Sejarah

Sejarah Banten (39): Presiden Soekarno Berkunjung di Serang, Jauh Di Mata Dekat Di Hati; Ir. Soekarno ke Tapanuli (1932)




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Ir.
Soekarno pernah berkunjung ke Tapanoeli pada tahun 1932 yang ditemani oleh Amir
Sjarifoeddin Harahap, ketua Pertai Indonesia (Partindo) Afdeeling Batavia dalam
rangka sosialisasi partai baru yang dipimpin oleh Mr. Sartono (suksesi PNI yang
dilarang Belanda). Itulah kunjungan pertama Ir. Soekarno ke luar negeri (baca:
luar Jawa). Pada tahun 1934 Ir. Soekarno diasingkan ke Flores dan tahun 1938
dipindahkan ke Bengkoelen hingga berakhirnya era kolonial Belanda 1942. Kapan
Ir. Soekarno berkunjung ke Banten di Serang? Jauh di mata dekat di hati.

Raden Soekarno lulus sekolah teknik THS di
Bandoeng 1926. Ketika Ir. Soekarno mendirikan studieclub di Bandoeng, Parada
Harahap yang baru menerbitkan surat kabatr Bintang Timoer di Batavia dalam
catatan editornya meminta Ir. Soekarno turun gunung. Respon bersambuat, Tidak
lama kemudian mendirikan organisisasi kebangsaan di Bandoeng yang diberi nama
Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI). Dalam fase inilah Parada Harahap kerap
mewawancara Ir. Soekarno dan adakalanya Ir. Soekarno yang mengirim tulisan ke
Bintang Timoer. Surat kabar Bintang Timoer saat itu adalah surat kabar bertiras
paling tinggi di Batavia dan bersifat lebih radikal dibanding media pribumi
lainnya. Parada Harahap sudah puluhan kali terkena delik pers dan
dimejahijaukan dan beberapa kali dibui. Setelah mendapat dukungan dari Soetan
Casajangan (direktur Normaal School di Meester Cornelis) Parada Harahap
sekretaris Sumatranen Bond Pada bulan September 1927 mengundang semua
organisasi kebangsaan di Batavia yang diadakan di rumah Dr Husein
Djajadiningrat. Hasil keputusan mendirikan supra organisasi kebangsaan yang disebut
Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Secara
aklamasi ditunjuk Husni Thamrin (Kaoe Betawi) sebagai ketua dan Parada Harahap
sebagai sekretaris. Dari Bandoeng langsung PNI langsung diwakili oleh Ir,
Soekarno. Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dan Husein Djajadiningrat
adalah pendiri Indische Vereeniging di Belanda pada tahun 1908.

Lantas
bagaimana sejarah kunjungan Ir. Soekarno ke Serang, Banten
? Baru terjadi setelah Indonesia merdeka, Yang jelas
Ir. Soekarno yang telah menjadi Presiden Republik Indonesia setelah pengakuaan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1949) banyak melakukan kunjungan ke berbagai
daerah di Indonesia. Lalu
bagaimana kunjungan Ir. Soekarno ke Serang
terwujud
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan
. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Presiden Soekarno Berkunjung di
Banten

Pasca
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno yang telah
menjadi Presiden RI sangatlah disibukkan berbagai hal. Di satu sisi harus mulai
membentuk pemerintahan (kabinet) dan di sisi lain harus bernegosiasi dengan
Sekutu-Inggris di Singapoera dalam soal pelucutan senjata militer Jepang dan pembebasan
para interniran Eropa (Belanda) di seluruh Indonesia. Sementara pasukan
Sekutu-Inggris, orang Belanda (NICA) melobi sekutu Inggris di Singapoera.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang sudah terbentuk tanggal 7 Agustus 1945, setelah terjadinya proklamasi
kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 22 Agustus 1945 melakukan sidang. Hasil
keputusan sidang antara lain membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) dan
Badan Keamanan Rakyat (BKR).BKR Djakarta menjadi representasi BKR Pusat karena
secara langsung telah mengamankan pusat pemerintahan di ibukota RI. Para pemuda
yang membentuk BKR di Djakarta ini antara lain Zoelkifli Lubis dan Moefreni
Moe’min. Pada tanggal 29 Agustus 1945 terbentuk KNIP yang selanjutnya KNIP
mengesahkan BKR Djakarta sebagai BKR Pusat.

Akhirnya
kedatangan orang Belanda di belakang Inggris menimbulkan reaksi keras dan diproklamasikan
perang oleh tentara rakyat di Bandoeng yang dikomandoi Abdoel Haris Nasution
(lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945). Tugas Presiden Soekarno
bertambah lagi. Proklamasi Perang ini disambut berbagai pihak organisasi Islam
termasuk Hisbullah di Batavia (yang dipimpin oleh Zainul Arifin Pohan).

Kabinet
(pertama) sendiri baru berhasil dibentuk pada tanggal 13 Oktober 1945 (lihat
Keesings historisch archief: 14-10-1945) dengan menteri, antara lain  Raden Adipati Aria Wiranata Koesoema
(Binnenlandsche Zaken); Prof. Mr. Raden Soepomo (Justitie);  Ir. Soerachman (Maatschappelijk werk); Ki
Hadjar Dewantoro (Onderwijs); Dr. Samsi (Financien); Mr. Iwa Koessoema
Soemantri (Sociale Zaken); Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Voorlichting); Menteri
negara antara lain Wachid Hasjim, Mr. Raden Mas Sartono, Mr. Maramis en Otto
Iskondar Dinata (zonder portefeuille). Namun dalam daftar ini tidak ada Menteri
Pertahanan (untuk mengorganisir militer dan para pejuang-laskar). Catatan: guntingan koran lihat Wikipedia.

Proklamasi
Perang tersebut menyatakan perang terhadap Belanda. Orang Indo-Eropa di Jawa.
Proklamasi memerintahkan orang Indonesia untuk memulai perang gerilya dan
mengatakan: Ketika matahari terbenam, kami adalah orang Indonesia berperang
dengan Belanda. Dalam pernyataan ini kami memerintahkan semua orang Indonesia
untuk mencari musuh mereka sendiri – orang Belanda. Indo-Eropa. Senjata perang
adalah semua jenis senjata api, termasuk racun, panah beracun, pembakaran dan
segala jenis hewan liar – misalnya ular. Perang gerilya akan sejalan dengan
perang ekonomi. Tidak ada makanan yang bisa dijual ke musuh mana pun. Pasar
harus dijaga ketat dan mereka yang menjual makanan kepada musuh kita akan
dihukum berat (lihat De Rotterdammer, 15-10-1945). ANP melaporkan tentang
deklarasi perang tersebut tidak berasal dari ‘Pemerintah Sukarno’.

Kabinet yang belum memiliki Menteri Pertahanan,
Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Penerangan yang selalu
mendampingi Presiden Soekarno ke daerah konflik (seperti di Djakarta dan
Soerabaja) yang mana telah terjadi bentrok antara pasukan Sekutu-Inggris dengan
Tentara Rakyat (Volkslefer) secara defacto telah menjadi Menteri Pertahanan
(yang tetap sebagai Menteri Penerangan). Dalam situasi yang kacau ini, Letnan
Jenderal Oerip Soemohardjo (mantan KNIL) pada tanggal 1 Oktober 1945 mulai
membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Langkah pertama yang dilakukan Letnan
Jenderal Oerip Soemohardjo adalah merekrut 17 pemuda cemerlang di Djogjakarta
dengan kualifikasi tertentu, antara lain Dr. Ibnoe Soetowo, Ir. MO Parlindungan
dan Dr. Irsan Radjamin Nasution, Mr. Arifin Harahap (adik Mr. Amir Sjarifoeddin
Harahap), Mr. Kasman Singodimedjo dan Dr. Willer Hoetagaloeng. Ir. MO
Parlindungan adalah insinyur teknik kimia lulusan Teknik Delft tahun 1942. Ir.
MO Parlindungan adalah pribumi kedua yang lulus di sekolah elit dan super sulit
tersebut. Lulusan pertama adalah Ir. Soerachman tahun 1922 (Menteri Kemakmuran).
Overste (Letkol) Ibnoe Soetowo dikirim ke Tjepoe untuk mengamankan kilang
minyak, sementera Overste  AFP Siregar
gelar MO Parlindungan dikirim ke Bandoeng untuk mengurus Peroesahaan Sendjata
dan Mesiu di Bandoeng (cikal bakal PT Pindad); Letkol Irsan Radjamin (anak
walikota Soerabaja) sebagai kepala Departemen Kesehatan Divisi-Brawijaya di
Soerabaja. Lalu dalam perkembangannya, pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah
Republik Indonesia mengeluarkan maklumat pembentukan tentara nasional yang
diberi nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dalam hal ini Menteri Pertahanan (di
dalam kabinaet Sjahrir sejak 14 November 1945) adalah Mr. Amir Sjarifoeddin
Harahap dan sebagai Kepala Staf adalah Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.
Panglima belum ada, hanya ada panglima wilayah seperti Divisi Siliwangi yang
dipimpin Kolonel Abdoel Haris Nasution.

Di
Banten, tidak ada tahanan Eropa-Belanda (para interniran) karena hanya
dipusatkan di Batavia dan Buitenzoeg. Saat-saat belum menentu ini dilaporkan
bahwa ganisun Jepang di Serang telah direlokasi ke Serpong (lihat De
Rotterdammer, 15-10-1945). Situasi ini menyebabkan Banten (ibu kota di Serang)
tidak menjadi prioritas Sekutu-Inggris (fokus hanya ditujukan di Serpong).

Dalam situasi inilah markas laskar yang dicap
pers Belanda sebagai ekstrimis merelokasi dari wilayah Batavia ke wilayah
Banten (lihat Haarlems dagblad, 28-11-1945). Para pemimpin lokal di Banten
dalam masalah. Tidak lama kemudian terjadi penyimpangan di Banten yang kini
sering disebut terjadi Revolusi Sosial. Para pemimpin lokal ada yang dibunuh
(di Rangkasbitung), bupati Pandeglang melarikan diri dan bupati Serang Hilman
Djajadiningrat ditangkap dan ditahan (kemudian dipindahkan ke Soekabumi melalui
Rangkasbitoeng dan Buitenzorg).

Wilayah
Tangerang (antara Batavia dan Banten) menjadi ruang gerilya TKR, Apa yang
menjadi motif Markas laskar direlokasi ke Banten tidak begitu jelas, sementara
ruang pertempuran saat itu ada di Batavia. Yang jelas ‘Menteri Pertahanan’ Mr.
Amir Sjarifoeddin (masih) memuji kedisiplinan tentara di Depok, Tangerang dan
Tjikampek sebagaimana dilaporkan surat kabar yang baru terbit di Djakarta Het
dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia. 21-11-1945: ‘TKR
di Tjikampek, Tangerang dan Depok West Java, [Amir] Sjarifoeddin Harahap
menyatakan TKR di tiga wilayah ini lebih rapih (disiplin) jika dibandingkan di
Jawa Timur’.

Dari keterangan tersebut dapat dikaitkan
seperti disebut di atas markas besar para laskar telah direlokasi ke Serang
(Banten). Tampaknya TKR masih terkonsentrasi di Tangerang dan dikatakan
organisasinya rapih. Lantas apakah ini alasan mengapa markas laskar direlokasi
ke Serang dan apakah ini juga mengindikasikan TKR belum meluas ke Residentie
Banten (masih terbatas di Residentie Batavia). Beberapa kelompok laskar
mengabil kesempatan dalam kesempitan. Dalam laporan surat kabar lain disebutkan
para pemimpin laskar di Banten yang berpusat di Serang adalah tiga orang yang
dikenal sebagai seorang mantan polisis di era Hindia Belanda dan yang pernah
ditahan, seorang mantan penjahat yang pernah ditahan di penjara Tjipinang dan
seorang jagoan yang selalu bermasalah di pasar Serang.

Pada
tanggal 13 Desember 1945 dibentuk Komando Tentara dan Teritorium di Jawa
(Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai Panglima). Sejak ibukota RI dipindahkan
dari Djakarta ke Djogjakarta tanggal 4 Januari 1946, TKR diubah menjadi TRI (Tentara
Republik Indonesia) pada tanggal 25 Januari 1946. Penyesuaian ini dimaksudkan
untuk menjadikan TRI sebagai satu-satunya organisasi militer yang mempunyai
tugas khusus dalam bidang pertahanan darat, laut, dan udara. TRI ini kemudian
dibiayai oleh negara atas pertimbangan banyaknya perkumpulan atau organisasi
laskar pada masa itu yang mengakibatkan perlawanan tidak dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien. Wilayah pertahanan dibagi ke dalam beberapa Divisi dengan
mengangkat panglimanya. Dengan struktur baru ini, Kolonel Abdul Haris Nasution
menjadi Panglima Divisi-3/Siliwangi.

Wilayah Banten (yang berada di wilayah
teritorial-divisi I) seakan berada terpencil di barat (pulau) Jawa. Garis
pertempuran dengan sekutu-Inggris dan Belanda (NICA) berada di jalur (barat) Batavia,
Tangerang, Serpong dan Buitenzorg dan Soekaboemi dan jalur (timur) Batavia,
Bekasi, Tjikampek, Poerwakarta dan Bandoeng. Mendapat laporan bahwa Banten
dikuasai oleh para laskar dan kerap membuat kegaduhan, Kolonel Abdul Haris
Nasution mengirim TRI untuk menhukum para kelompok laskar yang lebih tepat
disebut geng.
Nieuwsblad voor de Hoeksche Waard en Ijselmonde,
27-02-1946 melaporkan bahwa sudah lebih dari sebulan di daerah Serang dan Padeglang
terjadi pertepuran antara TRI dan laskar.

Pada
bulan Mei 1946 dilakukan reorganisasi dan penyesuaian struktur militer yang
mana Kolonel Soedirman dipromosikan menjadi panglima terttinggi (lihat Nieuwe
courant, 29-05-1946). Dalam daftar baru ini antara lain Ketua Pengadilan Tinggi
Militer ditunjuk Mr. Kasman Singodimedjo dan sebagai Kepala staf diangkat
Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Sedangkan Kolonel TB Simatoepang sebagai
Kepala Organisasi; Sudibyo diangkat menjadi Direktur Jenderal Departemen Perang
yang mana Didi Kartasasmita adalah Kepala Infantri dan Kepala Polisi Militer
Mayor Jenderal Santoso. Mayor Jenderal Abdoel Haris Nasution ditunjuk sebagai
Panglima Divisi-1 dengan Letnan Kolonel Sakari sebagai Kepala Staf. Panglima
Divisi-3 diangkat Mayor Jenderal Soedarsono (sebelumnya komandan BKR Dajakarta)
dan Letnan Kolonel Pari sebagai Kepala Staf; Panglima Divisi-6 Mayor Jenderal
Songkono dengan Letnan Kolonel Marhadi sebagai Kepala Staf.

Kekuatan dan jumlah personel TRI yang relatif
lebih sedikit dari pasukan para laskar-laskar sangat kewalahan mencakup untuk seluruh
wilayah yang luas. Setelah terjadi revolusi sosial di Banten, kembali terjadi
kegaduhan kini di Tangerang. Orang-orang Tionghoa di Tangerang yang menjadi
sasaran pembantaian (ini mirip dengan kegaduhan pada bulan Oktober 1945 di
Depok yang memojokkan para Depokker (sering disebut Belanda Depok). Untuk
mengatasi di Tangeran Menteri Penerangan yang juga merangkap Menteri Pertahanan
Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap mengirim misi yang terdiri dari tim kemeneritan
penerangan, tim kementerian dalam negeri, perwakilan dari KNI, pejabat TRI dan salah
satu organisasi Tionghoa untuk menyelidik dan mengumpulkan fakta (lihat Friesch
dagblad, 08-06-1946). Dalam berita
ini juga disebutkan bahwa Menteri Pertahanan di Djogjakarta telah mengumumkan bahwa
Komandan TRI di Serang (Banten) telah mengambil langkah untuk mengakhiri pembantaian
di barat Tangerang dan dua jaksa sudah dikirim ke Serang.

Peristiwa
di Depok, Banten dan Tangerang telah menjadi tragedi berdarah yang dapat
dianggap sebagai teragedi kemanusian (di luat perang yang terjadi). Sasaran
pembunuhan, pelecehan dan perampokan di Banten justru dialami oleh keluarga
terhormat seperti keluarga Bupati Serang Hilman Djajadiningrat (adik dari
Husein Dajadiningrat). Seperti disebut di atas,pada saat pembentukan supra
organisasi kebangsaan tahun 1827 (PPPKI) justru diadakan di rumah Husein
Djajadingrat di Batavia dimana Ir Soekarno (yang kini menjadi Presiden) turut
hadir (mewakili PNI). Sangat miris.

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Ir. Soekarno dan Dr. Husein
Djajadiningrat

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top