Sejarah

Sejarah Bahasa (226): Bahasa Manipa Pulau Manipa di Maluku; Kapiten Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa
Manipa adalah bahasa Austronesia dari Indonesia bagian timur. Ini terutama
digunakan di pulau Manipa, yang terletak di antara pulau Buru dan pulau Seram. Pulau
Manipa adalah sebuah pulau di kabupaten Seram Bagian Barat, terletak 8 km lepas
pantai barat pulau Kelang di ujung barat Pulau Seram dan 25 km lepas pantai
barat Buru. Penduduknya berbicara dalam bahasa Manipa, serta bahasa Indonesia
dan Melayu Ambon.


Suku
Manipa adalah kelompok etnis yang berasal dari Pulau Manipa di Maluku. Secara
administratif, wilayah yang dihuni suku Manipa termasuk kedalam kecamatan kepulauan
Manipa. Suku ini berkerabat dengan suku Wemale di dataran utama pulau Seram,
khususnya di pesisir utara Seram Bagian Barat. Kapitan Jonker, seorang
bangsawan lokal dan serdadu VOC yang terkenal berasal dari suku Manipa. Jonker
lahir di Manipa tahun 1620, dengan nama Achmad Sangadji Kawasa. Sangaji jabatan
penguasa lokal di kepulauan Maluku. Masyarakat Manipa terikat budaya Haikalima
dan Henaluaka. Budaya ini mengikat masyarakat yang memiliki bahasa dan karakter
yang berbeda dalam satu jalinan persaudaraan. Diantara masyarakat suku Manipa
dan pendatang Buton juga lazim terjadi pernikahan, khususnya antara laki-laki
Buton dan perempuan Manipa. Setelah menikah, laki-laki suku Buton tersebut
kemudian akan menyandang marga suku Manipa
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Manipa di pulau
Manipa di Maluku? Seperti disebut di atas bahasa Manipa dituturkan di pulau
Manipa. Kapiten Jonker dan pemimpin pulau Manipa Sangadji Kawasa. Lalu
bagaimana sejarah bahasa Manipa di pulau Manipa di Maluku? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Manipa di Pulau Manipa di Maluku; Kapiten
Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa  

Sejarah (pulau) Manipa pada masa ini terkesan hanya
dihubungkan dengan nama Kapiten Jonker saja. Tidak ada yang coba memperhatikan
bahasa yang digunakan di pulau Manika. Tentu saja banyak aspek yang perlu
diketahui tentang pulau Manipa. Sekali lagi, pada masa kini narasi sejarah
selalu mereduksi hanya pada satu hal tertentu. Seharusnya lebih dari itu. Satu
yang jelas nama Manipa adalah nama pulau yang sudah lama dikenal.


Nama pulau Manipa sudah terinformasikan pada era Portugis, sudah
diidentifikasi dalam peta-peta navigasi pelaut Portugis. Dalam teks Negarakertagama
(1365) yang sudah terinformasikan adalah nama-nama Muar (kini Saparua), Ceran (kini
Seam), Ambwan (kini Ambon), Wandan (kini Banda), Huta Kadali (kini Kayeli/Buru)
dan Maloko (kini Ternate). Boleh jadi nama-nama itu disebut karena kota yang sangat
dikenal sebagai pusat perdagangan penting. Tidak disebut nama Manipa. Nama
Manipa baru terindentifikasi pada era Portugis (sejak 1511). Setelah satu abad,
Portugis terusir dari Maluku Ketika pelaut Belanda menaklukkan benteng Portugis
di Amboina pada tahun 1605.

Pada era Belanda/VOC pulau Manipa tetap menjadi penting.
Gubernur Amboina menjadi salah pula/wilayah yang dikunjungi pada tahun 1652.
Wilayah Manipa, dan pulau-pulau di sekitar seperti Boano dan Kelang berada di
bawah yurisdiksi Kerajaan Ternate. Oleh karena adanya perselisihan antara Kerajaan
Gowa (di selatan Sulawesi) dan kerajaan Ternate, pada akhirnya VOC/Belanda mulai
bekerjasama dengan kerajaan Ternate. Demikian juga VOC bekerjasama dengan
kerajaan Boeton. Perselisihan Gowa dan Ternate terutama di Teluk Kendari (timur
Sulawesi) dan di Teluk Donggala (barat Sulawesi)


Dengan kekuatan VOC/Belanda dan kerajaan Ternate, pengaruh Spanyol yang bercokol
di pulau-pulau utara termasuk pulau Ternate diusir setelah terjadi beberapa
perang di beberapa tempat. Pada tahun 1657 sisa Spanyol di wilayah Manado
diusir yang lalu kemudian wilayah Manado dan pulau-pulau Sangir Talaud di bawah
kerajaan Ternate. Spanyol kemudian sepenuhnya menyingkir dan terkonsentrasi di
Filipina.

Setelah VOC/Belanda semakin kuat di Maluku/Boeton
dan Nusa Tenggara (Bima), praktis wilayah perdagangan kerajaan Gowa terjepit.
Perselisihan lama antara VOC/Belanda dengan salah satu pangeran Gowa diapungkan
yang kemudian menjadi pemicu terjadinya Perang Gowa. Pasang surut yang dicapai
antara kedua belah pihak hingga perang besar yang terjadi tahun 1669 melumpuhkan
kerajaan Gowa. Tamat sudah kerajaan Gowa. Kerajaan Ternate naik menjadi adikuasa
di wilayah timur Hindia Timur. Dalam konteks inilah nama Kapiten Jonker dari
pulau Manipa cukup menonjol (idem dito dengan Aroe Palaka dari Bone).


Setelah kunjungan Gubernur Amboina ke Manipa pada tahun 1652, nama Manipa
semakin penting. Nama Manipa dicatat di Kasteel Batavia tahun 1661 dan nama
Jonker di Mindanao (lihat Daghregister 23-05-1661). Ini mengindikasikan penduduk
pulau Manipa menjadi mitra srrategis VOC/Belanda. Dalam perkembangannya (kapiten)
Jonker diberikan gaji 20 dolar Spanyol sebulan (lihat Daghregister 12-03-1665).
Setelah Perang Gowa Jonker menjadi komisi VOC dengan naman Sengadjie Cawasse
Jonkers yang mana ayahnya Sengadjie Cawasse (lihat Daghregister 26-02-1674).
Setelah terjadi kerusuhan di Bantam, Jonker diketahui diberikan lahan di
Tjilintjing/Tandjoengpoera (lihat Daghregister 28-10-1678). Catatan:Sangaji adalah nama gelar (sebutan) pemimpin yang ditemukan di wilayah Maluku seperti di Manipa dan Saparoea. Nama terawal Sangadji (Sang Hadji) ditemukan dalam prasasti-prasasti di Padang Lawas (Tapanoeli) pada abad ke-14.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kapiten Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa:
Pulau Manipa Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel
sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top