Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia (102): Perbatasan Indonesia Pantai Selatan Jawa, Pulau Kalapa dan Pulau Natal; Mengapa Milik Australia?




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Di
pulau Jawa sesungguhnya juga terdapat perbatasan Indonesia. Dimana? Banyak yang
tidak menyadari bahwa ada perbatasan antara wilayah pantai selatan Jawa dengan
pulau Natal dan pulau Kalapa (yang masuk wilayah yurisdiksi Australia). Lantas
mengapa itu terjadi? Nah. Itu dia! Dua pulau ini sesungguhnya sangat penting
dalam sejarah navigasi pelayaran awal Belanda menuju Hindia Timur. Lalu mengapa
akhirnya jatuh ke tangan Australian? Tentu saja ada riwayatnya.

Secara geografis pulau Kalapa maupun pulau
Natal sungguh sangat jauh dari daratan (garis pantai) Australia, jika
dibandingkan dengan garis pantai selatan (pulau) Jawa. Kasus dua pulau ini sebenarnya
mirip dengan kasus pulau Miangas maupun kepulauan Natuna. Pulau Miangas pernah
diklaim Spanyol dan Amerika Serikat tetapi bukti kuat memihak Indonesia (baca:
Hindia Belanda). Penduduk Miangas diklaim Raja Sangihe karena penduduknya
memang berbahasa Sangir Talaud. Demikian juga kepulauan Natuna yang sempat
diincar Inggris, Radja Bintan mengklaim karena memang penduduknya berbahasa
Melayu di Riau. Bagaimana dengan pulau Natal dan pulau Kalapa? Ini mirip dengan
pulau Rondo, namun permasalahannya berbeda.

Lantas
bagaimana sejarah perbatasan Indonesia di pantai selatan Jawa? Seperti disebut
di atas, kepulauan Kalapa dan pulau Natal sejak awal adalah tempat persinggahan
pelaut-pelaut Belanda sejak awal. Pulau ini juga menjadi tempat persinggahan nelayan-nelayan
Indonesia ssejak zaman kuno. Lalu mengapa akhirnya jatuh ke tangan Australia? Seperti
kata ahli
sejarah
tempo doeloe,
semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Pulau Kalapaa dan Pulau Natal
di Selatan Jawa: Sejak Era Zunda Kalapa

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Perbatasan Indonesia –
Australia di Pantai Selatan Jawa

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top