Sejarah

Sejarah Bahasa (30): Bahasa Bintauna dan Bahasa Kaidipang di Semenanjung Sulawesi Utara; Bahasa-Bahasa Bolaang Mongondow


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kaidipang
adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. Kecamatan
ini memiliki 15 desa: Boroko, Bigo, Kuala, Pontak, Inomunga, Solo, Komus II, Boroko
Timur, Kuala Utara, Boroko Utara, Bigo Selatan, Inomunga Utara, Komus II Timur,
Soligir dan Gihang. Bintauna merupakan salah satu kecamatan Bintauna di kabupaten
Bolaang Mongondow Utara, provinsi Sulawesi Utara.


Bahasa
Bintauna adalah bahasa yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Filipina yang
dituturkan di Sulawesi Utara. Penutur bahasa ini sekitar sepuluh ribuan menurut
Sensus Penduduk Indonesia 2000.
Bahasa Kaidipang adalah sebuah bahasa
Austronesia yang dituturkan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi
Utara. Kebanyakan dari penutur bahasa ini adalah Suku Kaidipang. Bahasa
Kaidipang termasuk ke dalam rumpun bahasa Gorontalik. Penutur bahasa ini dapat
ditemukan di seluruh kabupaten Bolaang Mongondow Utara, serta di desa Ayong,
Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dan desa Imana dan Gentuma, Gorontalo Utara,
Gorontalo. Catatan mengenai bahasa Kaidipang sudah ada sejak abad ke-19, yaitu
berupa teks dan leksikon atau daftar kosakata. Terdapat dua dialek bahasa
Kaidipang, yaitu: Dialek Bolangitang (Aparu Bulangita) dan Dialek Kaidipang
(Aparu Keidupa). Perbedaan kedua dialek ini hanya pada bidang leksikal atau
kosakata saja, sedangkan bidang fonologi dan gramatikalnya sama
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bintauna dan bahasa
Kaidipang di semenanjung Sulawesi Utara? Seperti disebut di atas, bahasa
Bintauna dan bahasa Kaidipang dibedakan. Bagaimana bahasa-bahasa di Bolaang
Mongondow? Lalu bagaimana sejarah bahasa Bintauna dan bahasa Kaidipang di semenanjung
Sulawesi Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Bintauna dan Bahasa Kaidipang di Semenanjung
Sulawesi Utara; Bahasa-Bahasa di Bolaang Mongondow

Nama Kaidipang paling tidak sudah dicatat sejak era VOC oleh Francois Valentijn dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1726. Valentijn mencatat nama-nama tempat yang masuk
wilayah yurisdiksi kerajaan
Ternate antara Manado
hingga Kajeli (kini teluk Palos)
yakni Amoera,
kerajaan Boelan ibu kota di Boelan, Auwn atau Aja, kerajaan Caudipan dengan dua
kampong besar Dauw en Boelan Itam, Bwool atau Bool, kampong Tontoli, dan
kampong Dondo.


Nama Kaidipang jelas bukan nama-nama baru. Nama Kaidipang oleh Valentijn
dicatat Caudepan sebagai suatu kerajaan. Di wilayah kerajaan paling tidak diidentifikasi
dua kampong besar yakni Dauw dan Boelan Itam. Bagaimana dengan nama Bintauna?

Hingga satu abad kemudian
nama Kaidipang masih eksis.
Pada tahun 1850 Pemerintah Hindia Belanda
mengirim ekspedisi di pulau Sulawesi dengan dua kapal angkatan laut Argo dan
Bromo (lihat Nederlandsche staatscourant, 22-10-1850). Nama-nama lanskap di
pantau utara Sulawesi dicatat Bolang Mogondo, Bolang Banka, Bintaona,
Bolongietam en Kaijdipan.
Dalam hal ini nama Bintauna sudah terinformasikan. Nama Kaidipang saling
menggantikan dengan nama Bolang Itam.


Maandberigten voorgelezen op de maandelijksche bedestonden van het
Nederlandsch Zendeling-genootschap, betrekkelijk de Uitbreiding van het
Christendom, bijzonder onder de heidenen, 1833: ‘Gubernur Ambon melakukan
kunjungan ke Sulawesi di Menado, Liekupang, Kema, Amurang, Tanawangko, Bolang,
Bintaoene, Bolang Itam’. Catatan: setelah kunjungan Gub
ernur lalu kemudian wilayah dipisahkan dari Residentie Ternate
dengan membentuk Residentie Manado.

Bahasa-bahasa di utara
semenanjung Sulawesi mulai terinformasikan setelah misionaris ditempatkan
Hermaan dan Schwarz di Amoerang. Dalam upaya memulai kontak dengan pendudukan
di berbagai lanskap, mereka kesulitan dalam bahasa. Bahasa-bahasa yang
digunakan berbeda dialek antara satu lanskap dengan lanskap lainnya
(lihat Mededeelingen van wege het
Nederlandsche Zendelinggenootschap (bijdragen tot de kennis der zending en der
taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie
, 1859). Disebutkan ada upaya memperkenalkan bahasa Melayu untuk menjembatani perbedaan
bahasa-bahasa, hal ini
karena selama ini bahasa Melayu sudah banyak dilakukan.


Nama-nama tempat di pantai utara, diduga sudah eksis sejak lama dan dikenal.
Hal ini karena pada fase era Portugis, dari Malaka hingga ke Maluku (Ternate,
Tidore dan Amboina) salah satu jalur navigasi pelayaran perdagangan melalui
pantai utara Borneo dan pantai utara Celebes. Dalam peta-peta VOC (1630-1664) nama
tempat yang didientifikasi adalah Tontoli. Dalam Peta 1695 dari Manado ke arah barat
diidentifikasi nama-nama Bentenang, Amoerang, Gorontalo dan Bolang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa-Bahasa di Bolaang Mongondow: Perkembangan
Bahasa Waktu ke Waktu

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top