaan pada
surat kabar di sekitar tanggal tersebut. Lantas mengapa tanggal 19 Desember
1949 dinyatakan sebagai hari lahir Universitas Gadjah Mada? Tanggal ini jelas
tidak valid.
karena terjadi proses politik yang cepat di seputar tanggal-tanggal tersebut.
Secara defacto Universitas Gadjah Mada dibuka lagi pada tanggal 2 Desember
1949. Tidak lama kemudian Mohamad Hatta terpilih sebagai tim formatur pembentukan
Kabinet RIS. Lalu posisi Perdana Menteri RI didelegasikan Mohamad Hatta kepada
pelaksanan tugas. Pada tanggal 20 Desember 1949 Mohamad Hatta sebagai Perdana
Menteri RIS mengumumkan susunan kabinet, tetapi secara dejure itu baru berlaku
tepat pada tanggat 27 Desember 1949. Sehari sebelum penetapan susunan Kabinet
RIS yakni tanggal 19 Desember 1949 enam fakultas yang yang ada di Jogjakarta
digabungkan menjadi bagian dari universitas Republik Indonesia yakni Universitas
Gadjah Mada (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-01-1950).
Gabungan ini termasuk Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada beserta dua
akademi yang dibuka pada tanggal 2 Desember 1949. Tanggal inilah yang diklaim
Universitas Gadjah Mada pada masa ini sebagai hari jadi. Enam fakultas yang
dimaksud adalah (1) Rechts- Hogeschool en de Academie voor Politieke
Wetenschappen; (2) Technische Hogeschool; (3) Hogeschool voor Letteren en
Wijsbegeerte; (4) Landbouw Hogeschool en de afdeling Bosbouw; (5) Hogeschool
voor de Veeartsenij; (6) Geneeskundige Hogeschool en de afdelingen Pharmacie,
Tandheelkunde en de onderwijzersacademie voor Scheikunde en Biologie.
Lantas mengapa penggabungan fakultas di Universitas
Gadjah Mada terkesan buru-buru? Ini semua bermula karena pemerintahan yang baru
(RIS) ingin mendirikan Universitas RIS di Djakarta. Universiteit van Indonesia
tidak bisa diklaim oleh Pemerintah RIS, karena Universiteit van Indonesia memiliki
badan hukum sendiri dari (pemerintah) Belanda. Selain itu, juga diantara para
Republiken di Jogjakarta muncul penolakan jika ditransfer fakultas-fakultas
tersebut kepada RIS. Pemerintah RI di Jogjakarta hanya melepaskan Akademi
Militer dan Akademi Kepolisian, karena kedua akademi ini berada diluar wewenang
Menteri Pendidikan RI di Jogjakarta. Lantas bagaimana nasib Universitas RIS? Itu
adalah masalah tersendiri.
dengan Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D sekarang setelah dibukanya kembali
Universitas Gadjah Mada. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda
yang secara resmi berlaku pada tanggal 27 Desember 1949 Prof Dr Soetan Goenoeng
Moelia, Ph.D lebih berkonsentrasi di Djakarta. Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia,
Ph.D sebelum pengakuan kedaulatan sudah terlebih dahulu diangkat sebagai guru
besar di Universiteit van Indonesia.
30 Januari 1950 mengeluarkan
Undang-Undang Darurat No. 7 yang mengatur pendidikan tinggi di
Indonesia yang mana undang-undang ini memberi kekuasaan kepada Menteri
Pendidikan untuk mengambil langkah-langkah bagi pembinaan Perguruan Tinggi di
Indonesia. Salah satu diantaranya peralihan Universiteit van Indonesia dari
Belanda kepada Indonesia. Bersamaan dengan pengesahaan undang-undang ini Ir.
Soerachman ditunjuk sebagai Presiden (Rektor) Universiteit Indonesia
(sebelumnya bernama Universiteit van Indonesia). Ir. Soerachman adalah besan
dari Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D.
Gadjah Mada sudah diresmikan sebagai universitas negeri, Universiteit Indonesia
selama masa kepemimpinan Ir. Soerachman (sejak Februari 1950) masih dalam tahap
tranisisi ke penegerian universitas. Dengan dibubarkannya RIS pada tanggal 18
Agustus 1950, proses penegerian Universiteit Indonesia semakin cepat lalu
kemudian pada tahun 1951 secara resmi Universiteit Indonesia menjadi
universitas negeri dengan nama baru Universitas Indonesia dengan Rektor Mr.
Soepomo, Ph.D. Sementara itu di Bandoeng mulai dirintis fakultas pedagogik
(Fakultas Pendidikan).
23-01-1951: Rencana Fakultas Pedagogi di Bandoeng. Tiga opsi tersedia untuk
ini; yaitu bahwa fakultas yang dimaksud didirikan oleh Pemerintah, oleh yayasan
swasta atau oleh pemerintah kota Bandoeng. Namun, pendirian fakultas ini akan
dihadapkan dengan kekurangan guru yang besar, terutama di bidang filsafat,
psikologi, didaktik, sosiologi, dan pedagogi teoretis dan historis. Tentu saja,
tenaga asing harus direkrut untuk mata pelajaran ini. Di Indonesia modern hanya
ada dua orang Indonesia yang berwenang mengajar pedagogi, yaitu Prof Dr Soetan
Goenoeng Moelia, Ph.D di Jakarta dan Drs. Sigit, profesor di Universitas Gadjah
Mada di Djogjakarta. Namun, pendirian Fakultas Pedagogis di Bandoeng tidak akan
menyebabkan banyak kesulitan, karena telah ada Kursus Pedagogis di sini selama
dua tahun terakhir, dengan bantuan guru yang berkualitas (kebanyakan Belanda). Tujuannya
adalah bahwa perkuliahan di Fakultas Pedagogi di Bandung ini akan berlangsung
selama lima tahun’.
kelak diketahui sebagai cikal bakal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
yaitu perguruan tinggi keguruan yang pertama di Indonesia.
Padang Sidempoean tahun 1896. Ayahnya bernama Mangaradja Hamonangan adalah
seorang guru alumni sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean tahun 1892. Kakak
kelas Mangaradja Hamonangan di Kweekschool Padang Sidempoean adalah Radjioen
Harahap gelar Soetan Casajangan. Pada tahun 1905 Soetan Casajangan melanjutkan
studi ke Belanda dan pada tahun 1908 menggagas didirikannya organisasi
mahasiswa yang disebut Indisch Vereeniging (cikal bakal Perhimpunan Indonesia).
Setelah menyelesaikan
sekolah ELS di Padang Sidempoean dan Sibolga, Soetan Goenoeng Moelia
melanjutkan studi ke negeri Belanda pada tahun 1911. Pada tahun ini Soetan
Casajangan meraih gelar sarjana pendidikan. Soetan Goenoeng Moelia meraih
sarjana pendidikan tahun 1918 dan sekembalinya ke tanah air diteptakan sebagai
kepala sekolah HIS di Kotanopan. Pada tahun 1927 Mr. Soetan Goenoeng Moelia
diangkap menjadi anggota Volksraad yang pada tahun yang sama Mr. Soetan
Casajangan sebagai Direktur Normaal School (sekolah guru) di Meester Cornelis
(kini Jatinegara). Pada tahun 1929 Mr. Soetan Goenoeng Moelia menjadi
satu-satunya pribumi sebagai anggota Komite Pendidikan Nasional. Pada tahun
1930 Mr. Soetan Goenoeng Moelia melanjutkan pendidikan doktoral dan meraih
gelar Ph.D di Universiteit Leiden. Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D adalah
orang Indonesia pertama yang bergelar doktor di bidang pendidikan.
Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D.sedikit banyak telah memberi kontribusi
terhadap perguruan tinggi di Indonesia termasuk pendirian Universitas Gadjah
Mada di Jogjakarta. Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D, Menteri Pendidikan RI
kedua anak seorang guru yang memulai karir sebagai guru HIS di Kotanopan pada
tahun 1918 setelah menyelesaikan studi di Belanda.
Padang Sidempoean tidak hanya Prof. Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D juga masih
ada yang lainnya, yakni Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Perdana Menteri RI
1947); Abdul Hakim Harahap (Wakil Perdana Meteri RI 1950); Arifin Harahap
kedubes RI Jogjakarta di Djakarta (1946-1949); Drs. Lafran Pane pendiri HMI dan lulusan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Gadjah Mada (1953); Burhanuddin Harahap sebagai Perdana
Menteri RI 1955/1956 alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Dan tentu
saja Drs. Ashadi Siregar dosen di Kampus Biru Universitas Gadjah Mada pengarang
novel terkenal berjudul Cintaku di Kampus Biru.
Guru tetaplah guru. Prof. Dr Soetan Goenoeng Moelia,
Ph.D adalah Guru Pendidikan Indonesia.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.