Sejarah

Sejarah Banten (36): Serang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; Situasi Kondisi di Kota Serang Masa Perang Kemerdekaan RI




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Kota
Serang adalah ibu kota wilayah Banten. Seperti halnya Kota Bogor, Kota Serang
tidak jauh dari Kota Djakarta. Pada saat Proklamasi kemerdekaan Indonesia di
Djakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 beritanya dapat segera didengar. Lalu
kemudian bagaimana situasi dan kondisi Kota Serang pada masa perang kemerdekaan
? Mungkin semua orang menganggap pertanyaan ini boleh
jadi tidak penting-penting amat. Akan tetapi sejarah tetaplah sejarah. Karena
itu pertanyaan ini tetap penting ditanyakan.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi ini ditandai dengan pembacaan teks
Proklamasi oleh Soekarno di Djakarta. Proklamasi ini juga menandai kemerdekaan
bangsa Indonesia dari penjajah. Penjajahan di Indonesia secara defacto dimulai
tahun 1619 ketika VOC (Belanda) memulai koloni di hilir sungai Tjiliwong dengan
mendirikan benteng yang kemudian disebut Casteel Batavia. Koloni yang bermula
di benteng tersebut meluas dengan dimulainya Kota Batavia (Stad Batavia) tahun
1626. Dari ibukota koloni ini kolonialisme dimulai memperluas wilayah koloni
(jajahan) ke seluruh wilayah nusantara, termasuk di kota pelabuhan Banten dan
ibu kota baru Banten di Serang.

Lantas
bagaimana situasi dan kondisi di Kota Serang masa perang kemerdekaan
? Apakah bermula di Serang atau justru berakhir di
Serang
? Dalam konteks pertanyaan kedua inilah pertanyaan
pertama menjadi penting. Pertanyaan yang awaln ya biasa-biasa saja menjadi
pertanyaan yang luar biasa. Okelah kalau begitu. Lalu
bagaimana situasi dan kondisi
di Kota Serang masa perang kemerdekaan
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan
. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan
gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di Jakarta

Pada
tanggal 8 September 1945 utusan Sekutu yang dipimpin Inggris datang ke
Djakarta. Utusan ini datang setelah sebelumnya Soekarno menemui pimpinan Sekutu
di Singapoera (De patriot, 18-10-1945). Kemudian tanggal 29 September 1945
pasukan sekutu Inggris telah merapat di pelabuhan Tandjong Priok. Pasukan
sekutu Inggris berikutnya memasuki wilayah Indonesia mendarat di Padang pada
tanggal 13 Oktober 1945  dan kemudian
menyusul di Medan.
Sementara itu ganisun militer Jepang di Serang telah direlokasi ke Serpong (lihat
De Rotterdammer, 15-10-1945).

Awalnya pasukan Sekutu untuk mengamankan
tawanan perang (interniran Eropa-Belanda) yang selama ini dikurung oleh militer
Jepang. Namun di tengah jalan orang-orang Belanda (NICA) ikut di belakang
memunculkan reaksi keras dari Indonesia. Kehadiran sekutu (Inggris) menjadi
hambar apalagi NICA telah mengkonsolidasikan eks KNIL, seperti dilaporkan De
patriot, 18-10-1945 bahwa ‘keberangkatan sebanyak 2.500 tentara Belanda (mantan
tahanan perang) dari Bangkok ke Jawa beberapa hari ditunda karena kesulitan
transportasi. Mereka saat ini berlatih di sekitar Bangkok dan dipersenjatai.
Sementara itu sebanyak 5.000 Belanda yang juga merupakan tawanan perang Jepang
di Singapura dipersenjatai dan akan dikirim ke Indonesia’. Perang kemerdekaan
tidak terelakkan (yang dipicu oleh kehadiran Belanda-NICA). Persiapan
NICA-Belanda dapat dikatakan relatif bersamaan dengan pembentukan kabinet
pertama oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Kabinet
(pertama) sendiri baru terbentuk pada tanggal 13 Oktober 1945 dengan daftar
sebagai berikut (lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945):  Raden Adipati Aria Wiranata Koesoema
(Binnenlandsche Zaken); Mr. Achmad Soebardjo (Buitenlandsche Zaken); Prof. Mr.
Raden Soepomo (Justitie);  Ir. Soerachman
(Maatschappelijk werk); Ki Hadjar Dewantoro (Onderwijs); Dr. Samsi (Financien);
Dr. Boentaran Martoatmodjo (Volksgezondheid); Mr. Iwa Koessoema Soemantri
(Sociale Zaken); Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Voorlichting); Abikoesno
Tjokrosoejoso (Verbindingen); Selain itu nama menteri negara adalah sebagai
berikut: Dr. Amir, Wachid Hasjim, Mr. Raden Mas Sartono, Mr. Maramis en Otto
Iskondar Dinata (zonder portefeuille). Dengan terbentuknya kabinet RI pertama
ini, paling tidak Soekarno dan Hatta tidak sendiri lagi, sudah ada pembantu
Presiden dan Wakil Presiden. Dengan kata lain sudah ada tim (kabinet) yang
membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam merumuskan dan menjalankan fungsi
pemerintahan.

Situasi
umum di Jawa dari hari ke hari semakin parah, lebih-lebih di Djakarta. Semakin terkonsentrasi
orang-orang Belanda di Djakarta (baca: Batavia) reaksi TNI (baca: TKR atau TRI)
dan para pejuang Indonesia (baca: para Laskar) semakin meningkat. Musuh yang
dihadapi tidak lagi Belanda-NICA tetapi juga Sekutu-Inggris (yang telah memberi
ruang di belakang terhadap kehadiran orang-orang Belanda).

Haarlems dagblad, 28-11-1945:‘…ada kemungkinan
penyerangan besar di Batavia terjadi sebelum Desember…Sementara itu, kaum
nasionalis (Republiken) terus mengevakuasi para perempuan dan anak-anak dari
kampung-kampung sekitar Batavia yang keudian digantikan oleh pasukan dari Jawa
Tengah. Markas pejuang (laskar) telah dipindahkan ke Serang di Banten. Karena
kaum nasionalis (pemerintah RI) masih memiliki kendali atas perkeretaapian,
mereka masih dapat memimpin pasukan (TKR atau TRI) dengan cukup mudah. Namun,
mereka tidak memiliki cukup mobil (untuk bergerak)..’.

Tidak
diketahui secara jelas mengapa markas pejuang (laskar) relokasi ke Serang.
Namun hal yang sama juga para pejuang (laskar) telah relokasi ke Bekasi. Di
wilayah selatan Batavia (hungga) ke Bogor (Buitenzorg) garis komando ada di
tangan TRI. Sebagian dari pasukan dari Divisi Siliwangi (TRI) dari Bandoeng
sudah mulai konsolidasi di Poerwakarta dan membangun pos pertahanan di
Tjikampek. Antara Batavia dan Tjikampek menjadi ruang gerilya para
pejuang-laskar.

Dalam fase perang kemerdekaan ini ada beberapa
pihak yang harus dibedakan satu sama lain. Relasi Inggris-militer Jepang di
satu pihak dan relasi Inggris dengan orang Belanda (NICA). Oleh karena pihak
Jepang dalam posisi wait en see maka pihak Inggris dan Belanda dipandang orang
Indonesia sebagai orang asing (musuh). Sementara itu terdapat pihak pemerintah
(nasionalis-TRI) dan pihak rakyat (laskar-laskar). Nasionalis-TKR lebih
terorganisir dan mengikuti garis komando, tetapi jumlahnya terbatas, sedangkan
para laskar jumlahnya banyak apakah laskar yang terbentuk dari organisasi
kemasyarakatan atau laskar yang dibentuk para TKR dari penduduk untuk
memperkuat kesatuan mereka. Dalam situasi ini para memiliter Jepang adakalanya
main mata dengan TRI atau para laskar dalam memandang lawan bersama (Sekutu-Inggris
dan NICA-Belanda). Diantara laskar-laskar yang ada dari berbagai asal-usul juga
memiliki kepentangan tambahan yang adakalanya bertentangan tujuan TKR
(akibatnya adakalanya TKR dan laskar-laskar tertentu bentrok). Pers asing
menyebut TKR-TRI dan laskar pendukungnya sebagai nasionalis dan laskar-laskar
yang radikal (berbeda dengan strategi dan tujuan TKR-TRI) disebut golonngan
ekstrimis.

Ruang
pertempuran juga semakin meluas di Jawa. Tidak hanya di kota-kota pelabuhan
seperti di Djakarta, Semarang dan Soerabaja juga di pedalaman di Bandoeng.
Ruang pertepuran juga terjadi di tempat strategis yang ingin direbut oleh
Inggris dan NICA seperti di Buitenzorg, Oengaran dan Ambarawa serta Goeban. Wilayah
Tjikampek dan Poerwakarta adalah wilayah yang diproyeksikan oleh Menteri
Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap untuk garis pertahanan pertama di
pedalaman. Posisinya yang strategis dapat mendukung pasukan ke tiga arah front
pertempuran yakni ke barat ke Djakarta, ke selatan ke Bandoeng, dan ke timur ke
Tjirebon.

Sejauh ini hingga pada akhir bulan Oktober,
Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin (masih) memuji kedisiplinan tentara di
Depok, Tangerang dan Tjikampek. Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia. 21-11-1945: ‘TKR di Tjikampek, Tangerang dan Depok Jawa
Barat. Sjarifoeddin Harahap menyatakan TKR di tiga wilayah ini lebih rapih
(disiplin) jika dibandingkan di Jawa Timur’. Dari keterangan dapat dikaitkan seperti
disebut di atas markas besar para laskar telah direlokasi ke Serang (Banten).
Tampaknya TKR-TRI masih terkonsentrasi di Tangerang dan dikatakan organisasinya
rapih. Lantas apakah ini alasan mengapa markas laskar direlokasi ke Serang dan
apakah ini juga mengindikasikan TKR-TRI belum meluas ke Residentie Banten
(masih terbatas di Residentie Batavia).

Pers
asing selalu membedakan terminilogi para nasionalis dan ekstrimis. Para
nasionalis ini jelas ditujukan pada TRI yang dalam operasinya selalu berseragam
TRI dan pemakaian atribut lainnya. Para laskar, sangat beragam dalam soal
atrubut dan pakaian. Pers asing menyebut terminilogi ekstrimis (extremistische)
dan juga adakalanya ditulis sebagai Vredesleger.

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Situasi dan Kondisi di Kota
Serang Masa Perang Kemerdekaan

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999).
Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top