Sejarah

Sejarah Bandung (6): Mas Aksan, Situ Aksan; Danau di Westerpark, Tempat Tradisi Peh Tjoen (Dayung Kano)




false
EN-US




























































































































































false
EN-US



























































































































































Pada
masa ini, Situ Aksan dipertanyakan yang dialamatkan pada dua hal. Pertama,
apakah situ Aksan merupakan sisa danau purba yang dikaitkan dengan letusan
gunung Tangkuban Perahu? Kedua, bagaimana danau tersebut terbentuk jika
terbentuknya karena letusan gunung atau tidak.

Pengusaha Pribumi
Bernama Mas Aksan
Jalan pos trans-Java ruang kota Bandoeng sebelah barat
adalah area yang banyak dihuni oleh orang Tionghoa (pecinan) di Bandoeng
(antara Andir dan Kantor Pos). Dia area pecinan ini banyak ditemukan pedagang
Tionghoa.
Pedagang-pedagang
Tionghoa Bandung adalah orang-orang Tionghoa yang berasal dari area pecinan di
Buitenzorg (kini jalan Soerja Kentjana).
Salah satu pribumi yang terkenal di area pecinan Bandoeng
ini sebagai pedagang (pengusaha) adalah Mas Aksan. Dia sebelumnya adalah
lulusan sekolah pejabat pribumi (Bataviaasch nieuwsblad, 11-06-1910). Pengusaha
bernama Mas Aksan ini telah memiliki pabrik (perdagangan) batu bata yang
diproduksi di sekitar Andir.

Pada tahun
1911, Mas Aksan memperluas usahanya di bidang pengolahan kapur di Padalarang
dengan membentuk perusahaan bersama seorang kawannya orang Tionghoa di Bandoeng
(lihat De Preanger-bode, 24-08-1911). Yang menjadi directeur adalah Ang Sioe
Tjiang, handelaar di Batavia, wakil direktur Mas Aksan, kalkbrander di Bandoeng
dan sebagai commissaris adalah Tjoe Tjin Kie, handelaar di Bandoeng. Perusahaan
ini diberi nama N.V. Kalkbranderij ‘Berg’ TAGOGAPOE.
Mas Aksan sendiri awalnya di desa Soeniaradja dan
kemudian tinggal di Pasirkaliki weg (De Preanger-bode, 27-12-1915). Sebagai
pedagang besar, nama Mas Aksan semakin popular. Mas Aksan tidak hanya pengusaha
batu bata dan kapur giling tetapi juga menjadi pemilik tanah yang luas (De
Preanger-bode , 14-09-1912). Mas Aksan dengan kongsi dagangnya kemudian
mendirikan usaha property (De Preanger-bode, 08-08-1918).
Mas
Aksan yang namanya terus meroket di Bandoeng, kemudian dicalonkan menjadi
anggota dewan kota (gemeeteraad). Mas Aksan adalah satu-satunya anggota dewan
kota yang berasal dari pribumi (De Preanger-bode, 26-05-1916).
Mas Aksan  dengan
teman-temannya Tionghoa mendirikan perusahaan baru di bidang perdagangan kapur,
yang mana Mas Aksan yang sudah berumur 40 tahun bertindak sebagai direktur (De
Preanger-bode,     08-07-1921). Sementara
Mas Aksan berjuang di parlemen kota, anaknya juga diterima di sekolah tinggi
teknik (TECHNICAL SCHOOL) Bandoeng bernama R. Moh. Aksan (De Preanger-bode, 11-05-1922).
Kelas di atas R. Moh. Aksan adalah Soekarno (De Preanger-bode, 08-05-1923).
Kapan Situ Aksan
Dilaporkan Kali Pertama?
Nama Sitoe Aksan muncul pertamakali pada tahun 1925 (Bataviaasch
nieuwsblad, 06-01-1925). Nama Sitoe Aksan dalam berita ini menunjukkan nama
kampong. Suatu kampong, dimana Mas Aksan di Andir memulai kiprahnya sebagai
pengusaha batu bata.
Mengapa
namanya Aksan? Sudah barang tentu karena Mas Aksan adalah orang terkenal dan
kesohor di kampong itu.
Lantas mengapa di sebut situ Aksan? Karena situ itu
muncul karena merupakan eks lio yang dimiliki oleh Mas Aksan. Kampong Sitoe
Aksan ini tidak hanya dihuni oleh pribumi tetapi juga oleh orang-orang Tionghoa
(Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1938). Nama kampong Sitoe Aksan yang mengambil
nama tokoh terkenal Bandung, Mas Aksan, boleh jadi kampong ini telah menjadi
urban. Mas Aksan jauh sebelumnya sudah memiliki kenalan dekat dengan
orang-orang Tionghoa.
Mas
Aksan sendiri tetap berkiprah di politik, tetapi kini bukan lagi anggota dewan
kota (gemeenteraad) tetapi beralih menjadi anggota dewan kabupaten
(regenschapraad).  De Indische courant,  05-10-1932 melaporkan regenschap Bandoeng
pertama kali dibentuk tahun 1923 dimana Mas Aksan termasuk salah satu
anggotanya. Pada tahun 1923 jumlah dewan di Hindia Belanda sebanyak 53,
termasuk Gemeete Bandoeng dan Regentschap Bandoeng, Di Residentie Tapanoeli
hanya satu dewan (raad) yang berada di onderfadeeling Angkola en Sipirok.
Tradisi Peh Tjoen
Riwayat kampong Sitor Aksan di era pendudukan Jepang
tidak pernah diberitakan. Nama kampong Sitoe Aksan baru muncul kemudian ketika
Belanda menguasai kembali kota Bandung. Di Sitoe Aksan pada tahun 1947
dilaksanakan suatu pesta orang-orang Tionghoa yang disebut Peh Tjoen.
Tunggu deskripsi lengkapnya

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe.


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top