Depok Masa Kini

Depok Dari Masa Ke Masa: Depok Lama, Kota Lama; Depok Baru, Kota Baru

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
 

Pada
tanggal 4 Agustus 1952 Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengambil alih ‘Republik Depok’ (Het Gemeente
Bestuur van Het Particuliere Land Depok) dengan membayar ganti rugi sebesar Rp.
229.261  kepada seluruh ‘marga’ yang ada
di Gemeente Bestuur Depok. Seluruh tanah di kota Depok resmi menjadi milik Pemerintah RI kecuali hak-hak eingendom dan beberapa bangunan seperti: gereja,
sekolah, pastoran, balai pertemuan dan pemakaman. Sejak itu pula Depok secara
resmi menjadi sebuah kecamatan di Kewedanaan Parung, Kabupaten Bogor. Pada saat
itu Kecamatan Depok terdiri dari 21 buah desa dengan ibukota berada di Desa
Depok. Jalan Kartini yang sekarang merupakan pusat kota kala itu dimana terdapat kantor-kantor milik pemerintah seperti kantor
kecamatan (sekarang menjadi kantor Kecamatan Pancoran Mas), kantor desa, kantor
pos, kantor telepon, koramil, PDAM. Di sebelah barat jalan poros (jalan ke
stasiun) dibangun SD Negeri 1; di sebelah timur (Jalan Pemuda) didirikan SD
Negeri 2 (eks pusat kesehatan di era Gemeente Bestuur) dan SMP Negeri 1 (eks
sekolah berbahasa Belanda). Sementara pasar sudah sejak dulu ada yang berlokasi
di samping rel ke arah Sawangan (sekarang Jalan Dewi Sartika). Sedangkan  kantor Polsek
dibangun di dekat pemakaman (sekarang kantor Polresta Depok). Dalam perkembangannya
berdiri sebuah bioskop di Jalan Pemuda (depan SD). Pusat kota kecamatan inilah
yang menjadi kota lama yang kini sering disebut Depok Lama. Lantas dimana Depok
Baru?

Kecamatan
Depok yang berpusat di Depok Lama tumbuh secara perlahan (evolutif). Baru
setelah perumnas pertama Indonesia dibangun di Depok perkembangan Kecamatan
Depok bergerak cepat (revolutif). Perumnas ini di bangun tahun 1976 yang
lokasinya di sebelah barat rel (disebut juga Depok I dimana jalan poros
perumahan berada di Jalan Nusantara sekarang). Tidak lama kemudian dibangun
secara berturut-turut perumnas di sebelah timur Sungai Ciliwung  (Depok II Timur dan Depok II Tengah).
Selanjutnya, jalan lingkar luar Kecamatan Depok terbentuk antara perumnas Depok
I dengan perumnas Depok II dengan meningkatkan kualitas  jalan yang sudah ada (yang kini menjadi Jalan
Siliwangi) dimana sebelumnya jalan utama dari Jalan Raya Bogor melalui Jalan
Pemuda ke pusat kecamatan. Jalur Jalan Siliwangi ini lambat laun menjadi jalan
poros baru di Kecamatan Depok menggantikan Jalan Kartini.

Dengan
semakin ramainya lalulintas pada jalan poros baru tersebut (Jalan Siliwangi dan
Jalan Dewi Sartika) maka posisi strategis pusat pertumbuhan kota berada di
Simpang Lima (arah timur Jalan Dewi Sartika, arah utara Jalan Nusantara, arah
selatan Jalan Pitara dan arah barat Jalan Sawangan dan Jalan Salak di
Perumahan). Pasar lama di sepanjang Jalan Dewi Sartika menjadi semakin ramai
dengan munculnya pertokoan; di Jalan Pitara berdiri bioskop (Bioskop Sandra);
di Jalan Sawangan didirikan rumah bersalin (cikal bakal RS Bhakti Yuda); di
perumahan via Jalan Salak telah dibangun SMP Negeri 2 (1977); dan  di pangkal Jalan Nusantara ini juga muncul
pertokoan dan tahun 1979 tidak jauh dari simpang ini SMA Negeri 1 diresmikan.
Di Jalan Nusantara ini juga dibangun Pasar Depok Jaya (untuk menggantikan
keberadaan ‘pasar becek’ di Jalan Dewi Sartika).



Kantor camat Depok masa dulu (Kini menjadi Kantor Camat Pancoran Mas)

Perkembangan
sosial ekonomi di area seputar Simpang Lima sangat pesat dan denyut bisnis
semakin kencang. Pusat kota baru mulai terbentuk. Pada tahun 1981 berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981 dibentuk Kota Administratif Depok yang
terdiri dari tiga kecamatan dan 17 desa*. Tiga kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Dalam PP ini
tidak tercantum lagi Kecamatan Depok, tetapi Desa Depok masih ada yang berada
di bawah Kecamatan Pancoran Mas. Sebaliknya di Kecamatan Pancoran Mas dibentuk
desa baru namanya Desa Depok Jaya (sebagai pemekaran dari Desa Depok). Dengan
demikian nama Kecamatan Depok berakhir dan dihapus dalam peta. Ini berarti PP
43/1981 semakin menegaskan bahwa Depok Lama sebagai Kota Lama sudah pindah ke
Desa Depok Jaya sebagai Depok Baru Kota Baru.

Sehubungan
dengan terbentuknya Kota Administratif Depok, maka pusat pemerintahan Kota Lama
(Kecamatan Depok) dipindahkan sehubungan dengan dibangunnya Kantor Walikota
Administratif Depok di Jalan Margonda Raya (depan Polsek). Pertengahan tahun
1980an status jalan yang menjadi Jalan Margonda Raya ditingkatkan. Ini berarti
jalan menuju Jakarta semakin banyak (selain via Jalan Raya Bogor, Jalan Tanah
Baru dan Jalan Kukusan). Dengan semakin meningkatnya arus lalulintas melalui
Jalan Margonda menuju Jakarta maka pada akhir tahun 1980an dibangun flyover UI
dan dibukanya jalan akses UI dari Cimanggis/Kelapa Dua. Universitas Indonesia
sendiri pindah ke Depok pada tahun 1987. Dengan semakin banyaknya mahasiswa UI
yang bertempat tinggal di Jalan Margonda maka jalur Jalan Margonda semakin
pesat. Trayek bis Miniarta Bogor-Pasar Minggu yang sebelumnya via Pasar Rebo
mulai bergeser menjadi via Kelapa Dua. Jika bis kota dari Jakarta (Cililitan)
hanya sampai di Depok Timur (via Simpangan), maka trayek  Pasar Minggu-Depok  diisi oleh bis Miniarta. Namun trayek bis
Miniarta ini tidak sampai ke Depok Timur, melainkan menggunakan jalur memutar
ke arah Jalan Dewi Sartika atau Jalan Arif Rahman Hakim dan mangkalnya di Jalan
Nusantara dekat Simpang Lima. Sementara itu, bis Miniarta trayek Bogor-Pasar
Minggu, selain via Kelapa Dua juga ada yang melalui Jalan Siliwangi. Dengan
demikian, arus lalu lintas Jalan Margonda semakin ramai.



Bangunan toserba Ramanda (pada masa ini)

Pada
awal tahun 1990an terminal bis Depok dibangun. Pembangunan terminal ini
diintegraskan dengan pengembangan rel ganda Bogor-Jakarta dan pembangunan stasion kereta api yang kemudian disebut
sebagai Stasion Depok Baru. Dengan adanya terminal bis ini maka semua bis yang
mangkal di Jalan Nusantara dialihkan ke dalam terminal, sementara bis-bis
trayek Bogor-Pasar Minggu via Depok Timur harus melalui terminal. Selanjutnya
dalam perkembangannya muncul trayek bis kota Jakarta-Depok dan lambat laun bis
kota Cililitan-Depok Timur menghilang. Sejak adanya terminal ini, arus lalu
lintas Jalan Margonda semakin ramai. Dengan mulainya bermunculan
perumahan-perumahan swasta  di Depok
(Perumahan Depok Indah di Jalan Margonda, Perumahan Arco di Sawangan dan
Perumahan Timah di Kelapa Dua) serta semakin banyaknya mahasiswa UI yang
memilih tinggal di Depok (khususnya sepanjang Jalan Margonda) maka era pasar
modern dimulai (menjadi pesaing pasar tradisional di Jalan Dewi Sartika dan Jalan
Nusantara). Pasar modern yang muncul pertama adalah Agung Shop di Jalan Arif
Rahman Hakim (dekat stasiun Depok Baru) dan Ramanda di pertigaan Jalan
Margonda-Jalan Arif Rahman Hakim. Singkat cerita, dengan berjalannya waktu popularitas Depok Lama,
Kota Lama semakin memudar digantikan oleh bersinarnya Depok Baru, Kota Baru sebagai ‘downtown’ Kota Depok (Dikompilasi dari berbagai sumber oleh Akhir Matua Harahap). 

   

————————————-

*Kota
Administratif Depok (PP 43/1981):

Kecamatan
Pancoran Mas terdiri dari enam desa, yaitu: Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa
Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, dan Desa Rangkapan Jaya Baru.



Kecamatan
Beji terdiri dari lima desa, yaitu: Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok
Cina, Desa Tanah Baru, dan Desa Kukusan.



Kecamatan
Sukmajaya terdiri dari enam desa, yaitu:
 Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa
Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, dan Desa Kalimulya.
      



, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top