
De
beklimming van den berg Ophir, door L. Horner, medegedeeld uit eetien brief aan
H. L. Ostiioff. Setelah tinggal di Parit Batoe pada tanggal 9 Mei, saya yakin
bahwa saya dapat mendaki Ophir yaitu, atau puncaksebelah timur, yang disebut Gooenoeng
Telamau disini. Puncak sebelah barat, setidaknya setengah lebih rendah, disebut
Goenoeng Passaman. Tidak ada seorang pun, baik Melayu atau Eropa, yang memanjatnya.
Dikatakan seorang Malim (guru agama) yang mencoba mengirim doanya kepada Tuhan
disana, tetapi harus menahan diri darinya. bahwa ada di atas danau kecil
{Telaga}, penuh ikan, bahwa ikan ini sangat mudah ditangkap dan bahkan dapat
direbus dan dimakan, tetapi begitu seseorang ingin memakannya, mereka meloncat kembali
ke danau. Kepala daerah yang paling setuju bahwa gunung di sisi utara harus
didaki, kebetulan di Parit Batoe seorang pria yang memiliki ladang (sawah
kering) di kaki gunung, dekat kampung Sawa lima jam di timur laut, dari Parit
Batoe. Jalur ini dulunya untuk menjerat kambing liar (antelope suraatrensis)
yang memanjat gunung dengan baik, dan berpikir lebih baik naik lebih tinggi
lagi. Letnan Donleben, komandan distrik Ophir, yang ingin sekali mendaki gunung
yang terkenal ini, segera memerintahkan para kepala kampung di pagi hari di
kampung Sawa berkumpul….dst.
Eropa dan enam laki-laki. Lalu bermalam di suatu rumah penduduk. Esoknya pukul
setengah delapan (tanggal 31 Mei) berangkat lagi yang diikuti oleh hampir 100 pria
yang ikut serta. Lalu bermalam di hutan. Pada pagi hari mulai melakukan
perjalan pada tanggal 32 Mei. Bermalam lagi di ketinggian yang berlumut dan
dingin. Hari berikutnya tanggal 33 Mei, Bermalam lagi. Kemudian dilanjutkan
pada pagi tanggal 34 Mei. Kami bisa melihat lembah Bondjol dan Rao. Pukul 4
sore kami telah mencapai puncak tertinggi, Termometer menunjukkan 708 R.
Ketinggi 2.927 meter. Sejauh ini Ophir telah dianggap jauh lebih tinggi dari
yang sebenarnya. Esoknya kami tetap di atas sampai tengah hari, berharap sinar
matahari akan mengusir awan. Ada beberap kawaha yang yang sudah berisi air.
Bekas aliran lava dimana-mana, tidak ditemukan baru apung. Saya menemukan
kerangka Siamang, Tampaknya dia mendahului saya, tetapi tidak jelas apa yang
menjadi tujuannya naik hingga ke puncak gunung ini. Melihat kerangkanya yang
tidak rusak, kecil kemungkinan dibawah burung pemangsa. Kemungkinan dia
melakukan pengasingan kesini, karena Siamang hanya kami dengar suaranya pada
ketinggian 5000 kaki di bawah sana.
saya meninggalkan botol kosong dengan kertas di dalamnya dengan tanggal dan
semua nama pendaki Ophirs yang sampai di puncak tertinggi, saya memerintahkan semua
untuk turun kembali. Kami bermalam. Keesekan harinya tanggal 35 Mei kami
melajutkan penurunan dan pukul tiga sore kami tiba di kampong Sawa lagi. Pada
pagi hari tanggal 36 Mei pukul delapan saya sudah menuju Parit Batoe dan tiba
bukul 11 di Parit Batoe.
lengkapnya
lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.