Sejarah

Sejarah Bahasa (231):Dialek Bahasa Melayu Maluku di Wilayah Bahasa di Papua; Bahasa Batak-Melayu Wilayah Bahasa Bagian Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa
Melayu Papua atau dalam keseharian masyarakat sering disebut dengan Bahasa
Papua adalah bahasa yang dituturkan di Papua, Indonesia. Jumlah penuturnya kini
mencapai sekitar 500.000 dan cenderung meningkat. Bahasa Melayu Papua dianggap
mirip dengan bahasa Melayu Ambon dan bahasa Melayu Manado.


Menjejaki
Bahasa Melayu Maluku di Papua: Kerangka Pengenalan. Sukardi Gau. Kantor Bahasa
Provinsi Gorontalo, Indonesia. Abstrak. Meskipun sudah lama diketahui oleh
komunitas sarjana global bahwa sejarah bahasa Melayu modern mulai dijejaki di
Indonesia Timur (lihat Collins 1982, 1996b, 2010), tetapi perhatian sebagian
sarjana mengenai sejarah maupun wujudnya bahasa Melayu di Papua rupa-rupanya
masih kurang mendapat perhatian dan tumpuan yang memadai. Bukan saja menyangkut
kurangnya sumber literatur yang cukup tetapi juga mengenai rendahnya minat
perhatian para sarjana untuk menyelami dan mengkaji kompleksitas bahasa Melayu
di Papua. Oleh karena itu, pada bagian ini ada dua aspek akan diperbincangkan. Pertama,
varian Melayu Papua sebagai Cabang Bahasa Melayu Maluku. Kedua, jalinan
linguistik dan jalinan historis antara Papua dan Kepulauan Maluku akan
ditelusuri pula.
(http://mlc.alc.nie.edu.sg/docs/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu Maluku
di wilayah bahasa di Papua? Seperti disebutkan di atas bahasa Melayu mengalir
dari barat ke timur hingga Papua. Bahasa Batak bahasa Melayu di wilayah bahasa bagian
barat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melayu Maluku di wilayah bahasa di Papua? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Melayu Maluku di Wilayah Bahasa di Papua; Bahasa Batak Bahasa Melayu di Wilayah Bahasa Bagian Barat

Bagaimana bahasa Melayu mencapai wilayah Maluku dan
wilayah pesisir Papua (pantai barat dan pantai utara)? Pertanyaan ini sulit
dijelaskan jika belum bisa menjawab pertanyaan: Bagaimana bahasa Melayu terbentuk?
Dengan demikian akan muncul dua pertanyaan: Bagaimana bahasa Melayu terbentuk
di masa lampau di satu waktu, bagaimana terbentuk bahasa mirip bahasa Melayu di
wilayah pesisir Papua di waktu yang lain.


Salah satu catatan terawal tentang bahasa di nusantara adalah prasasti-prasasti
yang ditemukan di pantai timur Sumatra. Dalam prasasti Kedukan Bukit (682 M)
ada beberapa aspek bahasa yang dapat diperhatikan: kosa kata vulan (bulan?), vanua
(banua?), kata depan (dari), imbuhan ma/mar dalam manalap (mangalap), marlapas,
mamava (mamawa), marvuat (marbuat) dan imbuhan di dalam ‘di samvau’. Akhiran na
dalam vanakna (banyaknya?). Sinonim imbuhan di adalah ni (lihat prasasti Kota
Kapur). Sebutan bilangan dua laksa, duaratus, sarivu tlurātus sapulu dua. Dalam
hal ini ribu dan ratus sudah dikenal. Jika satuan adalah sa (satu), dua, tlu (tolu/tiga)
dan sapulu (sepuluh). Lalu bagaimana dengan sebutan belasan? Apakah itu ‘sapulu
dua’? Sapulu dua (10-2 jadi 12 (dua belas?). Jika sa menjadi se dalam bahasa
Melayu, apakah sa adalah kata yang muncul lebih awal (bahasa asli?). Demikian juga
dengan imbuhan ma/mar yang dalam bahasa Melayu menjadi me/ber. Oleh karena
masih ada dalam bahasa-bahasa sekarang untuk sa, tlu/tolu, awalan ma/mar dan di
serta akhiran na, haruslah diartikan bahwa bahasa Melayu terbentuk kemudian.
Bahasa pendahulu (predecessor) adalah bahasa-bahasa yang masih menggunakan kosa
kata, imbuhan awalan dan akhiran tersebut di atas hingga masa kini. Dalam hal
ini, tentu saja, awal bahasa Melayu tidak muncul tiba-tiba (secara random)
tetapi hasil dari proses transformasi dari bahasa-bahasa yang sudah ada (dan
masih eksis hingga ini hari). Dalam konteks masa kini bahasa Indonesia dapat dikatakan
berasal dari bahasa Melayu dan bahasa Melayu sendiri terbentuk dari
bahasa-bahasa daerah (di Sumatra).   

Bukti keberadaan bahasa Melayu terawal, paling tidak
berdasarkan prasasti Kedukan Bukit (682 M) ditemukan di pantai timur Sumatra. Tentang
(kosa kata) bahasa dalam prasasti konteksnya sudah ada kerajaan sebagai wujud
peradaban maju. Disebutkan dalam teks prasasti ada pasukan yang banyak yang
menggunakan sampan (kapal?). Penggunaan sampan/kapal ini dapat diperhatikan
dalam prasasti Kota Kapur (686 M) yang mana pasukan menuju Jawa.


Prasasti Kedukan Bukit dan Kota
Kapur disebut ditulis dalam aksara Pallawa. Pertanyaannya: Apakah aksara
Pallawa sebagai aksara terawal di nusantara? Pada tahun 1927 Schröder,
seorang Jerman menemukan ada kemiripan aksara Funisia dengan aksara Batak
(lihat A Phoenician Alphabet on Sumatra by EEW Gs Schröder ini Journal of the
American Oriental Society, Vol. 47, 1927). Sebagaimana diketahui bangsa Fenisia
atau Funisia (Phoenices) adalah bangsa kuno yang pernah menguasai pesisir Laut
Tengah. Mereka berasal dari wilayah Timur Tengah, atau sekarang Lebanon dan
Suriah. Penemuan aksara oleh Schröder tentulah menarik perhatian dunia
internasional di bidang linguistic dan aksara. Jarak antara Laut Tengah dan
pantai barat Sumatra sangat berjauhan. Selama ini dipahami bahwa dari dua
kelompok aksara Semit Utara yang terdiri dari aksara Aramee dan aksara Fenesia.
Aksara Aramee diduga yang menurunkan aksara Jawa melalui aksara Pallawa dan ke
atas aksara Brahmi. Sedangkan aksara Fenesia (silabis) menurunkan aksara Yunani
(alfabet) hingga ke aksara Latin. Jika kesimpulan Schröder benar bahwa aksara
Fenesia mirip bahasa Batak, maka aksara-aksara di nusantara berasal dari sumber
yang berbeda. Seperti disebut di atas, aksara Jawa di satu sisi dan aksara
Batak di sisi lain. Pada masa ini aksara Batak mirip dengan semua aksara di
Sumatra di Sulawesi, Filipina dan Maluku. Aksara Jawa atau yang mirip hanya
terbatas di Jawa, Bali dan Lombok. Pertanyaannya: Apakah aksara Batak lebih tua
dari aksara Pallawa? Penulisan angka/bilangan bahasa Batak (garis dan bidang) mirip
bahasa Latin/Romawi. Dalam perkembangannya alsara Romawi mengadopsi penulisan
bilangan Arab.

Bahasa dan aksara saling terkait. Bahasa lisan ditulis
(tertulis) dengan menggunakan aksara. Teks dalam prasasti adalah bukti tertua
tentang bahasa dan aksara. Daftar aksara Batak disebut Ina ni Surat (ibu dari
tulisan). Ina adalah kosa kata elementer dalam bahasa Batak (ayah=ama). Kosa
kata ina dan ama tidak ditemukan di Jawa (serta Bali dan Lombok), tetapi
ditemukan di pantai utara Kalimantan, pulau-pulau Filipina (termasuk Tagalog),
Formosa (Taiwan), Sulawesi, Maluku hingga kepulauan Aru dan Timor/Flores. Apakah
ini mengindikasikan sebelum bahasa Melayu menyebar ke timur (Maluku dan Papua),
sudah ada bahasa yang lebih awal menyebar?


Dalam memahami bahasa-bahasa di Maluku (dan Papua) haruslah terlebih
dahulu memperhatikan bahasa-bahasa asli/bahasa local (bahasa yang terbentuk
lebih awal). Kosa kata bahasa asli dapat diasumsikan adalah kosa kata yang digunakan
dalam bahasa local tetapi tidak memiliki padanan di tempat lain (dalam arti
luas). Untuk itu yang pertama dipisahkan kosa kata yang mirip bahasa
Melayu/Indonesia. Sisanya dipisahkan kosa kata yang tidak mirip bahasa Melayu,
tetapi memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa lainnya di wilayah yang berbeda.
Dengan demikian, sisa kosa kata yang unik (dan hanya digunakan setempat) diduga
yang menjadi sisa bahasa asli. Semakin sedikit jumlahnya mengindikasikan bahasa
asli semakin punah karena lebih banyak kosa kata yang eksis bersumber (dipinjam)
dari bahasa lain. Sebaliknya, jika kosa kata bahasa Melayu semakin sedikit di dalam
bahasa-bahasa yang diperhatikan (di Maluku, terutama di Papua), maka pengaruh
bahasa Melayu semakin keci;/lemah. Mulailah dari kosa kata elementer.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Batak Bahasa Melayu di Wilayah Bahasa Bagian
Barat: Kerajaan Aru dan Navigasi Pelayaran Perdagangan Nusantara

Kosa kata beta tidak ditemukan di wilayah Papua
(lihat
Sukardi
Gau
). Kita mulai dari sini untuk memahami bahasa Melayu di wilayaj Papua. Pertanyaannya:
seberapa tua kosa kata beta? Beta adalah kita, Penggantian saya (ahu) dalam
bahasa Batak umumnya menjadi hita. Dalam bahasa Batak hamu untuk menyatakan
engkau/kamu. Hita dan hamu adalah untuk kesopanan umum dalam bahasa Batak
Apakah demikiam kata beta (kota) dalam bahasa Ambon?


Kosa kata beta sudah dicatat oleh Cornelis de Houtman di Madagaskar dalam laporan navigasi pertamanya yang diberi judul Journael vande reyse der
Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende
vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt
aengeteeckent, …1598
. Ini mengindikasikan bahwa kosa kata beta sudah lama, karena kosa kata
ini eksis di Madagaskar tahun 1596.

Bagaimana bahasa nusantara ini mencapai sejauh itu?
Besar kemungkinan karena jalur perdagangan orang Moor dan orang Portugis dari
Eropa ke musantara.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top