*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Asilulu adalah salah satu bahasa daerah
di Maluku khususnya di sekitar Kota Ambon (pulau Seram, pulau Sapatua, pulau
Haruku dan pulau Nusalaut). Bahasa Asilulu terdiri dari sejumlah dialek (perbedaan
antara 50-75 persen). Bahasa Asilulu berbeda dengan bahasa Luhu dan bahasa Saleman
((perbedaan 80 persen atau lebih).
Bahasa
Asilulu adalah salah satu bahasa daerah di Maluku. Bahasa ini dituturkan di
barat laut pulau Ambon, khususnya di Negeri Asilulu, Ureng, dan Negeri Lima;
serta beberapa negeri di Semenanjung Huamual dan pantai selatan Seram Bagian
Barat. Bahasa Asilulu setidaknya terdiri dari 15 dialek dengan perbedaan antar
dialeknya berkisar antara 52% sampai 77% berdasarkan penghitungan
dialektometri. Kelima belas dialek tersebut adalah sebagai berikut: (1)
kabupaten Maluku Tengah: Hatuhaha
dituturkan di pulau Haruku, Siri Sori dituturkan di Saparua Timur; Tanah
Titawai dituturkan di Nusa Laut; Asilulu-Leihitu dituturkan di Leihitu; Hitu
dituturkan di Leihitu dan Hila; Tulehu dituturkan di Salahutu; Amahai
dituturkan di Amahai; Sepa dituturkan di Amahai; Tamilow dituturkan di Amahai; Tehoru
dituturkan di Tehoru; Huaulu dituturkan di Seram Utara; Koa (Manusela)
dituturkan di Seram Utara; Kaitetu dituturkan di Leihitu; Kota Ambon: Laha
dituturkan di Laha, Teluk Ambon; Kabupaten Seram Bagian Barat: Elpaputih
dituturkan di Elpaputih (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Asilulu dan
Ambon sejak era navigasi pelayaran? Seperti disebut di atas bahasa Asilulu di wilayah
Ambon sekitar. Bahasa Maluku Asilulu, Saparua, Hila, Haruku, Nusalaut. Lalu bagaimana
sejarah bahasa Asilulu dan Ambon sejak era navigasi pelayaran? Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Asilulu dan Ambon Era Navigasi Pelayaran;
Bahasa Maluku Asilulu, Saparua, Hila, Haruku, Nusalaut
Asilulu bukanlah nama baru. Nama Asilulu sudah
disebut dalam laporan VOC (Ambon 1647 door JE Heeres). Sejak pelaut Belanda
menaklukkan Portugis di Ambon pada tahun 1605, benteng kemudian dijadikan
Belanda sebagai pos perdagangan. Pada tahun 1638 Gubernur Jenderal VOC (yang
telah berkedudukan di Batavia) melakukan kontrak dengan kerajaan Ternate.
Dalam kontrak tersebut dinyatakan melarang semua orang asing dari posisinya
diperbolehkan berada di semua tempat yang telah disebutkan sebelumnya, kecuali empat
negeri orang Moor, Ourien, Assaloulo, Larique dan Waeeassive, dan tiga negeri
orang Christian di Alangh, Lilleboy dan Hatou. Negeri Assaloulo kini dikenal
sebagai Asilulu. Distribusi penduduk (Schets van de Residentie Amboina door EWA Ludeking,
1856)
Asilulu awalnya adalah negeri orang Moor, orang beragama
Islam yang berasal dari Afrika Utara di lait Mediterania. Orang Moor adalah
pelaut ulung dan yang menjadi pedagang antara Eropa dan Hindia Timur bahkan
jauh sebelum kehadiran pelaut-pelaut Portugis.
Dalam teks Negarakertagama (1365) ada dua tempat yang disebut dengan nama
yang sama yakni Muar (Moor, Moear, Muar). Ada nama Muar di pantai barat
semenanjung Malaya dan di Maluku dimana kemudian disebut pulau Saparua. Diduga
karena banyaknya orang Moor di Hindia Timur (terutama di selat Malaka), utusan
Moor yang berasal dari Tunisia, Ibnu Batutah berkunjung ke Sumatra pada tahun 1345.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Maluku Asilulu, Saparua, Hila, Haruku, Nusalaut:
Teks Negarakertgama 1365
Sejak kapan bahasa Melayu terbentuk di Ambon? Yang
jelas di wilayah Ambon, Seram, Haruku dan Saparua sudan lama terbentuk bahasa-bahasa.
Bahasa Melayu dalam hal ini adalah linguafranca jauh sebelum, kehadiran pelaut
Portugis (1511). Untuk memahami Asilulu dan bahasa-bahasa di wilayah sekitar
haruslah dapat diperbandingkan.
Dalam bahasa Melayu Ambon kosa kata beta diartikan saya (lihat Bijdragen
tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1877). Sementara saya
dalam bahasa Asilulu adalah au (sama dengan di dalam bahasa Hila). Ibu dan ayah
(Melayu) dalam bahasa Asilulu dan Hila adalah ina dan ama. Sebutan bilangan
tujuh dan sepuluh (Melayu) dalam bahasa Asilulu dan bahasa Hila adalah itu dan
husa. Lalu untuk sebutan bilangan tujuh belas dalam bahasa Asilulu dan Hila adalah
husa la itu. Sejumlah kosa kata tersebut, bahasa Asilulu dan bahasa Hila lebih
mirip bahasa Batak daripada bahasa Melayu. Mengapa? Yang jelas kosa kata
tersebut adalah kosa kata elementer dalam bahasa-bahasa.
Bahasa Melayu Ambon adalah bahasa yang terbentuk baru
di Ambon, yang merupakan campuran bahasa Melayu, bahasa-bahasa Eropa (Portugis
dan Belanda) dan bahasa-bahasa setempat. Bahasa setempat ini masih lestari di
sekitar Ambon yang disebut Bahasa Tanah (Laandtaal). Bahasa Tanah ini meliputi
bahasa Asilulu, Hila, Haroekoe, Saparoea dan Noesa Laoet. Berdasarkan pencatatan
yang dilakukan EWA Ludeking (1856), selain bahasa Melayu di Ambon, bahasa tanah
meliputi bahasa-bahasa: Baroemerah, Allang, Waay, Hitoelama-Larike, Asiloeloe,
Noesalaoet, Saparoea, Haroekoe, Kajeli, Alifoeroe, Hotoewe dan lainnya. EWA
Ludeking juga membuat daftar kosa kata menurut bahasa-bahasa tersebut (yang
dapat diperbandingkan).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak
1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta
Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun
di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis
artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang,
utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.