Sejarah

Sejarah Bengkulu (4): Geomorfologi Kota Bengkulu,Pantai Barat Sumatra;Pegunungan Bukit Barisan dan Pantai Timur Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Suatu wilayah sejarah tidak hanya sebatas
wilayah administrasi, juga terkait dengan sejarah geografis. Akan tetapi itu
tidak cukup, dalam batas-batas administrasi di wilayah geografi Bengkulu juga perlu
memperhatikak geomorfologis wilayah. Sebab, perubahan geomorfologis wilayah
dari masa ke masa akan terkaut dengan perubahan wilayah geografis yang dengan
sendirinya perubahan wilayah aministrasi.


Wilayah
administasi (provinsi) Bengkulu pada masa ini meliputi Sembilan kabupaten dan
satu kota. Dengan memperhatikan bentuk geografis, dengan memisahkan tiga
kabupaten (kabupaten Lebong, kabupaten Rejang Lebong dan kabupaten Kapahiang),
terlihat wilayah geografis provinsi Bengkulu seperti garis sejajar dengan
pantai barat Sumatra. Garis geografi pantai ini menjadi garis pantai yang lebih
panjang di masa lalu. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, wilayah administrasi residentie
Bengkulu telah dikurangi wilayah district Indrapura (kini masuk wilayah administrasi
kabupaten Pesisir Selatan, provinsi Sumatra Barat). Pada era Republik Indonesia
wilayah administrasi provinsi Bengkulu dikurangi district Krui (kini masuk
wilayah adsministrasi kabupaten Pesisir Barat). Jadi dalam hal ini provinsi
Bengkulu diapit oleh wilayah administrasi Pesisir Srlatan di utara dan Pesisir
Barat di selatan). Lalu mengapa tiga wilayah geografis kabupaten (kabupaten Lebong,
kabupaten Rejang Lebong dan kabupaten Kapahiang) dimasukkan ke wilayah
administrasi (residentie) Bengkulu? Mengapa tidak ke wilayah administrasi
(provinsi) Sumatra Selatan? Itu adalah soal lain lagi.

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah
Bengkulu di Pantai Barat Sumatra? Seperti disebut di atas, wilayah geografis
provinsi Bengkulu di Pantai Barat Sumatra berada diantara wilayah administrasi
kabupaten Pesisir Selatan dan kabupaten Pesisir Barat. Dalam konteks inilah
penting wilayah geografis provinsi Bengkulu diperhatikan secara geomorfologis. Lalu
bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Bengkulu di Pantai Barat Sumatra? Seperti
kata ahli
sejarah
tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki
permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk
menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Geomorfologi Wilayah Bengkulu di Pantai Barat Sumatra;
Pegunungan Bukit Barisan dan Pantai Timur Sumatra

Pada masa ini pantai barat Sumatra, terkesan lurus
dari utara di Aceh hingga ke selatan di Bengkulu. Sebaliknya, pantai timur
Sumatra cenderung tidak lurus. Namun itu berbeda di masa lampau, baik di pantai
barat maupun pantai timur. Tempo doeloe, ada sejumlah teluk di pantai barat,
tetapi hanya satu yang tersisa yakni teluk Tapanoeli. William Marsden (1781)
menyatakan teluk Tapanoeli adalah teluk terbaik di Sumatra. Beberap teluk di
pantai barat Sumatra telah tertutup oleh (proses) sedimentasi jangka panjang.
Sementara sejumlah tanjong telah tererosi, akibat abrasi (gelombang laut dari
lautan India) jangka panjang sehingga pantai barat Sumatra terkesan lurus.


Apakah ketiadaan teluk yang menjadi sebab mengapa tujuan navigasi
pelayaran pelaut-pelaut Eropa kurang tertarik mengunjungi pantai barat Sumatra?
Satu yang jelas, sungai0sungai yang mengalir ke pantai barat, dangkal dan deras
sehingga tidak bisa dinavigasi ke arah pedalaman. Kapal-kapal Eropa sejak era
Portugis hingga era VOC, yang cenderung memiliki tonase yang yang lebih berat
dan tiang-tiang layer yang tinggi sangat berisiko pada saat badai. Sangat minim
perlindungan saat badai. Boleh jadi karena itulah Marsden menyebut teluk
Tapanuli yang terbaik. Bagaimana dengan di zaman kuno? Mungkin masih banyak
teluk, dan sungai dapat dinavigasi beberapa mil di belakang pantai. Hal itulah
mengapa navigasi pelayaran perdagangan di zaman kuno arus perdagangan dari
barat (India, Persia, Arab dan Mesir) menuju pantai barat Sumatra. Pada masa
itu kota Padang yang sekarang masih berupa perairan/teluk dan kota Indrapura
masih berada di sisi dalam suatu teluk. Pada masa itulah terbentuk peradaban
Sumatra, yang dimulai dari pantai barat Sumatra, sementara populasi awal
Sumatra berpusat di danau-danau pegunungan, termasuk di danau Ranau dan danau
Kerinci. Sketsa Bengkulu (1665).

Sebelum kehadiran pelaut-pelaut Eropa, sungai
Bengkulu masih dapat dinavigasi beberapa mil di belakang pantai. Akan tetapi
bukan kapal besar yang berlindung ke arah dalam sungai tetapi perahu-perahu
besar milik pelaut-pelaut domestik, bahkan pelaut-pelaut dari Atjeh, Pada saat
pertama kali pelaut Eropa/Belanda menemukan Bengkulu tahun 1665, kampong/kota
Bengkulu tepat berada di sisi selatan muara sungai.


Sejak kehadiran VOC/Belanda di Padang pada tahun 1665, memindahkan pos
pedagangan dari pulau Chinko, dengan membangun benteng di Padang. Benteng ini
merupakan benteng pertama VOC/Belanda dan satu-satunya benteng pelaut Eropa di
pantai barat Sumatra. Benteng tersebut, yang disebut Fort Padang, mengambil tempat
di suangai Batang Arau, sekitar 1 mil dari muara sungai, di sisi selatan sungai
di lereng gunung Padang. Posisi benteng dengan sendirinya memiliki barrier,
tidak hanya terhadap ancaman alam (badai) juga dari serangan musuh dari laut.
Sebagimana kita lihat nanti, masalah serupa inilah yang menyebabkan Inggris
membangun benteng Fort Marlborough di Bengkulu dengan konstruksi yang sangat
kuat (idem dito di Natal).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pegunungan Bukit Barisan dan Pantai Timur Sumatra: Geomorfologis
Kota Bengkulu,

Populasi penduduk asli Sumatra berada di
pedalaman, pusat peradaban di seputar danau-danau pegunungan. Sumber daya yang
melimpah di pedalaman, aman dari serangan dari laut, dengan situasi dan kondisi
yang ideal penduduk mengembangkan peradaban pertanian dengan membangun sawah-sawah.
Dengan demikian dimungkinkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti
religi, arsitektur bangunan, seni, aksara dan bahasa dan adat-istiadat (yang
kelak dapat dibedakan dengan populasi baru di wilayah pesisir). Populasi
penduduk di pedalaman di seputar danau, berinteraksi dengan pendatang di
pesisir dalam perdagangan. Jalan-jalan setapak terbentuk dari pedalaman ke
pantai mengikuti daerah aliran sungai.


Secara
geomorfologi bentuk permukaan pulau Sumatra pada masa kini berbeda dengan di
zaman kuno (awal peradaban di Sumatra). Pulau Sumatra saat itu tidak segemuk
sekarang, tetapi sangat ramping dimana titik tengah antara pantai barat dan
pantai timur di pegunungan (Bukit Barisan) dengan densitas penduduk di seputar
danau. Populasi penduduk pedalaman berinterakasi dengan pendatang (perdagangan)
baik dari barat seperti India maupun dari timur seperti Tiongkok (perdagangan
komoditi emas, kamper, kemenyan, damar, hasil-hasil hutan dan gading). Sungai-sungai
ke pantai timur (laut yang lebih dangkal) dari pegunungan Bukit Barisan dari
masa ke masa terus memanjang seiring dengan terbentuknya daratan baru (proses
sedimentasi jangka Panjang) di muara-muara sungai. Dari danau Kerinci mengalir
sungai ke hilir (ke timur) yang membentuk sungai Tembesi (kemudian dalam perkembangannya
sungai Tembesi dan sungai Batanghari) terbentuk sungai yang lebih besar (juga
disebut sungai Batanghari). Dari danau Curup mengalir sungai ke hilir (ke
timur) yang ke hilir membentuk sungai Musi (yang lebih ke hilir di sungai Musi sejumlah
sungai bermuara termasuk sungai Martapura). Dari danau Ranau sungai mangalir ke
timur yang membentuk sungai Martapura yang kemudian bermuara di sungai Musi.
Dalam konteks inilah permukaan pulau Sumatra semakin meluas ke arah timur.
Danau Curup diduga kuat telah jebol di masa lampau akibat pengaruh vulkanik
atau tektonik (danau lainnya yang jebol antara lain danau Siabu di Sumatra
Utara dan danau Tangse di Atjeh).

Dalam konteks geomorfologi, ketika peradaban
pada puncaknya terjadi di pedalaman, di wilayah pesisir terbentuk kota-kota
baru, dalam hal ini termasuk kota-kota kuno seperti kota Bengkulu, kota Krui, kota
Manna, kota Moko-Moko dan kota Indrapoera. Pada saat kehadiran pelaut Eropa/Belanda
di pantai barat Sumatra tahun 1665, kota/kampong Bengkulu sudah terbentuk di muara
sungai (mix population).


Sejak
kapan kampong/kota Bengkulu bermula? Sulit memastikan. Yang jelas kota/kampong
di pedalaman sebagai pendahulu dari kota-kota di pesisir. Jika diperhatikan
sejumlah prasasti di Sumatra bagian selatan yang berasal dari abad ke-7, tempat
dimana kini ditemukan prasasti diduga masih berada di pantai/teluk (Kota Kapur,
Bangka, Palas Pasemah Lampung, Karang Brahi, Jambi serta Kedukan Bukit, Talang
Tuwo dan Telaga Batu di Palembang). Saat itu, diduga Palembang masih berada di
suatu pulau diantara daratan pantai timur Sumatra dan pulau Bangka. Palas
Pasemah juga masih berada di suatu pulau (lereng gunung Radjabasa). Karang
Brahi di daerah pesisir pantai timur Sumatra (teluk) dengan Bangko. Lalu apakah
ada relasi antara nama (pulau) Bangka, (nama tempat) Bangko dengan (nama
tempat) Bengkulu?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top