*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Lio atau Sara Lio adalah bahasa
yang digunakan suku Lio. Penuturnya terdapat di pulau Flores, tepatnya di
sebagian besar wilayah Kabupaten Ende dan bagian barat Kabupaten Sikka. Bahasa
ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Suku
Lio adalah suku tertua dan terbesar di Pulau Flores. Suku masih memegang teguh
tradisi dan budaya warisan leluhur. Populasi masyarakat Lio mendominasi hampir
85 % wilayah kabupaten Ende. Suku Lio juga menempati bagian barat wilayah
Kabupaten Sikka. Dahulu diceritakan suku Lio adalah manusia pertama di wilayah
Ende Lio turun dari gunung Lepembusu di kawasan pemukiman desa Wolotolo. Suku
Lio di desa Wolotolo dipimpin oleh empat Mosa Laki (kepala suku) dan tujuh Kopo
Kasa (wakil kepala suku). Keempat kepala suku bertempat tinggal di sao ria
(rumah besar) masing-masing. Suku Lio di Desa Wolotolo memiliki berbagai macam
elemen permukiman adat bangunan mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda
(tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu musu (tugu batu), rate
(kuburan) dan kebo ria (lumbung). Versi lain mengatakan orang Lio awalnya
datang dari Malaka. Nama orang tersebut adalah Lio Laka yang turun di Kecamatan
Wewaria (Pantai Utara Flores Kab. Ende). (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Lio orang Lio
di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Lio dituturkan orang Lio di
pulau Flores. Mosa Laki dan Sao Ria, Sao Keda, Kanga, Tubu Musu, Rate, Kebo Ria.
Lalu bagaimana sejarah bahasa Lio orang Lio di pulau Flores? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Lio Orang Lio di Pulau Flores; Mosa Laki dan
Sao Ria, Sao Keda, Kanga, Tubu Musu, Rate, Kebo Ria
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mosa Laki dan Sao Ria, Sao Keda, Kanga, Tubu Musu,
Rate, Kebo Ria: Terbentuknya Bahasa Lio
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.