*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini
Ada
kalanya nama tidak penting, tetapi adakalanya pula nama begitu penting. William
Shakespeare, penyair Inggris di era Portugis menganggap nama tidak penting, What’s
in a name? Namun bagi orang Portugis yang tiba di pulau Kalimantan pada tahun
1524 di kota (pelabuhan) Boernai menjadi dasar bagi mereka orang Portugis yang
berpusat di Malaka menyebut nama pulau Kalimantan (sesuai penduduk asli) menjadi
pulau Borneo (dari Boernai) sesuai orang Eropa. Orang Portugis sebagai pembuat
peta, orang-orang Belanda yang datang kemudian yang menggunakan peta-peta
buatan Portugis juga menyebut pulau Kalimantan sebagai pulau Borneo.

penduduk asli (Kalimantan) lambat laut menghilang, yang muncul sebagai penanda
navigasi pelayaran di lautan adalah pulau Borneo. Pada awal Pemerintah Hindia
Belanda mulai menamai pulau Borneo dengan nama baru (tapi asli, kuno) dengan
nama Kalimantan. Meski demikian, sebagai penanda navigasi internasional, nama
Borneo tetap dipertahankan. Baru pada Republik Indonesia nama Kalimantan
dipatenkan (kembali). Namun, sekali lagi, seperti era sebelumnya Pemerintah
Hindia Belanda, secara internasional nama pulau masih eksis sebagai Borneo.
Pada akhir-akhir ini, penanda navigasi tidak hanya peta-peta kertas tetapi dikombinasikan
dengan peta-peta digital (peta satelit) seperti aplikasi googlemap. Oleh karena
untuk mencari nama tertentu di dalam peta satelit (dengan menggunakan mesin
pencari), maka yang muncul adalah nama Kalimantan untuk entry Borneo. Ini semua
karena dalam aplikasi mesin pencari, sistem yang digunakan bersifat algoritmatik.
Tamat sudah nama Borneo di dalam peta satelit. Yang muncul adalah nama
Kalimantan (nama yang sesuai pada peta-peta kertas Indonesia).
Lantas
bagaimana sejarah awal nama pulau Kalimantan yang berubah menjadi Borneo? Dan, mengapa pula Pemerintah Hindia Belanda mencoba
memperkenalkan nama Kalimantan? Yang jelas nama pulau-pulau di Indonesia sudah
dibahas yang dimulai oleh William Marsden pada era VOC (1784) dan PJ Veth pada
era Pemerintah Hindia Belanda (1827). Lalu bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Kuno Pulau Kalimantan
Penduduk
asli Kalimantan sudah barang tentu telah menemai pulau jauh sebelum orang Eropa
menemukan jalan ke Hindia Timur. Tentu saja orang Mesir, Arab, Persia, India
dan Tiongkok sudah mengenalnya jauh di masa lampau terutama dalam hubungan
perdagangan seperti kamper dan kemenyan. Kerajaan Cola (di India) menyeang
Sriwijaya di Palembang (Sumatra) dan kemudian membangun kioloni di daerah
aliran sungai Baroemoen (satu teritori dengan Barroes). Sisa peninggalan Cola
ini masih terlihat pada masa ini sebagai ratusan candi (yang dibangun pada abad
ke-11) di hulu sungai Barumun di wilayah Angkola (Tapanuli Selatan). Marco Polo
dapat dikatakan orang Eropa pertama yang melaporkan keberadaa pulau Kalimantan
dan pulau Sumatra sebagaimana dideskripsikan oleh William Marsden (1784) dan PJ
Veth (1827).
Jauh sebelumnya William Marsden sudah mengulas
kedatangan orang Eropa pertama dan nama-nama pulau besar dalam bukunya The
History of Sumatra (1784). Seorang ahli geografi terkenal Belanda PJ Veth menulis
risalah asal-usul Orang Melayu yang dimuat dalam Letterkundig magazijn van
wetenschap, kunst en smaak, 1827. PJ Veth mencatat sebagai berikut: Marco
Paolo, yang dalam laporannya melewati Tartar pada tahun 1265 memberi nama pulau
Kalimantan sebagai Java Major yang menggambarkannya suatu lingkar tiga ribu
mil. Marco Paolo mengidentifikasi major berdasarkan orang asli menyebut nama
pulau sebgai Ava atau Awa yang kemudian disalin orang Eropa sebagai Iava atau
Yawa seperti Colebroore dan William Jones. Dalam catat-catan kuno juga disebut
Tuvan (Tuban, red) dan Touvana (Juwana, red) yang orang Hindu menyebutbnya Juba
dan Joban. Seorang penulis Eropa, Gaubil, dalam bukunya ‘History of the Mongols-Tartar,
menyatakan pada halaman 214 yang terbit pada tahun 1293 (setelah Marco Polo: ‘Kaisar
mengirimkan peralatan yang luar biasa melawan Raja Zuawa’ yang merujuk pada
Kalimantan. Zua dalam dialek Tiongkok berarti ‘kaya’ yang dikaitkan dengan Kerajaan
Awa. PJ Veth yang menutip Marsden disebutkan bahwa seorang penulis geografi
Nubische, pada pertengahan abad ke-12 menyebut pulau Kalimantan sebagai Su
Burma, yang dapat diartikan Kalimantan karena disebut jalan menuju kesana
melalui selat Malaka dan selat Sounda. Nama Su Burma diasumsikan diberikan oleh
orang Tiongkok untuk nama pulau, orang pertama yang menetap atau berdagang di
pulau-pulau ini, yang mengindikasikan pulau Burma yang dalam dialek Tiongkok Su
berarti pulau. Penduduk asli Kalimantan sendiri
menyebut pulau mereka Zualamontan: yang, ditulis dalam dialek Tiongkok ditulis
sebagai Zua-law-mon-tai yang dapat
diartikan sebagai Kerajaan Law, Mon dan Tai. PJ Veth mengartikan nama itu sebagai
Su-law, Su-lawbus atau Celebcs; Su-montai (Sumatra); Mon sebagai Mon-danae dan
Monpaya.
Deskripsi
PJ Veth dari sumber-sumber kuno, terutama dari Eropa, India dan Tiongkok secara
khusus nama Zua-law-mon-tai tampaknya bersesuaian dengan situasi dan kondisi
terakhir. Meski kurang tepat mengasosiakannya, namun keyakinan PJ Veth tentang
nama Zua-law-mon-tai ada benarnya.

(1827) dapat ditambahkan disini sebagai berikut. Pada era PJ Veth belum ditemukan nama
Amontai di arah hulu kota(kerajaan) Bandjarmasin, sementara sejak era VOC nama
Koetai hanya ditulis sebagai Cotty atau Kotti (merujuk pada terminologi kota
dari bahasa Sanskerta). Oleh karena itu, deskripsi PJ Veth dapat diperjelas
sebagai berikutL Law adalah (kerajaan) Laue, Montai adalah (kerajaan) Amontai
atau Mon adalah Amontai dan Tai adalah (kerajaan) Koetai. Tiga nama tempat ini
adalah kerajaan-kerajaan lama di pulau Kalimantan yang berada di tiga muara
sungai besar: Laue atau Lawe di muara sungau Kapuas, Amontai di muara sungai
Barito dan Koetai di muara sungai Mahakam. Sudah barang tentu muara sungai
adalah tempat strategis perdagangan yang menghubungkan daratan (penduduk asli,
Dayak) dan lautan (pendatang, Tiongkok). Hal itulah yang diduga menyebabkan
orang-orang Tiongkok yang datang berdagang ke pulau Kalimantan mereka menyebut
nama pulau Zua-law-mon-tai. Nama inilah yang kemudian dilapalkan penduduk asli menjadi
Kalimantan. Nama yang sudah eksis sebelum kedatangan orang-orang Portugis di
Malaka. Orang Portugis pertama ke pulau (Kalimantan) terjadi pada tahun 1524 di
kota (pelabuhan) Boernai, nama yang dilapalkan orang Portugis sebagai Borneo.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Nama Kalimantan Dikembalikan:
Era Pemerintah Hindia Belanda dan Era Digital
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.