*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Amungme mendiami wilayah kaya akan sumber emas di dataran tinggi Papua di
kabupaten Mimika dan Puncak Jaya. Suku Amungme berasal dari Lembah Baliem. Suku
Amungme percaya bahwa mereka adalah makhluk pertama dari terciptanya manusia. Suku Amung (juga dikenal sebagai Amui,
Hamung, Amuy, Uhunduni, atau Amungme) adalah kelompok etnis dengan populasi
sekitar 17.700 orang yang tinggal di dataran tinggi provinsi Papua Tengah.
Kata
Amungme memiliki arti “orang Amung”. Suku Amung tinggal di beberapa
lembah di Kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak Jaya, seperti lembah Noema,
Tsinga, Hoeya, Bella, Alama, Aroanop, dan Wa, maupun di dataran rendah Agimuga
dan Timika. Sebagian kelompok yang menetap di lembah Beoga disebut suku Damal
(berdasarkan sebutan dari suku Dani). Bahasa mereka yang disebut oleh beberapa
peneliti sebagai bahasa Uhunduni memiliki beberapa dialek, di wilayah bagian
selatan disebut Amung-kal sedangkan bahasa mereka di daerah utara disebut
Damal-kal (dituturkan oleh suku Damal). Selain itu, mereka juga memiliki bahasa
simbolik yang disebut Aro-a-kal dan Tebo-a-kal. Bahasa Tebo-a-kal hanya
diucapkan di daerah yang dianggap keramat. Dapat diketahui “Damal”
adalah istilah yang diberikan oleh suku Dani, sedangkan “Uhunduni”
adalah sebutan oleh suku Moni. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Amungme di
Mimika dan Puncak Jaya di jantung pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa
Amungme di wilayah jantung pulau Papua. Puncak Cartenz, Ertsberg, Grasberg. Lalu
bagaimana sejarah bahasa Amungme di Mimika dan Puncak Jaya di jantung pulau
Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Amungme di Mimika dan Puncak Jaya di Jantung
Pulau Papua; Puncak Cartenz, Ertsberg, Grasberg
Tunggu deskripsi lengkapnya
Puncak Cartenz, Ertsberg, Grasberg: Amungme
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.