*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini
Di Indonesia umumnya benteng-benteng masa
lampau dibangun oleh orang-orang Belanda. Semua benteng dibanngun pada era berbeda-beda.
Namun ada beberpa benteng yang dibangun oleh orang Inggris dan orang Portugis. Benteng
Inggris terdapat di Bengkulu dan Natal. Benteng Inggris di Bengkulu yang
disebut Fort Marlborough sangat strategis bagi Inggris dalam hubungannya dengan
ekspansi ke Australia.
Benteng
Marlborough (Inggris: Fort Marlborough) adalah benteng peninggalan Inggris di
Kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) tahun
1714-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan
Inggris. Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah Kota
Bengkulu dan memunggungi Samudra Hindia. Benteng ini pernah dibakar oleh rakyat
Bengkulu; sehingga penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras. Mereka kemudian
kembali tahun 1724 setelah diadakan perjanjian. Tahun 1793, serangan kembali
dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas.
Dan kemudian pada tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya
diperingati dengan pendirian monumen-monumen di Kota Bengkulu oleh pemerintah
Inggris. Marlborough masih berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa
Hindia Belanda tahun 1825-1942, Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang
kemerdekaan Indonesia. Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu
manjadi markas Polri. Namun, pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki
kembali oleh Belanda. Setelah Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough
menjadi markas TNI-AD. Pada tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud
untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya. Benteng ini berada di tanah
seluas 44.000 meter2; Ukuran fisiknya sekitar 240 x 170 m. Ketinggian dinding
bervariasi dari 8 sampai 8.50 meter, dengan ketebalan 1.85 sampai 3 meter.
Pertahanan benteng terdiri dari 72 meriam. Di dalam benteng terdapat beberapa
baris bangunan dengan atap berbentuk segitiga. Bangunan tersebut memiliki
krepyak teras dengan barisan tiang besi. Catatan yang ada mengatakan bangunan
ini difungsikan sebagai barak, penjara, dan kantor. Di bagian tengah benteng
ini juga terdapat lapangan besar yang berfungsi sebagai halaman dalam (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah benteng di Bengkulu, benteng
Inggris Fort Marlborough? Seperti disebut di atas di Bengkulu terdapat benteng
yang dibangun orang Inggris dan didunakan oleh orang Inggris. Lalu bagaimana sejarah
benteng di Bengkulu, benteng Inggris Fort Marlborough? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Benteng di Bengkulu, Benteng Inggris Fort Marlborough;
Sejarah Benteng-Benteng Belanda di Indonesia
Pada tahun 1665 pemimpin lokal di Padang
bekerjasama dengan VOC untuk mengusir kekuasaan Atjeh di Padang (lihat
Groninger courant, 14-12-1824). Tahun inilah diduga awal pendudukan Belanda
di Sumatra’s Westkust. Selanjutnya pada
tahun 1668 VOC melanjutkan ekspansi ke Baros dan Singkel. Lalu post VOC di
Baros ditarik. Di Singkel tahun 1672 VOC membuka pos perdagangan. Pada tahun
1679 kembali VOC (Cooper) ke pantai barat Sumatra dengan fokus eksplorasi
tambang batubara di Solok dan tahun 1681 memulai pertambangan emas (di
Passaman?). Dalam perkembangannya, Inggris mengirim seorang utusan ke Atjeh dan
mendapat persetujuan untuk mendirikan maskapai di Pariaman tahun 1684 untuk
perdagangan lada (Oprechte Haerlemsche courant, 11-04-1686).
Pada tahun 1681 terjadi perselisihan di kraton Banten, sang anak
memberontak melawan sang ayah, Sultan Banten. Sang anak meminta bantuan ke
Batavia. Tentu saja itu diterima. Apalagi sang ayah, Sultan Banten lebih dekat
dengan Inggris. Awalnya dikirim ekspedisi yang dipimpin oleh Kapten Jonker,
tetapi gagal mengatasi situasi, bahkan lebih runyam. Pada tahun 1684 dikirim
ekspedisi ke Banten yang dipimpin oleh Major St Martin dan berhasil. Sebagai
konsekuensinya wilayah Batavia (VOC) yang sebelumnya hanya sebatas sungai
Tangerang diperluas kea rah barat hingga batas sungai Tjikande. Tidak hanya
itu, VOC juga mendapat hak perdagangan di Lampong dan Toelang Bawang.
Pada tahun 1685 terjadi
pertempuran berdarah antara Inggris dan Belanda di pantai barat Sumatra. Gagal di Pariaman atas restu
kesulatan Atjeh, Inggris mendapat angin dari pemimpin Selebar yang ingin melepaskan
diri dari Banten (yang tengah kacau). Pada tahun 1686 Inggris pindah ke Bengkulu. Inilah awal Inggris berada
di Bengkulu. Pada tahun 1693 Belanda membuat kontrak dengan Raja Baros, untuk
berbagai kebutuhan pokok. Sementara itu, berdasarkan Peta 1695 post-post perdangan VOC/Belanda di pantai barat Sumatra berada di Salida, Troesan,
Padang, Pariaman dan Baros.
Berdasarkan sketsa yang dibuat (landmeter/kaartenmaker) Isaac de Graaff pada tahun
1695 diidentifikasi benteng
VOC/Belanda di Baros dan Padang. Benteng baru VOC lainnya terdapat di Bogor (Fort Padjadjaran), di Samarang,
di Soerabaja dan benteng Rotterdam di Makassar. Benteng pertama VOC
dibangun pada tahun 1619 di Batavia (Casteel Batavia). Dalam perkembangannya,
pasca serangan Mataram dan Banten (1626) beberapa benteng dibanguan di luar
Batavia untuk mengawal Casteel Batavia yakni di Jacatra dan Antjoel di timur,
Jembatan Lima dan Anke di barat, serta benteng Riswijk dan Noordwijk di
selatan.
Inggris yang berpusat di India (Calcutta) boleh jadi
mulai khawatir tentang keberadaan orang Inggris di Hindia Timur. Lebih-lebih
setelah benteng-benteng VOC semakin banyak di Jawa dan di luar Jawa khususnya
di Sumatra. Untuk memperkuat pertahanan Inggris di pantai barat Sumatra, pada
tahun 1714 benteng dibangun di Bengkulu. Namun penetrasi Inggis di Bengkulu
memunculkan pemberontakan penduduk pada tahun 1719 (lihat Groninger courant,
14-12-1824). Besar dugaan karena ada
pemberontakan dari dalam dan ancaman dari luar (VOC), Inggris kemudian
memperkuat benteng di Bengkulu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sejarah Benteng-Benteng Belanda di Indonesia: Mengapa Fort
Marlborough Penting Bagi Inggris?
Inggris menetap di Natal pada tahun 1755 dengan membangun
benteng. Benteng yang dibangun tahun 1755-1756, Benteng Natal panjangnya 212 meter, lebar 150 meter dengan
empat Bastions yang tinggi 10 meter masing-masing, dan dikelilingi oleh parit
yang dalamnya 10 kaki dan lebar lebar 14 kaki. Benteng ini dibuat untuk
melindungi penduduk di belakangnya dari musuh (dari darat) maupun dari laut (orang asing).
Wilayah di sekitarnya di arah utara terdapat Linggabojo, Mandailing
dengan populasi 3.000 jiwa dan di selatan terdapat Batahan, Mandailing dengan
2.500 jiwa. Populasi Natal sendiri terdiri dari berbagai asal-usul. Di dalam
benteng sendiri terdapat satu bangunan tinggal dan empat bangunan untuk gudang
rempah-rempah, tempat persenjataan, tempat tenaga kerja dan lainnya. Benteng
ini mirip Casteel Batavia (di awal kehadiran Belanda). Di luar benteng
yang jaraknya 200 meter di sepanjang
pantai terdapat rumah perjabat dan pegawai, termasuk Asisten Residen dan rumah
sakit. Di sekitar bukit terdapat taman-taman botani dan taman-taman pemerintah.
Di sebelah atas benteng adalah pasar dimana terdapat 200 rumah. .
Pada tahun 1760 benteng Natal direbut Prancis (lihat Leydse courant,
26-06-1761). Disebutkan pada tanggal 4 Februari 1760 kapal Prancis berlabuh di
Aijer Bangis dan 7 Februari 1860
Inggris mengambil pelabuhan Natal dari Perancis. Pelabuhan Natal ini diduduki
oleh 40 Eropa dan 60 orang pribumi. Namun tidak lama kemudian Inggris meninggalkannya. Pada tahun 1761 Raja Inggris telah mengumumkan bahwa benteng Marlbourg, yang terletak di Bencoolen di
pantai barat Sumalra, menjadi sebuah paroki,
dan telah menempatkan seorang Burgmeester dan
Aldermen di dalamnya (lihat
Middelburgsche
courant, 27-01-1761). Pada tahun 1761 Inggris
telah melakukan perjanjian dengan Radja Baros dan Airjer Bangie. Inggris
kemudian membangun pos perdagangan di teluk Tapanoeli di pulau Pontjang Ketjil.
Lambat laun Belanda mundur dari Air Bangies dan memusat di Padang. Belanda juga
memperluas ke Indrapoera,
Setelah ditinggal Inggris, benteng dan bangunan ini tidak menjadi
perhatian VOC lagi dan hingga kehadiran Belanda kembali sudah banyak yang rusak
berat, VOC/Belanda pada tahun 1764
mengambil Air
Bangis (yang telah ditinggalkan
Prancis/Inggris) dan menjadikannya sebagai post perdangan, Di pihak lain Inggris menginginkan Padang dan
Bengkulu disatukan.
Pada tahun 1772 Inggris mengirim Charles Milliter untuk melakukan
ekspedisi ilmiah ke pedalaman Tanah Batak di Angkola melalui pos perdagangan
Inggris di teluk Tapanoeli. Sementara itu, James Cook 1772 memulai pelayarannya
dari Batavia untuk ekspedisi ilmiah ke (benua) Australia dan Pasifik. Satu
pejabat di Bengkulu, William Marsden juga mulai melakukan penyelidikan
bahasa-bahasa di Sumatra dan penyusunan bahasa Melayu, Tidak diketahui apa
maksudnya semua itu? Yang jelas Inggris di pantai timur Amerika terus tertekan
karena pemberontakan di dalam negeri. Lalu kemudian Amerika (Serikat)
memproklamasikan kemerdekaan (dari Inggris) pada tahun 1774.
Laporan
Charles Miller kemudian diterbitkan. Demikian juga laporan James Cook
diterbitkan di Inggris tahun 1775. Orang-orang di Belanda gelisah. Dalam laporan
James Cook, terdapat rekomendasi bahwa (benua) Australia dapat dijadikan
pemerintah Kerajaan Inggris sebagai koloni. Kegelisahan orang Belanda di Hindia
maupun di Belanda karena selama ini wilayah Australia adalah wilayah
perdagangan VOC yang berpusat di Batavia. Rekomendasi James Cook tampaknya disambut
oleh Perdana Menteri (kerajaan) Inggris yang akan segera mengirim koloni
pertama ke Australia. Ini ibarat, belum lama kehilangan Amerika, dapat koloni
baru di Australia,
Tampaknya pemerintah Inggris tidak
menyia-nyiakan koloni baru di Australia setelah kehilangan harga diri di Amerika.
Koloni Inggris di Australia, yang sebelumnya berpusat di Sidney telah diperluas
ke pantai barat di Perth. Untuk menjaga koloni baru, Gubernur Jenderal Hindia
Timur Inggris di Calcutta memerintahkan skuadron Inggris yang berpusat di Madras
dipindahkan ke Bencoolen pada tahun 1779. Pedagang-pedagang VOC di pantai barat
Sumatra secara perlahan-lahan meninggalkan pantai barat memusat ke Jawa (Batavia).
Inggris di pantai barat Sumatra semakin menguat, tidak hanya untuk meratakan
jalan dari India ke Australia via Bencoolen, juga Inggris meratakan jalan ke
China melalui selat Malaka (via Atjeh). Sementara itu VOC yang gigit jari dengan
Australia dan kehilangan wilayah perdagangan di pantai barat, para pedagang VOC
mulai melemah.
Pada
tahun 1781 buku William Marsden terbit di London. Judulnya The History of
Sumatra. Di dalam buku ini juga dilampirkan hasil penyelidikannnya tentang
bahasa Melayu dan juga kamus singkat bahasa Melayu. Seperti kita lihat nanti, Thomas
Stamford Raffles yang juga pernah bekerja di Bengkulu, boleh jadi terinspirasi
dari W Marsden, pada saat dirinya menjadi Letnan Gubernur Jenderal di Jawa melakukan
penyelidikan dan kemudian menerbitkan buku dengan judul The History of Java
(terbit 1818).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.