Sejarah

Sejarah Pulau Bali (37): Detik-Detik Akhir Militer Jepang di Bali; AA Made Djelantik di Belanda dan IG Ngoerah Rai di Indonesia




false
IN



























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
 

Ada satu masa yang singkat Jepang di Bali
(1942-1946). Hal serupa juga di wilayah lain di Indonesia. Sementara itu ada
dua pemuda Bali, yang satu berada di Belanda dan satu lagi di Indonesia. Yang
berada di Belanda bernama Anak Agoeng Made Djelantik dan yang berada di
Indonesia adalah I Goesti Ngoerah Rai. Lantas apa kaitan dua pemuda ini dengan
Jepang
? Sudah barang tentu
pertanyaan ini tidak pernah ditanyakan
.

I
Goesti Ngoerah Rai lahir di Badung, 30 Januari 1917. Setelah lulus ujian HIS di
Denpasar, pada tahun 1931, I Gusti Ngurah Rai melanjutkan pendidikan MULO di
Malang (lulus 1933). I Gusti Ngurah Rai kembali pulang kampong ke Bali dan
mengikuti pendidikan militer Hindia Belanda Prajoda di Bali. Pada tahun 1941
sersan Prajoda I Goesti Ngoerah Rai mendapat kenaikan pangkat menjadi letnan
dua yang kemudian dari Singaradja dipindahkan ke Soerabaja (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 26-11-1941). Sementara itu, Anak Agoeng Made Djelantik lahir di Karangasem,
21 Juli 1919. Setelah menyelesaikan pendidikan HIS di Singaradja melanjutkan
pendidikan MULO di Malang tahun 1935 dan melanjutkan pendidikan AMS Afdeeeling
B di Djogjakarta dan lulus tahun 1938. Anak Agoeng Made Djelantik segera
berangkat studi ke Belanda. Pada tahun 1941 Anak Agung Made Djelantik lulus
ujian kandidat di Gemeente Universiteit te Amsterdam (lihat Christelijk sociaal
dagblad voor Nederland De Amsterdammer, 06-06-1941).

Saat menulis artikel ini pada tanggal 15 Agustus
1945 Kerajaan Jepang menyerah kepada Sekutu. Itu berarti akhir pendudukan
Jepang di Indonesia. Dua pemuda Bali yang disebut di atas termasuk orang
Indonesia yang anti fasis (anti Jepang). Disinilah pentingnya pertanyaan di
atas menjadi penting, yakni bagaimana dua pemuda Bali tersebut bereaksi
terhadap Jepang. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Derik-Detik Berakhirnya Belanda di Indonesia

Setelah berabad-abad Belanda berjaya di Eropa dan
berkuasa di Indonesia, akhirnya Belanda harus menanggung beban berat (kualat).
Kerajaan Belanda di Eropa diduduki oleh Jerman (NAZI) pada bulan Mei 1940; juga
negara (dominion) Belanda di Indonesia diduduki oleh militer Jepang (Dai
Nippon) tahun 1942. Habis sudah supremasi Belanda. Lantas bagaimana dengan
rakyat dan pemimpin Indonesia
?
Wait en See.

Pemuda (dan pemudi) Indonesia
banyak yang tengah studi di Belanda, termasuk satu pemuda asal Bali bernama
Anak Agoeng Made Djelantik (fakultas kedokteran di Amsterdam). Di Belanda,
sudah sejak lama terbentuk organisasi mahasisw, yang mana organisasi ini
digagas oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan pada tahun 1908 dengan
nama Indische Vereeniging (yang tahun 1924 namanya diubah menjadi Perhimpoenan
Indonesia). Ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda sejak 1938 adalah Dr.
Parlindoengan Lubis (alumni fakultas kedokteran di Amsterdam). Organisasi
mahasiswa inilah yang menjadi payung orang-orang Indonesia di Belanda ketika
Jerman melakukan invasi pada tahun 1940. Celakanya, para pentolan Perhimpoenan
Indonesia termasuk bendaharnya Mohamad Ildrem Siregar anti fasis. Ketika Jerman
menduduki Belanda, Parlindungan Lubis, Sidartawan (sekretaris) dan Mohamad
Ildrem Siregar ditangkap tentara Jerman dan kemudian dijebloskan ke penjara.
Sidartawan pemuda asal Madura meninggal dalam tahanan, Ildrem dilepas,
sementara Parlindungan Lubis diinternir ke kamp NAZI Jerman.

Perkuliahan sempat terganggu di Belanda pada awal
masuknya Jerman, namun secara perlahan kampus-kampus dibuka dan para mahasiswa
Indonesia kuliah lagi. Seperti disebut di atas, tidak lama kemudian, orang
Belanda di Indonesia yang telah kehilangan induk (dimangsa Jerman), menyerah
kepada Jepang yang melakukan pendudukan militer di Indonesia bulan Maret 1942.
Para pemuda Indonesia, khususnya di Jawa bersifat pro dan kontra terhadap
kehadiran Jepang. Salah satu tokoh politik terkenal yang menentang Jepang
adalah Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap. Di barisan pemuda yang juga ada yang
menentang Jepang salah satu diantaranya I Goesti Ngoerah Rai. Satu orang lagi
yang ikut menentang Jepang adalah anak Bali, seorang keturunan Amerika yang
mengubah namanya menjadi Ktoet Tantri.

Namun
kekuatan Jerman (NAZI) harus berakhir oleh perlawanan yang dilakukan Sekutu.
Belanda terbebas dari Jerman pada bulan Mei 1945. Mahasiswa-mahasiswa Indonesia
di Belanda sedikit lega, karena perlawanan terhadap Jepang di Indonesia semakin
terbuka (selama ini diawasi oleh intel dan tentara NAZI). Jerman dan Jepang
adalah sama-sama fasis (dua kekuatan melawan Sekutu) yang saling bekerjasama.
Mahasiswa Indonesia di Belanda kembali mengibarkan bendera Indonesia merah
putih dan bendera Perhimponan Indonesia yang dipimpin oleh anak Depok FKN
Harahap (menggantikan Setjadjit). Sementara itu mantan ketua Dr Palindoengan
Lubis masih berada di kamp NAZI.

Saat mana Indonesia masih tetap berada di bawah
pendudukan militer Jepang, para pemuda Indonesia di Belanda melalui organisasi
Perhimpoenan Indonesia yang dipimpin oleh FKN Harahap mulai menentang Jepang
dan menuntut kemerdekaan penuh Indonesia. Ini dilakukan pada suatu rapat akbar
yang diadakan pada awal Juni 1945 di lapangan terbuka di depan kantor Wali Kota
Amsterdam. FKN Harahap yang mahasiwa masih skripsi tersebut naik ke podium
membacakan manifesto (menentang Jepang dan menuntut kemerdekaan penuh
Indonesia).

Dalam
rapat massa ini, uniknya dihadari oleh banyak orang-orang Belanda yang
memberikan dukungan kepada pemuda Indonesia di Belanda. Boleh jadi ini karena
orang-orang Belanda juga sedang euforia karena belum lama terbebas dari Jerman.
Selain tokoh-tokoh Indonesia di Belanda yang juga memberikan pidato setelah
sang ketua, beberapa tokoh Belanda juga naik panggung untuk berpidato untuk
memberikan dukungan kepada Indonesia. Tentu saja pemuda asal Bali Anak Agoeng
Made Djelantik, satu-satunya dari Bali turut hadir dalam rapat umum ini.

Beberapa waktu kemudian, Menteri Luar Negeri
Belanda berkunjung ke markas Perhimpoenan Indonesia. FKN Harahap mempersilahkan
para senior Indonesia. Tiga senior yang berbicara dengan Menteri Luar Negeri
tersebut salah satu diantaranya adalah Mr. Masdoelhak Hamonangon Nasoetion,
Ph.D (yang belum lama meraih gelar Ph.D di bidang hukum di Universiteit
Utrecht). Tampaknya Menteri Luar Negeri ingin PDKT terhadap orang-orang
Indonesia di Belanda. Perhimpoenan Indonesia sendiri telah menerbitkan majalah
sebagai media komunikasi diantara orang-orang Indonesia. Dari berbagai edisi
isinya tentang penentangan terhadap Jepang dan tuntutan kemerdekaan penuh
Indonesia. Salah satu editornya adalah FKN Harahap.

Pada
waktu yang relatif  bersamaan di
Australia, Mr. HJ van Mook, Ph.D menggalang kekuatan diantara orang-orang
Belanda dan Australia. HJ van Mook juga melakukan PDKT terhadap tokoh-tokoh Indonesia
yang belum lama dievakuasi dari Digoel (Papoea). Salah satu tokoh yang sudah
berada di Australia adalah Jahja Malik Nasoetion (tokoh binaan Adam Malik). Jahja
Malik Nasoetion kelak dikenal sebagai mertua dari Bob Tutupoly. Namun tentu
saja PDKT Menteri Luar Negeri Belanda di Belanda dan tokoh pergerakan Belanda
HJ van Mook di Australia tidak mempan, karena orang-orang Indonesia di manca
negara hanya memiliki satu tujuan: kemerdekaan penuh Indonesia. Tentu saja
antara pemuda Indonesia di Belanda dengan para tokoh politik Indonesia di
Australia sudah terhubungan melalui telepon dan telegraf (antara Indonesia dan
Belanda hubungan komuniasi masih tertutup). Catatan: HJ van Mook adalah
kelahiran Semarang yang pada tahun 1917 ikut dalam Kongres Hindia Belanda yang
pertama di Amsterdam. Kongres ini diwakili oleh organiasai mahasiswa Indonesia
Indische Vereeniging, organisasi mahasiswa Tionghoa dan organisasi mahasiswa
Belanda asal Hindia. Dalam kongres ini dari Indische Vereeniging diwakili oleh
Sorip Tagor (mahasiswa Veeartsenschool di Utrecht) dan Dahlan Abdoellah. Saat kongres
inilah nama Indonesia kali pertama diapungkan. Sorip Tagor kelak dikenal
sebagai ompung (kakek buyut) Inez/Risty Tagor). Dahlan Abdoellah sendiri pada
saat era pendudukan Jepang ini adalah Wali Kota Batavia. Hanya ada dua kota
dimana pemimpin Jepang mengangkat orang pribumi sebagai wali kota yakni di Djakarta
(Batavia) dan Soerabaja. Pada awkatu yang sama Wali Kota di Soerabaja adalah
Dr. Radjamin Nasoetion. Sementara Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan anak Bali
Ktoet Tantri masih meringkuk di tahanan militer Jepang di Malang. Catatan:
Sorip Tagor juga adalah pendiri Sumatranen Bond fi Belanda tahun 1917 dengan
sekretatris Dahlan Abdoellah dan sebagai bendahara Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenoeng Moelia. Dahlan Abdoellah pada tahun 1919 adalah ketua Indische
Vereeniging. Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D saudara sepupu Mr Amir
Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Pendidikan RI yang kedua (menggantikan Ki
HadjarDewantara) pada tahun 1945-1946. Mr Amir Sjarifoeddin Harahap pada tahun
1947 menjadi Perdana Menteri RI (menggantikan Soetan Sjahrir).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Derik-Detik Jepang di Indonesia

Akhirnya pendudukan militer Jepang di Indonesia
harus berakhir saat mana pada tangga 15 Agustus 1945 menyatakan menyerah kepada
Sekutu. Pernyataan itu juga disiarkan melalui radio. Pada saat Kaisar Jepang
berpidato sebelumnya listrik seluruh dimatikan. Namun kapal-kapal yang
bersandar di Tanjung Priok yang memiliki sistem listrik dan radio sendiri
mendengar langsung pidato itu. Kabar penyerahan Jepang kepada sekutu segera
berhembus ke darat (Batavia) sehingga para pemuda revolusioner bergerak yang
kemudian kemerdekaan Indoneesia diproklamirkan oleh Ir Soekarno pada tanggal 17
Agustus 1945.

Semua
militer Jepang di Indonesia mati langkah, hanya bersikap wait en see. Dalam
perkembanganya terjadi diskusi dan kesepakatan antara pemipin sekutu-Inggris
dan pemerintah Indonesia (Ir Soekarno) soal pelucutan senjata militer Jepang
dan pembebasan interniran Eropa-Belanda di Indonesia.

Saat kegiatan pelucutan senjata militer Jepang dan
pembebasan interniran Eropa-Belanda oleh Sekutu-Inggris di Indonesia menyusul
di belakangnya pasukan NICA-Belanda untuk menguasai kembali Indonesia.
NICA-Belanda ini segera menguat di sejumlah kota-kota di Jawa. Sehubungan
dengan terbukanya Indonesia, diaspora Indonesia apakah yang berada di Australia
maupun Belanda juga pulang ke tanah air.

Telex,
16-10-1945: ‘Di Depok (antara Batavia dan Buitenzorg) kelompok bersenjata
Nasionalis melakukan penggerebekan, warga cukup banyak terbunuh, rumah dirusak
dan semua isinya telah diambil. Orang-orang telah meninggalkan desa. Kapal
Australia telah berlayar dari Australia membawa sebanyak 687 tahanan politik
(yang dipindahkan dari Digoel) menuju Indonesia (Tandjong Priok). Kemarin sore
terjasdi pertempuran di Zuid Batavia di mana dua hari lalu pasukan Inggris
telah mengambil kontrol di lapangan usara Tjililitjan (kini Halim) Tentara
kontingen Nederland telah dikirim kesana untuk memperkuat’.

Setelah NICA-Belanda menguasai sepenuhnya
kota-kota penting di Jawa seperti Djakarta, Semarang dan Soeranaja, pemerintah
NICA-Belanda kemudian melebarkan penguasaan ke Bali dan Lombok. Kehadiran
Sekutu-Inggris yang kemudian diikuti NICA Belanda di Bali dan Lombok dilakukan pada
awal Maret 1946.

Untuk
membendung kedatangan NICA-Belanda di Bali, Pemerintah Republik Indonesia via
Menteri Pertahanan Mr Amir Sjarifoddin Harahap agar I Goesti Ngorah Rai segera
ke Bali dan mengkonsolidasikan TRI di Bali. Sejumlah anggota pasukan militer
Jepang tidak bersedia dilucuti dan dievakuasi dan memilih bergabung dengan
pasukan I Gosti Ngoerah Rai. Dari eks pasukan Jepang inilah sebagian masuk
senjata dan peluru masuk ke pihak TRI.

Semua paukan militer Jepang telah dilucuti
senjatanya oleh pasukan sekutu-Inggris dan telah dievakuasi ke Singapoera.
Namun beberapa anggota militer Jepang memilih tinggal di Indonesia dan
bergabung dengan TRI. NICA-Belanda kemudian semakin menguat di Bali. Perlawanan
pasukan I Goesti Ngoerah Rai yang juga dibantu eks militer Jepang terus
melakukan perlawanan.

Perairan
Bali semakin dijaga ketat patroli NICA-Belanda agar pasukan bantuan dari Jawa
tidak masuk. Pada bulan April dua kapal dari Jawa berhasil dikejar patroli di
perairan Bali dan kemudian menangkapnya. Jawa dan Bali terputus. Meski demikian
pada tanggal 8 Juli pasukan I Goesti Ngoerah Rai memenangkan pertempuran di
Karangasem (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te
Batavia, 18-07-1946). Disebutkan tiga pasukan NICA-Belanda tewas yang
berpangkat letnan, sersan dan prajurit.

Oleh karena lebih aman di Bali selatan,
pemerintah NICA-Belanda di Bali sejak awal Agustus 1946 memindahkan ibu kota
dari Singaradja ke Denpasar. Pasukan I Goesti Ngoerah Rai mulai memusatkan
perhatian ke selatan yang mengambil posisi di sekitar Tabanan. Pemerintah
NICA-Belanda dimana para pasukan militer menjaga dan mengawasi keamanan, juga
terus mengembangkan pemerintah yang baru di Bali yang berpusat di Denpasar.

Seiring
dengan meningkatkan kinerja pemerintahan NICA-Belanda di Denpasar, pemerintah
NICA-Belanda di Bali kemudian secara bertahap melarang identitas Jepang di
Bali. Dalam perkembangan juga pemerintah NICA-Belanda di Bali melarang
pemilikan dan penggunaan uang Jepang (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 29-08-1946). Disebutkan untuk Bali dan Lombok, telah
diadopsi peraturan yang melarang kepemilikan, pengangkutan, atau penggunaan alat
pembayaran yang diedarkan oleh musuh Jepang.

Anak Agung Made Djelantik yang tahun 1938
berangkat studi ke Belanda telah menyelesaikan studinya dan mendapat gelar
dokter di Amsterdam. Setelah dinyatakan lulus dan karena sudah ada hubungan
komunikasi antara Belanda dan Indonesia, Anak Agung Made Djelantik juga segera
pulang kampong (membawa istri orang Belanda). Anak Agung Made Djelantik dengan
kapal Belanda dari Batavia tiba di pelaboehan Koeta pada tangga 11 Septeber
1946.

Het
dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-09-1946: ‘Dr.
AA Made Djelantik. Pada tanggal 11 ini tiba di Koeta AA Made Djelantik, putra
kedua pemimpin Karangasem, didampingi istri muda Hollandsche.. Dr. Djelantik
baru saja lulus di Belanda dan sekarang, setelah absen selama delapan tahun,
dengan cuti sekitar dua bulan di Bali, kemudian Dr. Djelantik akan kembali ke
Belanda untuk mengikuti program doktoral dua tahun lagi dengan mengambil topik bedah
dan penyakit dalam, setelah itu ia berniat menetap di Bali dan khususnya arus
politik yang berkaitan dengan hubungan politik antara Belanda dan Indonesia’

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top