melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Secara teknis, sejarah Gambir dan Pasar Gambir
belum pernah ditulis. Padahal, secara teoritis Gambir sudah sejak lama
dipersepsikan sebagai pusat Batavia yang tidak tergantikan bahkan hingga ini
hari sebagai pusat Jakarta yang notabene juga menjadi pusat Indonesia. Dalam
bahasa tata surya, keberadaan Gambir adalah semacam ‘lobang hitam’ yang mampu
menyedot perhatian semua rakyat Indonesia. Lantas mengapa sejarah Gambir
terabaikan? Nah, itu dia.
![]() |
Koningsplein (Peta 1860) dan Tugu Monas |
Nama
Gambir menjadi muncul populer sejak tahun 1904. Ini sehubungan dengan pembukaan
festival yang kali pertama diadakan. Festival ini berpusat pada area Pasar
Gambir. Festival ini baru menemukan bentuknya pada tahun yang ketiga tahun 1906
sebagai pasar tahunan (jaarmarkt) untuk pribumi (lihat Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 27-08-1906). Pada era Republik Indonesia tradisi ini
tetap diteruskan dengan nama Pekan Raja Djakarta (Djakarta Fair dan selanjutnya
disebut PRJ). Festival atau Pasar Gambir dengan nama terakhir PRJ tamat setelah
direlokasi ke Kemayoran tahun 1992 dengan nama Jakarta International Expo
(JIE).
Sejarah Jakarta Pusat yang mana pada altikel sebelumnya sudah ditulis
sendiri-sendiri tentang sejarah Pasar Senen, sejarah Tanah Abang, sejarah
Menteng (plus sejarah kanal Gresik), sejarah Kwitang, sejarah Salemba
(Struiswijk), sejarah Kemayoran, sejarah Matraman, sejarah Istana Merdeka,
sejarah Sawah Besar (plus sejatah jalan Lautze), sejarah Pacenongan, sejarah
Pasar Baru dan sejarah Petojo. Beberapa artikel menunggu editing antara lain
sejarah Gunung Sahari, Ancol, Kemayoran, Rawasari dan sejarah Bukit Duri. Untuk
segera menambah pengetahuan kita tentang Sejarah Gambir mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe. menambah pengetahuan kita
tentang Sejarah Gambir mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
![]() |
Pasar Gambir (Peta 1937 dan Foto udara 1943) |
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Gambir, Batavia 1904
rencana induk (master plan) pemindahan ibu kota dari Kota (stad) Batavia ke
area belakang kanal (antara fort Riswijk dan fort Noordwijk). Pemindahan ibu
kota dan penataan kota ini digagas dan dimulai oleh Gubernur Jenderal Daendels
(1809-1811). Kantor Gubernur Jenderal ditetapkan di area sebelah timur sungai
Tjiliwong (Senen/Weltevreden) dan Lapangan Radja (Koningsplein) diplot di area
sebelah barat sungai Tjiliwong. Di area Koningsplein inilah kelak muncul nama
Pasar Gambir.
![]() |
Koningsplein (Peta 1824) |
Lapangan Radja (Koningsplein) yang lama di kota (stad) Batavia berada
tidak jauh dari benteng Kasteel Batavia. Koningsplein ini berada di sisi timur
Kasteel Batavia. Koningsplein dekat Kasteel Batavia ini dalam rencana tata kota
Batavia yang dilakukan JP Coen tahun 1619 belum ada. Koningsplein ini baru
terbentuk kemudian. Oleh karena Kasteel Batavia sudah lama ditinggalkan maka
dengan sendirinya Koningsplein Batavia juga terabaikan dan menjadi semak
belukar. Pada Peta 1824 wujud dan batas-batas Koningsplein di (dekat Kasteel)
Batavia ini tidak terlihat lagi.
Radja terkait, maka Kantor Gubernur Jenderal dibangun menghadap ke barat (ke
arah Koningsplein). Prioritas pembangunan adalah pembangunan area Kantor
Gubernur Jenderal dan sekitarnya yang meliputi garnisun militer dan
lembaga-lembaga lainnya. Namun proses pembangunan ibu kota baru ini tersendat
dan terhambat karena terjadinya pendudukan militer Inggris (1811-1816).
![]() |
Koningsplein di Kota (stad) Batavia |
Ketiadaan
gedung yang representatif Letnan Gubernur Jenderal Raffles lebih memilih ibu
kota di Buitenzorg dan Semarang. Ketika Pemerintah Hindia Belanda berkuasa
kembali proses pembangunan ibu kota dimulai lagi. Pada tahap ini, sejak 1818
muncul gagasan baru bahwa Kantor Gubernur Jenderal tetap berada di sisi timur
sungai (Weltevreden) tetapi rumah/istana Gubernur Jenderal akan dibangun di
sisi barat sungai (menghadap Koningsplein). Jalan/jembatan yang menghubungkan
antara Kantor Gubernut Jenderal di timur dan Koningsplein di barat kemudian
disebut jalan Willems laan (kini jalan Perwira).
Pada tahun 1861, Nederlandsch-Indische
Maatschappij van Nijverheid en Landbouw (semacam BUMN Industri dan Pertanian) akan
mengadakan untuk kali pertama peyelenggarakan pasar ternak di Batavia. Dalam
keputusan akhir penyelenggaraan pasar ternak ini diintegrasikan dengan bentuk
keramaian yang lain. Format kegiatan yang akan diadakan pada bulan September 1862
ini digagas oleh Mr. van der Chijs (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-04-1863),
![]() |
Java-bode, 29-04-1863 |
Disebutkan
kegiatan yang dipusatkan di Racelood, Koningsplein ini berjalan sukses dan
dapat dikatakan sebagai festival rakyat sejati, suatu yang jarang terselenggara
di Batavia. Dalam festival ini juga dihadirkan wahana komidi putar, badut, wajang,
topeng, ronggeug dan lainnya yang dimaksudkan untuk membangkitkan keinginan
penduduk pribumi untuk menghadiri festival yang diadakan di Pasar Gambir. Suksesnya
festival ini atas kerjasama yang baik dengan pemerintah setempat. Meskipun
upaya pertama untuk membangun pasar ternak yang diatur di sini tidak memenuhi
semua harapan, pada umumnya dianggap bahwa hasil dari upaya itu tidak kurang
dari yang dapat diharapkan secara wajar. Karena itu dewan bermaksud melanjutkan
upaya itu.
Pribumi. Mr. JA van der Chijs sebelumnya dikenal sebagai seorang sarjana yang
menekuni perihal arsip (mirip pekerjan seorang sejarawan). Sebagai inspektir
pendidikan pribumi, Mr. JA van der Chijs sangat peduli terhadap (pengembangan) pribumi.
Terbukti, ketika Mr. JA van der Chijs mendengar ada sekolah guru yang
diselenggarakan dengan baik di Afdeeling Mandailing en Angkola (Zuid
Tapanoeli), ia segera begegas untuk melihatnya. Kepergian Chijs ini setelah suksesnya
penyelenggaraan pasar ternak di Batavia ini.
Rotterdamsche courant: staats-, handels, nieuws- en advertentieblad,
20-03-1865: ‘Izinkan saya mewakili orang yang pernah ke daerah ini tahun lalu.
Di bawah kepemimpinan Godon daerah ini telah banyak berubah, perbaikan
perumahan, pembuatan jalan-jalan. Satu hal yang penting tentang Godon telah
membawa Willem Iskander studi ke Belanda dan telah kembali kampungnya. Ketika
saya tiba, disambut oleh Willem Iskander, kepala sekolah dari Tanabatoe diikuti
dengan enam belas murid-muridnya, Willem Iskander duduk di atas kuda dengan
pakaian Eropa murid-muridnya dengan kostum daerah….Saya tahun lalu ke tempat
dimana sekolah Willem Iskander didirikan di Tanobato…siswa datang dari seluruh
Bataklanden…mereka telah diajarkan aritmatika, ilmu alam, prinsip-prinsip
fisika, sejarah, geografi, matematika…bahasa Melayu, bahasa Batak dan bahasa
Belanda….saya sangat puas dengan kinerja sekolah ini’.
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 14-11-1868 yang
mengutip dari surat kabar Soerabayasch Handelsblad edisi 5 November sangat
menyentuh: ‘Mari kita mengajarkan orang Jawa, bahwa hidup adalah perjuangan.
Mengentaskan kehidupan yang kotor dari selokan (candu opium). Mari kita
memperluas pendidikan sehingga penduduk asli dari kebodohan’. Orang Jawa, harus
belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Awalnya Chijs mendapat kesan
(sebelum ke Tanobato) di Pantai Barat Sumatra mungkin diperlukan seribu tahun
sebelum realisasi gagasan pendidikan (sebaliknya apa yang dilihatnya sudah terealisasi
dengan baik). Kenyataan yang terjadi di Mandailing dan Angkola bukan dongeng,
ini benar-benar terjadi, tandas Chijs’
disponsori oleh para pemilik land yang ada di seputar West Java ini kembali pada
tahun berikutnya. Hal ini karena dapat memotivasi para pemilik dan petani untuk
merawat ternaknya dengan baik (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie.02-03-1864). Disebutkan kegiatan
semacam ini sangat umum diadakan di Eropa.
![]() |
De locomotief, 24-02-1881 |
Mengapa disebut gambir/gambier? Apakah gambir dalam hal ini sejenis
tumbuhan yang diperdagangkan secara domestik dan diekspor? Pasar Gambir yang
berada di Koningsplein sejatinya adalah nama tempat yang disebut Gambir atau
Kebon Gambir (lihat De locomotief :
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 24-02-1881). Besar dugaan bahwa tempat
Gambir atau Kebon Gambir dulunya (sejak era VOC) adalah area kebun (tanaman)
gambir. Tentu saja kebon gambir yang dimaksud telah hilang sendirinya ketika
Pemerintah Hindia Belanda mulai memindahkan ibu kota (stad) Batavia ke selatan benteng
(fort) Riswijk/Noordwijk pada era Gubernur Jenderal Daendels (1809-1811). Nama Gambir
atau Kebon Gambir tetap melekat sebagai nama area (perkampongan).
Bataviaasch nieuwsblad, 21-02-1887).
Disebutkan dalam perayaan ulang tahun yang ke-70 Radja Belanda yang dipusatkan
di Societeit Concordia, untuk golongan pribumi diadakan di Pasar Gambir. Pasar
Gambir telah menjadi tempat dimana setiap tahun pada bulan Februari diadakan
keramaian (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-02-1901). Dalam hal ini Pasar
Gambir bukanlah pasar yang buka setiap hari seperti Pasar Senen, Pasar Tanah
Abang dan Pasar Baroe. Pasar Gambir awalnya adalah pasar ternak yang
diselenggarakan tiap tahun yang diintegrasikan dengan kegiatan keramaian yang
lainnya.
![]() |
Pasar Gambir, 1930 |
tempat dimana diadakan setiap tahun. Tidak hanya ditemukan di Batavia, tetapi
juga muncul di Soerabaja pada tahun 1906 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 27-08-1906).
Nama Gambir sendiri menjadi lebih populer sejak tahun 1904. Suatu festival bentuk
baru di Pasar Gambir untuk kali pertama diadakan tahun 1904 yang bersamaan
dengan ulang tahun Ratu yang diinisiasi oleh Asosiasi Timur dan Barat. Festival
ini berpusat pada area Pasar Gambir. Festival ini baru menemukan bentuknya pada
tahun yang ketiga tahun 1906 sebagai pasar tahunan (jaarmarkt) untuk pribumi
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-08-1906). Pada tempo
dulu, festival ini berbasis pada festival pasar ternak, tetapi untuk format
baru yang dimulai tahun 1904 ini berbasis pada festival hasil kerajian penduduk
yang disebut sebagai Inlandsche Jaarmarkt. Dalam festival/pasar/pameran tahunan
ini juga terdapat pavilium bertajuk ‘Kampoeng Karadjinan’ disebutkan antara
lain mendatangkan pengrajin topi dari Tangerang, pengrajin gerabah dari Banten,
pengrajin perak dan emas dari Buitenzorg, pengrajin kayu/pemahat kursi dari
Soekaboemi, pengrajin anyaman bambu dan rotan dari Indihiang dan Singaparna serta
pembatik dari Tjipeles yang semuanya dari Tasikmalaja dan juga dari Garoet,
pengrajin tembaga dari Soemedang dan dan
pembatik terkenal dari Tanah Abang, Batavia, Juga menghadirkan pengrajin kayu dari
Djapara dan pengrajin logam dari Soerabaja. Juga ada pengrajin dari Palembang
dan pengjarin emas dari Atjeh Dalam
festival ini tetap menyertakan festival unggas yang selama ini diadakan di
Pasar Gambir (tampaknya festival ternak telah bergeser menjadi festival burung,
red.). Arena Pasar Gambir, 1930
dan ditulis dengan Gambir saja. Nama pasar telah bergser dipertukarkan dengan nama
area di sekitar Koningsplein. Pada tahun 1931 menjelang diadakannya Pasar
Gambir terjadi kebakaran di Pasar Gambir, namun cepat diisolasi sehingga hanya
sebagian kecil yang terbakar (lihat Provinciale Noordbrabantsche en ‘s
Hertogenbossche courant, 26-08-1931). Pembukaan Pasar Gambir tetap diaakan pada
hari esoknya.
![]() |
Het nieuws van den dag voor NI, 08-06-1932 |
Pada
penyelenggaraan Pasar Gambir tahun 1932, seperti tahun-tahun sebelumnya pembangunan
arena Pasar Gambir diternderkan yang dimenangkan oleh seorang kontraktor
Tionghoa (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-06-1932).
Anggaran yang dialokasikan pemerintah dalam pembangunan arena tersebut sebesar
f23.800. Untuk pemasangan penerangan dilakukan oleh NI Gaasmaatschappij yang
mana firma Philip menyediakan bohlam yang hemat listrik. Secara keseluruhan
area Pasar Gambir akan terdiri dari 180 stand. Arsitektur bangunan terutama konstruksi
atap akan memiliki atap menjulang tinggi yang mirip dengan khas Batak yang
dikreasi oleh Antonisse, yang telah merancang konstruksi bangunan Pasar Gambier
selama beberapa tahun terakhir.
tahun penyelenggaraan Pasar Gambir semakin baik. Para pengunjung juga
dilaporkan semakin banyak (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 05-09-1933). Pasar Gambir yang diadakan pada tanggal 1 s.d
4 September 1933 ini telah menyedot pengunjung sebanyak 302.718 orang.
![]() |
Het nieuws van den dag voor NI, 05-09-1933 |
Para
pengunjung terdiri dari orang Eropa, orang Timur asing dan orang pribumi. Untuk
rincian pengunjung dari tanggal 1 sampai tanggal 4 September 1933 dapat dilihat
pada tabel. Tampak pada tabel jumlah pengunjung pada malam hari lebih banyak
dibandingkan pada sore hari. Ini juga berlaku untuk orang Eropa, orang Timur
asing mapun orang pribumi. Jumlah keseuluryhan pengunjung pada tahun ini kurang
lebih sama dengan penyelenggaraan tahun lalu.
Itulah nama Gambir atau Pasar Gambir yang diduga kuat bermula dari suatu
areal kebon gambir pada era VOC dan awal Pemerintah Hindia Belanda. Nama Gambir
semakin populer ketika di area tersebut tiap tahun diselenggarakan pasar ternak
(veemarkt). Pasar ternak Pasar Gambir kemudian menjadi pasar/festival kerajinan
yang penyelenggaraannya sejak 1904 dikelola dengan baik dan lebih baik. Nama
Gambir selanjutnya menjadi bersifat generik (digunakan untuk mengidentifikasi
banyak hal).
Merdeka Tugu Monas: Kini Nama Kecamatan Gambir
Pasar Gambir hanyalah sebagian kecil dari Koningsplein. Selain situs Pasar
Gambir, situs lain di Koningsplein adalah stasion kereta api dan taman serta
arena pacuan kuda. Ketika jalur kereta api Batavia-Buitenzorg mulai dioperasikan
apda bulan Januari 1873, nama halte/stasion kereta api di Koningsplein nama
yang digunakan adalah Halte Koningsplein. Keberadaan halte di Kongsplein sudah
diketahui sejak 1869 (lihat De
locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 21-09-1869). Adanya
halte di Koningsplein juga menjadi faktor penting lahirnya gagasan penyelenggaraan
festival (berbasis kerajinan) Pasar Gambir yang dimulai tahun 1904. Stasion
kereta berada di sisi timur Koningsplein (sementara Pasar Gambir berada di sisi
selatan Koningslein).
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 10-02-1915 |
Lapangan
pacuan kuda (raceveld) sudah sejak lama ada bahkan sebelum nama Pasar Gambir
sebagai pasar ternak. Sedangkan Decapark baru terbentuk pada tahun 1915 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-02-1915).
Disebutkan taman Decapark ini dibangun untuk memfasilitasi berbagai kegiatan bisnis
dan hiburan seperti arena rekreasi, konser musik dan cafe-cafe. Decapark ini
juga dilengkapi dengan lapangan olah raga seperti lapangan tennis. Gedung
wayang yang sebelumnya eksis telah diganti dengan bioskop. Selain hiburan untuk
orang Eropa juga di Decapark disediakan untuk pribumi. Taman bermain untuk
anak-anak dibuka akses setiap hari. Area ini sebelumnya telah digunakan dalam
penyelenggaran pameran karet. Decapark ini berada di sisi utara Koningsplein
yang mana pintu gerbangnya saling berhadapan dengan istana Gubernur Jenderal
(kini Istana Merdeka).
ke waktu semakin meningkat. Pasar Gambir sebagai pusat keramaian yang sudah
sejak lama ada lambat-laun dipersepsikan oleh berbagai pihak sebagai icon dari (kawasan)
Koningsplein. Sebagai sebuah kawasan, Koningsplein disebut berada di (district)
Weltevreden. Gambir sebagai suatu wilayah administratif muncul pada tahun 1912
sebagai onderdtrict (lihat De
Preanger-bode, 05-03-1912). Dalam hal ini onderdistrict yang berada di district
Weltevreden adalah Senen, Mangga Besar, Gambir dan Tanah Abang (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 14-12-1912).
sebagai Kota (Gemeente) sejak tahun 1903 (kota yang pertama dibentuk sebagai
Gemeente). Besar dugaan inisiasi penyelenggaraan Festival Pasar Gambir yang
dimulai tahun 1904 sebagai implikasi dari perubahan status Batavia menjadi
gemeente. Sebagaimana diketahui Gemeente harus mampu mengkreasi sumber-sumber
pendapatan potensial untuk mendukung anggaran kota. Gemeente Batavia (yang
awalnya terdiri dari district Stad dan Weltevreden) kemudian dimekarkan dengan
membentuk onderdistrict.
berlangsung secara bertahap sejak dimulainya Pemerintah Hindia Belanda.
Sebagaimana diketahui ibu kota baru dimulai sejak era Gubernur Jenderal
Daendels (1809-1811), pembagian wilayah juga dimulai sejak itu dengan
membedakan Kota (Stad) Batavia dan Weltevreden. Paralel dengan ini wilayah
Residentie Batavia dibagi ke dalam empat afdeeling, yakni: (1) Hoofdplaats
Batavia, (2) Ooster Kwartier, (3) Zuider Kwartier, (4) West Kwartier.
Semenetara Residen Batavia sendiri membawahi dua Asisten Residen (Buitenzorg
dan Krawang). Secara khusus afdeeling Hoofdplaats
Batavia telah dibagi yang terdiri dari tujuh distrik: (1) Oude Stad en Zuider
Voorstad, (2) Ooster distrikt (Jacatra, Weltevreden), (3) Molenvliet,
Noordwijk, Koningsplein, (4) Zuidwester distrikt, (5) Chinese kampement, (6)
Kampong Bali en omstreken ((lihat FW Jung Huhn, Java, deszelfs gedaante,
bekleeding en inwendige structuur, 1852). Lalu dalam perkembangannya keenam
distrik tersebut diringkas menjadi distrikt-distrikt: Batavia, Weltevreden,
Senen dan Tanah Abang. Sementara itu Ooster Kwartier berpusat di Bekasi, Zuider
Kwartier beropusat di Meester Cornelis dan West Kwartier berpusat di Tangerang.
Afdeeling Meesteer Cornelis dibagi menjadi dua distrukt: Meester Cornelis dan
Kebajooran. Sejak 1850 Residen membawahi tiga Asisten Residen (Meester Cornelis,
Buitenzorg dan Krawang) dan dua Schout (Hoofdschout di Tangerang dan Schout di
Bekasi). Perkembangan lebih lanjut administrasi dan pemerintahan di Tangerang
dan Bekasi lihat sejarah Tangerang dan sejarah Bekasi dalam blog ini.
Koningsplein sendiri dijadikan nama wijk (semacam kelurahan). Wijk lainnya,
selain wijk Gambir, di onderdistrict Gambir adalah wijk Parapattan dan Kebon
Kelapa. Nama Koningsplein hanya promosi sampai pada tingkat kelurahan (wijk)
sementara (Pasar) Gambir dipromosikan menjadi nama onderdistrict. Dalam hal ini
nama Gambir tidak hanya nama wijk tetapi juga nama onderdistrict.
(kelurahan) dan kampong dibedakan karena perbedaan karakteristik lingkungan.
Wijk sudah berwujud urban, sedangka kampong masih bersifat rural. Wijk dipimpin
oleh orang Eropa/Belanda, sedangkan kampong dipimpin oleh orang pribumi.
Menjelang Sensus Pendudukan 1930 dilakukan penataan wilayah administratif
terkecil. Dua wilayah administratif terkecil adalah wijk dan desa. Untuk itu
sejumlah kampong disatukan untuk membentuk satu desa. Satu administratif lainnya
adalah kemandoran.
berubah hingga berakhirnya era kolonial Belanda. Pada era pendudukan militer
Jepang kurang diketahui secara jelas. Namun ketika Belanda/NICA berkuasa di
Djakarta/Batavia sejumlah wilayah dibentuk menjadi districtr termasuk Gambir
(lihat Het dagblad : uitgave van de
Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 04-01-1947).
hal ini Kota (Gemeente) Batavia terdiri dari distrik-distrik berikut: Gambir,
Pasar Senen, Tanah Abang, Mangga Besar, Tandjoeng Priok dan Pendjaringan. Selanjutnya
diketahui district Gambir terdiri dari onderdistrict Gambir dan onderdistrict Petamboeran
(lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 01-09-1948).
Belanda (pasca KMB 1949) Pemerintah RI menata kembali wilayah administrasi
pemerintahan. Wilayah Regentschap (kebupaten) Meester Cornelis dimasukkan ke
wilayah Kota (gemeente) Djakarta dengan wali kota (burgemeester) yang baru
Soediro. Nama district Gambir menjadi kecamatan Gambir. Nama-nama kecamatan
(district) yang lainnya antara lain Matraman, Kebajoran Lama, Kramat Djati,
Tandjoeng Priok, Pulo Gadoeng, Tjengkareng, Pasar Minggoe, Mampang Prapatan,
Pulo Seribu, Kebon Djerok, Pasar Rebo, Kampong Malajoe, Salemba, Senen, Tanah
Abangm Petambura, Mangga Doea, Krukut dan Sawah Besar (lihat De nieuwsgier, 17-12-1953).
![]() |
De nieuwsgier, 16-09-1954 |
Dalam
hal ini nama district Mangga Besar telah dipecah dengan membentuk kecamatan
Mangga Doea dan kecamatan Sawah Besar. Untuk beberapa kecamatan yang berdekatan
dibentuk kewedanaan, seperti Kewedanaan Kebajoran Lama, Kramat Djati, Gambir,
Pendjaringan, Matraman dan Tandjoeng Priok. Pada tahun 1954 muncul gagasan
untuk menambah jumlah kecamatan dan kewedanaan (lihat De nieuwsgier, 16-09-1954).
Disebutkan di Kota Djakarta Raja akan ditambah jumlah kewedaan dari tujuh
menjadi 11 buah dan jumlah kecamatan ditambah dari 19 menjadi 23 buah. Dalam
hal ini kewedanaan Gambir dipecah menjadi kewedaan Gambir dan kewedanaan
Petamburan. Juga kewedanaan Pendjariengan menjadi kewedanaan Pendjaringan dan
kewedanaan Sawah Besar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.