*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini
Apalah
arti sebuah nama? Itu
bahasa sastra ala William Shakespeare. Namun dalam bahasa sejarah nama (tempat)
itu sangat berarti, tidak hanya sebagai penanda navigasi pelayaran perdagangan,
juga koding yang penting dalam navigasi pencarian data sejarah. Nama Bencoolen
haruslah memandu kita pada masa menavigasi untuk mencari data sejarah di Bengkulu.
Dalam hal inilah nama Bengkulu dalam rentang sejarah memiliki arti.
Asal-usul
Nama Bengkulu: dari Bangkai dan Hulu, Terkait Perang. KOMPAS.com – Kota
Bengkulu adalah sebuah provinsi yang berada di pulau Sumatra. Kota ini terletak
di bagian Barat Daya Pulau Sumatra, yang berbatasan dengan provinsi Sumatra
Barat, Jambi, Sumatra Selatan, dan Lampung. Bengkulu dalam bahasa Belanda
disebut Benkoelen atau Bengkulen; dalam bahasa Inggris disebut Bencoolen;
sementara dalam bahasa Melayu disebut Bangkahulu. Terdapat banyak versi cerita
tentang asal usul dan nama Bengkulu, ada yang menyebutkan bahwa nama Bengkulu
berasal dari bahasa Melayu ‘Bangkulon’. Kata ‘bang’ yang berarti “pesisir” dan
‘kulon’ yang berarti “barat”, kemudian mengalami pergeseran pengucapan. Kata
“bang” berubah menjadi beng, dan “kulon” menjadi kulu.
Sementara sumber lain menyatakan nama “Bencoolen” diambil dari sebuah nama
bukit di Cullen, Skotlandia, Bm of Cullen. Dilansir laman resmi Pemeritah Kota
Bengkulu, sumber tradisional menyebutkan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu berasal
dan kata Bangkai dan Hulu yang maksudnya bangkai di hulu. Konon menurut
sejarah, dulu pernah terjadi perang antara kerajaan-kerajaan kecil yang ada di
Bengkulu. Pertempuran itu banyak menimbulkan korban dari kedua belah pihak di
hulu sungai Bengkulu. Korban perang inilah yang menjadi bangkai tak terkuburkan
di hulu sungai tersebut. Maka tercetuslah sebutan Bangkaihulu yang
lama-kelamaan berubah pengucapan menjadi Bangkahulu atau Bengkulu (Kompas.com).
Lantas bagaimana sejarah asal usul awal nama
Bengkulu? Seperti disebut di atas ada banyak versi yang banyak ditulis Benkoelen
(Belanda), Bencoolen (Inggris) dan Bengkulu (masa ini). Lalu bagaimana sejarah asal
usul awal nama Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Asal Usul Awal Nama Bengkulu; Benkoelen, Bengkulen,
Bangkaihulu, Bangkahulu, Bencoolen dan Bangkulon
Kapan nama Bengkulu bermula tidak diketahui secara
pasti. Namun yang jelas nama Bengkulu sudah terinformasikan dalam Peta 1655
yang diidentifikasi dengan nama Boncolo. Dalam sketsa tahun 1665 yang dibuat
pelaut VOC/Belanda juga dengan nama Boncolo. Meski demikian, pantai barat Sumatra
sudah dikenal pelaut-pelaut Belanda sejak awal (bahkan sejak era pelaut-pelaut
Portugis), tentu saja wilayah/Kawasan Bengkulu, tetapi tidak ada yang
mengidentifikasi nama Bengkulu.
Saat kehadiran pelaut-pelau Belanda kali pertama, dalam ekspedisi yang
dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597). Ekspedisi ini yang datang dari
arah Madagaskan menemukan pulau pertama yang mereka identifikasi Engano (Enggano).
Setelah menemukan pulau Enggano, satu kapal menyusuri pantai barat Sumatra
hingga ke ujung di utara, sedangkan kapal-kapal lainnya meneruskan pelayaran ke
(pelabuhan Banten). Di perjalanan, di selat Soenda, Cornelis de Houtman dan
para pendampingnya diterima di suatu kampong yang mereka identifikasi dengan
nama kampong Dampin. Nama (kampong) Dampin ini saya kira berada di Kalianda yang
sekarang. Dalam peta ekspedisi Cornelis de Houtman di dekat Bengkulu hanya
mengidentifikasi nama Dampin dan Andepuro (Indrapura).
Identifikasi nama Bengkulu (sketsa 1665) yang dibuat
oleh Johannes Vingboons, seorang pelukis Francis diduga kuat setelah ekspedisi
VOC/Belanda ke pantai barat Sumatra pada tahun 1665 untuk menaklukkan tiga
kerajaan di di sekitar kota Padang yang sekarang. Pada tahun 1665 ini juga
kebijakan baru Pemerintah VOC untuk menjadikan penduduk sebagai subjek.
Sejak kehadiran Belanda (1596), jika disebut Dampin telah mendapat
penerimaan yang baik, tetapi Cornelis de Houtman di Banten mendapat masalah,
yang kemudian mereka melanjutkan pelayaran ke Ambonia, namun satu kapal rusak
di atas perairan utara Bali dan setelah mengitari pulau Lombok mereka diterima
di Bali (pantai timur). Ekspedisi-ekspedisi Belanda berikutnya semakin intens,
namun ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman Kembali (1598) mendapat
masalah di Atjeh (Cornelis de Houtman terbunuh). Pada tahun 1605 satu ekspedisi
yang dipimpin Admiral van Hagen, yang didalamnya termasuk Frederik de Houtman
yang juga turut dalam dua eskpedisi de Houtman, menyerang Portugis di Amboina.
Benteng Portugis di Amboina kemudian dijadikan ibu kota/pos utama perdagangan
Belanda. Pada tahun 1613 Belanda yang berpusat di Amboina menyerang Portugis di
Solor dan Koepang. Dengan modal itulah kemudian Belanda yang berhomebase di
pulau Onrust atas nama VOC menyerang Jakatra yang kemudian tahun 1619 benteng
Batavia didirikan (ibu kota direlokasi dari Amboina). VOC di Batavia sempat
mendapat serangan dari Mataram dan Banten (1626), lalu kemudian menyerang
Portugis di Malaka dan Kamaboja tahun 1641 (tamat sudah Portugis, kecuali
tersisa di pulau Timor bagian timur dan Makao). VOC/Belanda yang semakin
menguat paksi yang berbeda di pantai barat Sumatra meminta bantuan VOC, yang
lalu dikirim ekspedisi tahun 1665. Pada tahun 1669 satu kerajaan kuat di
Makassar (Gowa) berhasil ditaklukkan VOC di bawah komando admiral Spelmann.
Praktis kekuasan VOC telah menyebar di seluruh Asia Tenggara, kecuali Borneo yang
kurang mendapat perhatian dan Filipina (di bawah Spanyol). Pemberontak sang
anak di Kesultanan Banten yang meminta bantuan VOC, satu ekspedisi dikirim ke
Banten tahun 1682. Sang ayah (Sultan) yang bermitra dengan Inggris tersingkir
dari Banten. Akibatnya wilayah, selain Banten, Lampung menjadi bagian dari
perdagangan VOC (di teluk Semangka dan muara sungai Toelang Bawang). Pada saat
kekacauan di Banten, Inggris yang berpusat di India (Calcutta) bekerjasama
dengan Selebar yang ingin membebaskan diri dari Banten tahun 1685. Lalu Inggris
tahun 1686 bekerjasama dengan pemimpin local di Bengkulu dimana perwakilan
Inggris Ralph Ord berkedudukan (sementara VOC memiliki otoritas dari Indrapoera
hingga Barus dan Singkil). Dalam perkembangannya nanti Inggris sempat diusir oleh
Prancis di Bencoolen di bawah d’Estaing (Prancis berpusat di Air Bangis). Peta Cornelis de
Houtman (1595-1597).
Pada awalnya tahun 1685 Inggris membuka pos pedagangan
di muara sungai Benculo. Tempat ini sebelumnya kurang mendapat perhatian tampanya
Namun tempat itu tidak sehat bagi orang-orang Inggris, sehingga pos perdagangan
tersebut di direlokasi ke tempat, satu jam perjalanan di selatan, benteng
Inggris. Pusat Kota Bengkulu sekarang (lihat Tijdschrift voor Neerland’s Indie,
1842 dengan judul artikel Bengkoelen 1833).
Ada satu peristiwa penting yang mendahului pembukaan pos perdagangan
Inggris di Bencoolen, yakni berakhirnya perang saudara di Banten yang berebut
kekuasaan antara sang ayah (Sultan) dan sang anak (pangeran). Sultan yang telah
berhasil disingkirkan antas bantuan Belanda/VOC, membuat Inggris juga tersingkir
yang selama ini dekat dengan Sultan. Peristiwa yang terjadi pada akhir perang
di Banten, VOC/Belanda yang berkedudukan di Padang dan Palembang, Pemerintah
yang berkedudukan di Batavia, mengirim satu ekspedisi ke Pagaroejoeng dari
Malaka ke pedalaman yang dipimpin oleh Thomas Dias melalui sungai Kampar/sungai
Siak tahun 1684. Peristiwa penting lainnya sesudah Inggris berkedudukan di
Benkoelen adalah pengirim ekspedisi ke wilayah hulu sungai Tjiliwong yang dipimpin
oleh Sersan Scipio tahun 1687.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Benkoelen, Bengkulen, Bangkaihulu, Bangkahulu,
Bencoolen dan Bangkulon: Nama Tempat Itu Berarti
Sejak kehadiran Inggris (EIC) di Bengkulu,
nama Bengkulu dari nama Bonculo kemudian teridentifikasi dengan nama Bencolen
(lihat Amsterdamse courant, 09-05-1724). Disebutkan tiga kapal EIC baru tiba di
Inggris dari Baombay, St Helena dan Bencolen. Ini mengindikasikan, pantai barat
India di Bombay sudah dikuasasi Inggris, sementara VOC/Belanda yang sebelumnya masih
memiliki otoritas di Coromandel dan Malabar telah direbut EIC yang berpusat di
Calcutta/Madras. Nama Bengkulu juga diidentifikasi dengan nama Bencoolen (lihat
‘s Gravenhaegse courant, 27-09-1734). Disebutkan kapal EIC berangkat dari
Inggris 3 kapal menuju China, 6 kapal menuju Kust en de Baey, 2 kapal menuju
Bencoolen dan 3 kapal menuju Bombay.
Nama
Bengkulu diduga pertama kali diidentifikasi oleh para pelaut VOC/Belanda dengan
nama Boncolo. Namun sejak kehadiran Inggris di Bengkulu nama Boncolo bergeser
menjadi Bencoolen atau Bencolen. Penamaan diantara Inggris dan Belanda
tampaknya soal pelafalan semata. Lantas, bagaimana dengan pengucapan dan penulisan
nama aslinya menurut penduduk Bengkulu sendiri. Besar dugaan dilafalkan sebagai
Bengkulu seperti pada masa ini. Peta Francois Valentijn.
Peta Sumatra yang lebih sempurna baru terbit
pada tahun 1724, peta yang dibuat oleh seorang ahli geografi Belanda yang
tinggal di Amboina, Francois Valentijn. Peta ini kemudian kerap dijadikan
patokan oleh ahli kartografi asing seperti Inggris. Valentijn yang banyak
mengunjungi berbagai tempat khususnya di Hindia Timur telah menerbitkan buku
yang diterbitkan pada tahun 1726, Francois Valentijn tidak hanya mengulik
klaporan-laporan Portugis juga memiliki akses pada data catatan harian Kasteel
Batavia (Daghregister). Oleh karena itu, peta yang dibuat Valentij lebih kaya
tentang nama-nama geografi di Hindia Timur.
Dalam
peta yang dibuat Francois Valentijn, nama Bengkulu diidentifikasi dengan nama
Bancoulo. Nama ini tampaknya pelafalan baru oleh orang-orang Belanda yang tetap
berbeda dengan cara pelafalan orang-orang Inggris. Identifikasi Valintijn ini
pad dasarnya masih mirip dengan nama awal Bengkulu sebelum identifikasi nama
oleh Inggris. Dalam peta Valentijn ini dengan jelas posisi kota/kampong Dampin
dan Bencoulo diifrntifikasi. Kampong Dampin berada di sekitar gunung Radja Basa,
Kalianda yang sekarang, sementara posisi kampong/kota Bengkulu berada di
sebelah utara sungai Bengkulu (sungai Serut). Sedangkan kota/kampong
diidentifikasi di ujung tanjong antara selat Lampung dan selat Semangka dekat
dengan pulau Lagundi.
Yang perlu diperhatikan dalam peta Francois
Valentijn, bahwa nama Bengkulu yang diidenytifikasi dengan nama Bencoulo. Memiliki
kemiripan dengan nama ditempat lain di pantai timur Sumatra yakni nama pulau
Bangka yang diidentifikasi dengan Banca (Bangka) dan nama Bancalo di sungai
Rokan (Bangkalis atau Bengkalis). Jika penduduk Bengkulu di wilayah pesisir
adalah orang Melayu, lalu apakah ada hubungan nama tersebut di zaman kuno
antara Bengkulu di pantai barat dan nama Bangka dan nama Bengkalis.
Nama
Banca pertama kali diidentifikasi oleh pelaut-pelaut Portugis. Banca atau
Bangka dalam hal ini diduga adalah nama yang berasal dari zaman kuno (Banka
atau Bangka). Oleh karena itu nama Bangkulu dan nama Bengkalis juga diduga
berasal dari zaman kuno. Nama Bangka lainnya juga ditemukan di Jawa (Bangkalan
di pulau Madura). Bisa juga ditambahkan disini nama Bangkok. Last but not
least: bagaimana dengan nama Bangko di pedalaman? Dalam hubungannya dengan nama
Bengkulu, untuk nama yang terakhir tersebut mungkin akan dibuat artikel tersendiri.
Sebagaimana akan dideskripsikan nanti, nama-nama
yang beredar sekarang yakni Bengkulu; Benkoelen, Bengkulen, Bangkaihulu,
Bangkahulu, Bencoolen dan Bangkulon, hanya nama Bangkaihulu yang tidak dapat
ditelusuri. Nama Bengkoelen atau Bengkulen berasal dari nama Belanda, sementara
Bengcoolen dari nama Inggris. Bangkahulu merujuk pada nama yang diberikan oleh
penduduk asli, sedangkan orang yang berasal dari Jawa ada yang menyebut nama
Bangkulon. Namun tampaknya dari semua itu ada yang terlupakan nama Banka atau Bangka
adalah nama yang berasal dari zaman kuno. Oleh karena itu, seperti
dideskripsikan nanti kisahnya menjadi berubah.Nama Bengkoeloe atau Bengkulu sendiri baru meuncuk belakangan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.