*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina
dalam blog ini Klik Disini
Dalam
berbagai tulisan disebut Emilio Aguinaldo adalah presiden pertama Filipina (23
Januari 1899-1 April 1901). Itu berarti Filipina dapat dikatakan sebagai
republik pertama di Asia Tenggara. Namun republik era Emilio Aguinaldo kurang
populer di Filipina, karena di Filipina republuk kedua (sejak 1935) yang
dianggap populer karena berkesinambungan dengan republik dan posisi presiden
Filipina yang sekarang. Disebutkan masa jabatan Emilio Aguinaldo berakhir setelah
Aguinaldo bersumpah setia kepada Amerika Serikat setelah ditangkap.

sebab Emilio Aguinaldo adalah presiden pertama Filipina. Presiden Filipina
adalah kepala negara dan kepala pemerintahan di Republik Filipina. Presiden
Filipina dikenal oleh masyarakat Filipina dengan sebutan Ang Pangulo atau
Pangulo. Terminologi pangulo mirip denga pangulu atau penghulu di masa lampau.
Setelah kekosongan jabatan presiden di republik Filipina (sejak 1901) posisinya digantikan oleh Gubernur Amerika
Serikat. Pada tahun 1935 Amerika Serikat memberikan kemerdekaan kepada Filipina
(sebagai persemakmuran) dengan jabatan presiden dijabat oleh Presiden Manuel L.
Quezon (15 November 1935-1 Agustus 1944). Paralel dengan jabatan Presiden
Quezon ini, pada era pendudukan Jepang posisi presiden dijabat oleh José P.
Laurel (14 Oktober 1943-14 Agustus 1945). Pasca berakhirnya pendudukan Jepang,
persemakmuran Amerika Serikat dilanjutkan lagi (dipulihkan) dengan mengangkat
presiden Filipina Sergio Osmeña (1 Agustus 1944-28 Mei 1946). Pada era Preiden Manuel
Roxas (28 Mei 1946-15 April 1948) persemakmuran dengan Amerika Serikat dilepas
dan Republik Filipina benar-benar merdeka (pada tanggal 4 Juli 1946; tanggal
yang sama dengan kemerdekaan Amerika Serikat 4 Juli 1776).
Lantas
bagaimana sejarah Presiden pertama Filipina, Emilio Aguinaldo? Tentu itu penting, karena Emilio Aguinaldo adalah presiden
pertama Republik Filipina. Itu bermula setelah pecahnya perang antara Spanyol
dan Amerika Serikat pada bulan April 1898. Lalu mengapa Emilio
Aguinaldo yang menjadi presiden? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Emilio Aguinaldo: Spanyol vs Amerika Serikat
Sejak
Spanyol bercokol (koloni) di berbagai wilayah sejak abad ke-16, semuanya
berjalan normal. Namun situasi berubah ketika di Cuba terbentuk persatuan
nasional membuat Spanyol kebekaran jenggot. Benis-benih persatuan ini segera
ditanggapi Spanyol dengan melakukan operasi militer. Amerika Serikat
memantaunya dengan sikap wait and see. Situasi yang terus berkembang di Cuba
kemudian muncul pemberontakan yang serupa di Filipina (lihat De Amsterdammer :
dagblad voor Nederland,20-12-1896). Salah satu pemimpin perlawanan (terhadap
Spanyol) di Filipina adalah Emilio Aguinaldo. Di Dewan Amerika Serikat muncul
sikap sebagian anggota untuk mengambil sikap menentang terhadap aksi Spanyol, tetapi
pemerintah masih berpikir hanya akan menimbulkan perang antara Amerika Serikat
dan Spanyol.

‘Pemberontakan di Filipina semakin meluas, namun aksi Spanyol juga semakin
kuat. Pemberontakan sekarang meluas ke seluruh provinsi Balavan, Batangas dan
Pampango dan sampai batas tertentu Morong di pulau Luzon, secara efektif
mencakup semua provinsi Tagalog. Namun demikian, titik utamanya tetap di
provinsi Cavite, yang akan segera diserang orang Spanyol, yang kemungkinan
dipimpin oleh Jenderal Polavieja. Jenderal Lachambre mengambil alih komando di
Batangas, sementara Jenderal Lamuna pergi ke utara. Layanan kereta api telah
dihentikan. Banyaknya eksekusi yang terjadi hanya menimbulkan sedikit kesan: di
Cavite 21 pemberontak dipenggal. Di provinsi Cavite, para pemberontak dipimpin
oleh Emilio Aguinaldo, mereka menangkap dua wanita Spanyol, yang mereka simpan
di dalam benteng mereka. Konsulat dijaga oleh tentara pada malam hari dan
perahu-perahu disiapkan di berbagai tempat untuk memudahkan para pedagang kaya
yang hadir dalam jumlah besar untuk memanfaatkan para penenun ketika bahaya
mengancam Manila, karena penduduknya kurang dipercaya. Kapal penjelajah Inggris
Spartan telah meninggalkan Hong Kong untuk mendukung Daphne, Pigmy dan Piqué,
jika mereka tidak cukup untuk membela kepentingan Inggris di Manila. Dari
Spanyol, pada tanggal 17 Desember, dua batalyon infanteri diberangkatkan dengan
kapal pengangkut Antonio Lopez dan Isla de Luzon menuju Filipina. Batalyon
ketiga akan pergi ke sana pada hari Minggu. Jadi, tampaknya ada niat untuk
menangani masalah ini dengan benar. Operasi ini disebut sebagai misi sepuluh
batalyon’.
Pemberontakan
melawan Spanyol ini (yang bermula pada bulan Agustus 1896) dapat dikatakan
sebagai pemberontakan terbesar sepanjang sejarah Filipina (sejak penaklukan
Filipina oleh Spanyol pada tahun 1570). Memang ada beberapa pemberontakan di
masa lampau yang muncul di selatan Filipina (bangsa Islam Moro) tetapi
pemberontakan dengan salah satu tokoh utama Emilio Aguinaldo ini dianggap tidak
lazim dalam melawan Spanyol. Bukankah orang Filipina begitu dekat dengan orang
Spanyol dalam berbagai hal (agama, budaya dan orientasi politik)? Pemberontakan
penduduk Filipina terhadap Spanyol pada tahun 1896 masih bersifat misteri.

dan kondisi politik sudah jauh lebih meningkat dalam hal perdamaian (di bawah
yursdiksi Inggris). Demikian juga di Hindia (Timur) Belanda sudah meliputi
sebagian besar kawasan, kecuali di wilayah Tapanoeli dan Atjeh (yang dianggap kedua
wilayah perlawanan terhadap Belanda ini bekerjasama). Namun perlawanan di Atjeh
adalah momok besar bagi Pemerintah Hindia Belanda (yang berpusat di Batavia).
Sebagian wilayah Tapanuli dan wilayah Atjeh telah dikuasai Belanda, tetapi
perlawanan penduduk Tapanuli di pedalaman (Sisingamangaaja) dan penduduk Atjeh
di pedalaman (Teuku Umar) masih terus berlangsung. Pada saat ini ada operasi
Belanda di Lombok tetapi karena lebih menengahi perang sudara (antara penduduk Sasak
dan warga Bali). Dalam sumber-sumber Belanda terdapat relasi antara pemimpin Atjeh
dengan pemimpin bangsa Moro di Filipina. Lalu apakah ada kaitan bangsa Moro
dengan perlawanan yang dipimpin oleh Emilio Aguinaldo di sebelah utara melawan
Spanyol?
Kesetiaan
penduduk Filipina terhadap Spanyol pada saat pemberontakan ini masih tinggi
tetapi telah menjadi masalah bagi Spanyol karena penduduk Mindanao juga telah
memberontak kepada militer Spanyol (lihat De standaard, 21-12-1896). Disebutkan bahwa di provinsi
Cavite saja, pemberontak sekarang berjumlah 50.000 orang. Pasukan Spanyol
sekarang semua terkonsentrasi di Manila, sementara itu pemberontakan di Mindanao
telah muncul bahkan diantara tentara Spanyol ada yang. Spanyol telah menerapkan
hukuman mati jumlahnya sangat besar, tetapi efeknya sangat kecil. Selain 20an
pemberontak di Cavita telah dipenggal, juga ada empat pemberontak di Manla
dilakukan hal yang sama. Mereka dihukum karena telah menyerang Spanyol dengan
dinamit.
Bagaimana asal usul pemberontakan di Filipina
ini bermula, khususnya di wilayah Cavite awalnya dimulai oleh orang-orang
Hindia (baca: Indonesia) sebagaimana dilaporkan oleh konsul Belanda di Manila (lihat
Soerabaijasch handelsblad, 28-05-1897).
Laporan ini tentu sangat menarik, bagaimana orang-orang Hindia melakukannya
di Manila? Tentu saja hal ini
tidak pernah dibahas dalam sejarah Filipina masa kini. Sebagaimana diketahui
bahwa penduduk awal di teluk Manila adalah orang-orang Hindia yang telah
ditaklukkan armasa San Miguel pada tahun 1570. Orang-orang Hindia ini sebelum
kehadiran Spanyol di teluk Manila sudah beragama Islam. Orang-orang Hindia
terkonsentrasi di provinsi Bataan (pintu masuk teluk Manila). Nama Bataan
diduga kuat merujuk pada nama Bata atau Batak (di Sumatra) sejak era Kerajaan
Aru. Dalam laporan konsul Belanda ini disebut orang-orang Hindia pada bulan
Agustus 1896 dengan cepat menguasai provinsi Cavite, kecuali ibu kota dengan
nama yang sama, Cavite. Disebutkan berhari-hari Gubernur Jenderal Blanco kewalahan
yang hanya memiliki 2.500 pasukan Eropa yang dimilikinya, bahkan tidak semuanya
hadir di Manila, sementara itu segera menjadi jelas bahwa beberapa resimen
pasukan pribumi (Spanyol) tidak dapat dipercaya. Gubernur Jenderal Spanyol di
Manila pada tangga 30 Agustus menyatakan ‘keadaan darurat militer di provinsi
Manila. Cavite, Batangas, Laguna, Bulacan, Tarlae dan Pampanga yang beberapa
minggu kemudian juga diberlakukan di Zambale dan Bataan. Untuk mengahdapi
situasi dan kondisi Gubernur Jenderal dalam waktu 24 jam dibentuk batalion
relawan di Manila yang dipersenjatai oleh pemerintah dan juga segera memindahkan
sebanyak 2.000 tentara Spanyol dari Mindanao untuk segera merapat ke Manila. Baru pada awal
Oktober tentara pertama (dari) Spanyol tiba di Manila. Pada bulan yang sama,
sebuah konspirasi ditemukan di Ilocos, dimana selusin pemimpin Vigan, ibu kota
provinsi itu, ditahan. Pemberontakan dan desersi diantara pasukan rribumi juga
terdengar di Luzon, Mindanao dan Jolo. Hingga awal November sebanyak 9.000 tentara
Spanyo telah tiba dan Jenderal Blanco dengan ini dan pasukan pribumi yang masih
setia mulai melakukan serangan ke posisi benteng musuh di pantai utara provinsi
Cavite (pantai utara provinsi Cavite ini adalah provinsi Bataan). Namun karena
kekurangan persenjataan, militer Spanyol tidak bisa lebih maju dan mundur ke
Manila untuk sekadar bertahan. Dalam pertempuran itu Spanyol kehilang 35 orang
tentara dan seratus orang terluka. Dalam serangan itu termasuk penyerangan kereta
api dan menahan penumpang sebagai sandera. Dalam hari-hari pertama
pemberontakan, para pendeta yang berada di tangan para pemberontak diperlakukan
dengan cara yang sangat berbeda dan bahkan ada yang dibunuh. Dari pihak
pemberontak Hindia muncul banyak gerombolan menyerang cepat tetapi biasanya
mereka melarikan diri secepat mungkin ketika pasukan mendekat (perang gerilya).
Orang-orang Hindia tampaknya memahami sesuatu tentang seni perang, setidaknya
bahkan di pihak Spanyol diklaim bahwa penghalang yang pemberontak berada di jalan-jalan
dan terutama di pintu masuk desa membuktikan transparansi dan kompetensi para
pemberontak. Di provinsi Manila, Bataan dan Balacan beberapa
pertempuran lagi terjadi pada akhir Desember terakhir di mana pemberontak
kehilangan sekitar 150 orang, Yang lebih penting adalah pertarungan pada
tanggal 1 Januari 1897 di Cacarong de Sile di Balacan. Jenderal Emilio
Aguinaldo dan yang, bersama saudaranya Andris Bonifacio memimpin para
pemberontak di Cavite, menunjukkan dirinya dengan 4.000 orang di Pasig dan Pateros,
dua tempat sekitar 12-15 Km timur Manila. Tujuannya kemungkinan besar untuk
memperkuat pemberontak di Bulacan tetapi upaya itu digagalkan, Emilio dipukul
mundur dan terpaksa melarikan diri ke Cavite. Pada paruh terakhir bulan
Januari 1897 sebanyak 25.000 tentara yang didatangkan dari Spanyol untuk
Filipina telah tiba. Pada bulan Maret 1897 beberapa pertempuran masih terjadi
di beberapa titik. Jumlah senjata api yang tersedia untuk para pemberonta secara
alami dapat ditentukan, tetapi lebih dari 6.000 orang Hindia mungkin tidak memiliki
senjata tetapi mereka membuat sendiri apa yang disebut ‘lantacas’. Ini adalah semacam
meriam dengan panjang 1 meter dan memang Orang Hindia yang memuat dengan apa
yang mereka miliki: batu, paku, pecahan kaca, dll. Lampion mudah dapat diangkut
dan dipasang dimana-mana, bahkan digantung di dahan pohon.
Dalam
perang dengan Spanyol ini di sekitar Manila pulau Luzon, peran orang-orang
Hindia begitu signifikan. Orang-orang Hindia telah bergabung dengan berbagai
pihak. Emilio Aguinaldo sendiri adalah seorang peranakan Cina dan pendudk lokal
(tidak disebutkan apakah orang Hindia atau penduduk Luzon lainnya). Pada masa
ini provinsi Cavite termasuk pulau Corregidor, di pintu teluk dekat provinsi
Bata-an.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Seberapa Heroik Filipina Lawan
Spanyol? Amerika Serikat?
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.